2
Pesawat tiltrotor mengambang di atas pusaran awan itu. Guncangan yang disebabkan oleh turbulensi begitu kuat, menyebabkan sang pilot hanya memberi waktu beberapa detik saat tiba di atas pusaran awan yang diselimuti oleh sambaran petir magenta.
Aiko bangkit dari tempat duduknya, membuka pintu. Angin keras menyembur begitu kuat.
"Aiko, kamu yakin dengan ini? Tidak perlu bantuanku?"
Aiko melirik pada Azura yang khawatir, ia mengangguk yakin padanya. "Aku pergi dulu." Melompat terjun dari pesawat menuju pusaran.
Petir magenta kembali menyambar, kali ini sambarannya tertuju pada Aiko. Dengan petir yang dimilikinya, ia mengantam petir magenta itu. Berhasil masuk ke dalam pusaran itu.
***
Lengang menyelimutinya, terbaring di sebuah tempat yang tak diketahui. Aiko perlahan mengerjap-kerjap mata. Netra memandang sekitar, puing-puing bangunan yang sudah ditumbuhi oleh lumut dan tumbu-tumbuhan menjalar. Ia berusaha berdiri, melangkah sejenak.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, terdapat pancaran cahaya yang terang. Berusaha menghalau cahaya terang itu dengan tangannya. Saat melintasinya, ia memandang sebuah bangunan-bangunan tinggi kini ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan. Mobil-mobil berserakan di sekitarnya. Jalanan retak, serta beberapa hewan seperti kancil lewat di depannya.
Dunia ini sudah hancur ya? Gelang yang dikenakannya bergetar, menunjukkan koordinat dunia paralel. "Sudah kuduga kalau ini dunia paralel."
Sekelebat asap hitam melintas di hadapannya. Aiko sontak menoleh sekitar, memastikan tak ada siapapun di sekitarnya.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, asap hitam itu turun perlahan. Sekujur tubuhnya berubah menjadi sosok manusia. Berambut pendek dengan bola mata berwarna merah, memandang Aiko.
Aiko menoleh cukup terkejut dengan sosok di hadapannya. Tak disangka, setelah sekian lama tak jumpa kini kembarannya berdiri dikelilingi oleh asap hitam, Akiko Miyuko.
"Y-yang benar saja?" Aiko cukup terkejut memandang lawannya.
"Lama tak jumpa, Aiko. Sekarang selamatkan aku!" rintihnya, menunjukkan senyuman mengerikan.
Kembali ingatan Aiko teringat dengan masa lalunya. Tak bisa menolongnya di saat-saat terakhir. Kaki kini gemetar, tak sanggup berdiri.
"T-tidak!" Aiko memeluk dirinya sendiri. Memejamkan mata, mimpi buruk itu kembali hadir, membuka luka lama.
"Apa yang kamu lakukan? Selamatkan aku Aiko! Banyak korban yang akan berjatuhan jika kamu tidak menyelamatkanku." Entah mengapa nada Akiko, tak seperti meminta bantuan.
"Persetan," bisik Aiko dalam dirinya. Mengangkat wajah, menerjang maju. Petir berwarna magenta mulai mengelilingi tubuhnya.
Begitu juga dengan Akiko, turut menerjang maju. Petir berwarna hitam milik Akiko mulai dileparkan pada Aiko.
Aiko melempar petirnya, kedua petir berwarna magenta dan hitam itu saling menghantam, menimbulkan ledakan. Mementalkan mereka berdua saling berjauhan. Aiko terlempar, menabrak mobil usang. Napasnya tersengal-sengal.
Ini belum apa-apa, namun Aiko sudah nyaris kewalahan menghadapinya. Bagaimana aku bisa selemah ini? Sempoyongan, dia berusaha untuk bangkit. Menghadapi lawannya.
Sorot mata terbelalak, memandang kabut pasir yang menghalangi jarak pandang. Aiko memasang kuda-kuda, memerhatikan sekitar memastikan tak ada serangan dadakan. Terdengar petir nyaring, menyadari itu Aiko berbalik. Petir hitam memelesat ke arahnya.
Segera Aiko menangkat tangan, petir magenta untuk berlindung dari sengatar petir hitam itu. Bersamaan dengan itu, Akiko melompat mengangkat tangan. Aiko menghindar. Pukulan telak Akiko hanya mengenai udara kosong.
Akiko melancarkan pukulannya, dengan gesit Aiko dapat menangkis setiap pukulan. Kini Aiko menyerang balik, berbagai pukulan dia kerahkan. Lagi-lagi Akiko dapat menangkisnya. Hingga pada serangan terakhir Aiko, Akiko mengangkat tangan yang mengepal, diselimuti oleh aliran petir.
Menyadari itu, Aiko menghindar. Pukulan tinju Akiko menghantam tanah, menimbulkan Aiko terpelanting.
Kekuatan Akiko semakin menguat, napasnya tersengal-sengal. Darah segar mengalir di bibir Aiko. Dia mengusap, berusaha bangkit meski kaki sudah tak sekokoh sebelumnya. Kalau begini caranya, aku tidak akan bisa kembali.
Jalan buntu, tak ada yang bisa dilakukan. Menyerang dengan cara biasa tak akan bisa mengalahkan Akiko. Apa yang harus kulakukan?
"Kamu menyerah Aiko?" tanya lawan bicara seolah tengah meledek itu. "Benar-benar payah, padahal dulu kamu ingin menyelamatkanku kan? Kini waktunya untuk menyelamatkanku. Di mana sosok pahlawanmu itu Aiko?!"
Terdiam sejenak, kembali ke masa lalu. Ingatan itu kembali tergores di kepala. Pertarungan sengit di Kota Surabaya. Dua gadis petir saling melemparkan petir, hingga Akiko kalah telak. Pertarungan itu, mengacaukan sekitar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top