Rose.05
"Kiku! Kei! Kalian ada dimana?!." Nafas dan suara milik Masahiro hampir saja habis, Ken yang berada di sampingnya mengarahkan senter yang dipegangnya ke segala tempat. Kiku dan Kei, Kakak Adik itu menghilang tepat dua jam yang lalu. Masahiro dan Ken berusaha mencari keduanya di segala tempat yang sering mereka kunjungi bersama.
"Rasanya ada yang aneh saja, dengan lingkungan kita berada. Ini seperti kejadian Rinka-san." Ken mengeluarkan suaranya yang bergetar, pemuda itu merasa gelisah dan ketakutan tidak dapat menemukan kedua teman dekat mereka dimanapun. "Meskipun kau benar. Ken, kita tidak boleh berpikir seperti itu. Nanti kita tidak bisa bertengkar lagi." Senter menghantam kepala Masahiro, ia meringis kesakitan. Ken tertawa pelan. "Tumben kau bisa berpikir, otak otot."
"Tapi ... Ken, aku merasa kita telah berulang kali menyusuri lorong ini. Itu aneh." Kedua kakinya terhenti, menatap Ken di depannya yang juga berhenti melangkah. "Memang, kau benar. Ini aneh. Lihatlah." Lampu senter menyinari sebuah pintu ruangan tertutup di sebelahnya, tidak ada jendela. Keduanya mendekati pintu ruangan tersebut meskipun hanya beberapa langkah, menatap satu sama lain. "Sedari tadi aku melihat pintu yang letaknya sama, apapun cirinya. Pasti ada sesuatu di dalamnya." Masahiro kelihatan tengah berpikir keras demi memecahkan kenapa mereka sedari tadi melewati lorong yang sama berulang kali tanpa ada belokan pemisah.
"Aku rasa, seperti aku mengenal ruangan apa ini. Menurut rumor yang beredar, ruangan ini dikenal menunjuk kan aktifitas aneh. Ada seorang pemuda dan gadis seumuran kita dengan seragam sekolah ini yang menggunakan ruangan ini, anak-anak lain yang melihat mereka tampak aneh. Aktifitas mereka di ruangan ini agak aneh, ada yang bilang mereka tidak keluar sampai sekolah tutup. Ada seorang penjaga yang melihat mereka keluar dari sekolah saat dini hari lalu menghilang ke halaman belakang sekolah yang luas." Kedua manik mata Ken melihat ciri-ciri pintu ruangan tersebut dengan teliti, siapa tahu ia mendapat sebuah petunjuk. "Hiro, kau tahu ruangan ini digunakan mereka untuk apa? Memang benar ini tampak aneh, tapi kita tidak bisa mempercayai rumor begitu saja."
Ken menatap ke atas dengan pandangan yang bertanya-tanya, menggerak kan tangannya yang memegang senter dan mengarahkannya agar dapat melihat sesuatu lebih jelas. "Kalau tidak salah, anggota OSIS yang memberitahukannya bilang kalau ruangan ini adalah sebuah klub. Karena klub mereka tidak jelas, pihak OSIS tidak memberikan kunci ruangan. Tapi entah kenapa mereka bisa keluar-masuk ruangan ini." Masahiro menatap Ken yang sibuk mendongak, matanya melirik apa yang lampu senter sinari di atasnya. Meskipun kabur, Masahiro masih bisa membacanya. "Bingo. Artinya ruangan ini menarik kita untuk segera masuk, apakah pelakunya mereka berdua kita masih tidak tahu. Tapi, ini adalah klub yang penuh misteri." Masahiro membaca huruf Katakana yang tertera di papan ruangan, saat mengartikannya matanya melotot kaget.
"Disini bertuliskan 'Red Rose'. Kau tahu artinya. Meskipun kasus tersebut masih sangat ganjil, dilihat darimanapun. Kau pasti segera mengetahuinya sejak pertama kali membaca dan mendengar beritanya. Dan klub ini pastinya berhubungan dengan kasus tersebut." Ken mengalihkan pandangannya ke arah pintu tersebut, Masahiro terlamun dalam pikirannya yang pernah membaca kasus tersebut di koran. Red Rose, seharusnya dengan banyak orang yang dicurigai setidaknya pelaku akan tertangkap. Tidak ada pelaku asli dari mereka semua. Rose tidak tertangkap setelah dua tahun berlalu, Amano Rinka, korban pertama Red Rose di kota ini masih menjadi misteri. Sudah pasti Rose berpindah ke tempat ini tanpa disadari polisi, sebuah clue berada pada Rinka. Sayangnya ia sudah mati, hanya tersisa jejak darah dan Black Rose seperti biasa dengan taburan kelopak Red Rose selain tanda sayatan tersebut. Ditambah sebuah clue tulisan yang terbuat dari darah Rinka sendiri, tanpa ada kandungan lain.
"Apakah perlu ku dobrak?." Melirik Ken meminta persetujuan, Ken mengamati lobang kunci tersebut. "Gelap. Tidak perlu, aku yang akan membukanya. Bawa senter ini sebentar." Senter berpindah tempat di saat bersamaan, hampir saja Masahiro menjatuhkannya karena terlalu cepat. Ken membuka resleting jaket yang ia gunakan, lalu membuka kancing blazer seragamnya. Melepas sesuatu di pinggangnya, meletak kannya hati-hati di lantai. Itu adalah rangkaian alat aneh yang belum pernah Masahiro lihat.
***
"Ini terbuka." Ken kembali memasang rangkaian alat aneh tersebut di pinggangnya, meminta senter dengan tangan kanannya. Masahiro menyerahkannya tanpa pikir sambil tengah melamun melihat pemandangan sebelumnya, ia melirik Ken di sampinya. "I-itu su-sungguh tidak dipercaya? Aku hampir saja meragukannya." Suaranya bergetar, Ken meliriknya acuh.
"Sekarang mari kita lihat apa yang ada dibalik pintu ini." Ken meraih gagang pintu tersebut dan menggesernya, itu adalah pintu geser. Ken menggerak kan senternya untuk meneliti sekitar mereka, matanya memicing. Sejauh ini apa yang terlihat disana hanyalah tumpukan berkas dan kertas, sofa besar, meja besar, kursi, dan sebuah lemari. Mengambil sebuah kertas dari tumpukan tersebut dan membacanya, Masahiro mengambil sedikit langkah kedepan, tampaknya pemuda itu mencurigai sofa besar yang tertutup selimut.
"Hiro, kembali!." Seru Ken, Masahiro terlonjak dan segera menyusul temannya itu. Pintu ruangan itu tertutup kencang, sesaat setelah peringatan Ken. Pemuda itu bahkan tidak sempat menahannya, pada akhirnya mereka berdua terjebak disana. "Sial! Jangan bertindak seenaknya, Fujita Masahiro!." Masahiro agak terkejut mendengar temannya itu berkata kasar apalagi karena dirinya, Ken segera menenangkan dirinya setelah melihat ekspresi terkejut itu. Pemuda itu menghela nafas berat sambil membenarkan letak kacamatanya. "Maaf, Hiro. Harusnya aku memberitahumu terlebih dahulu soal tadi."
"Kau yakin? Aku belum pernah melihatmu hingga semarah itu, jujur saja ini pertama kalinya setelah sebelas tahun lalu." Ken berdeham dan kembali membetulkan posisi kacamatanya, tampak sekali dia tergangu dengan hal itu. "Lupakan saja hal itu sebelumnya, aku tidak pernah marah seumur hidupku. Itu tadi hanya perasaan kesal." Ken segera melepas blazernya yang tampak mengganggu aktifitasnya juga sesuatu yang melekat di pinggangnya, Masahiro tetap menatapnya cermat sedari tadi.
"Jangan menatapku dengan seperti itu, Hiro. Aku tidak pernah berbohong. Yang lebih penting apa yang menarik perhatianmu pada sofa itu?." Ken menunjuk sofa besar di belakang pemuda itu. "Bukannya tidak tapi semua itu jarang kau lakukan, aku tahu semuanya Ken. Aku memikirkannya, jika tidak, kenapa aku bisa masuk sekolah yang sama denganmu yang pintar ini?." Masahiro segera mendekati sofa itu kembali dengan santai. "Kau ... sungguh." Paksa Ken, dia memutuskan untuk segera mendinginkan kepalanya lagi dan mendekat kearah keduanya.
"Lihatlah." Tangannya menarik sisi selimut sofa sebelah kanannya, keduanya mendekatkan pandangan untuk melihat apa yang ada dibaliknya. Ken segera menyinarinya dengan cahaya lampu senter, mereka memikirkan hal yang sama tentang apa yang mereka lihat. ""Ini ... kaki manusia."" Keduanya mengatakan secara serempak, hampir membeo satu sama lain. "Tunggu--ini adalah kaki seorang gadis. Dilihat dari permukaannya yang halus."
Masahiro menatap Ken untuk sejenak sebelum menambahkan kata dari Ken. "Jangan-jangan ini adalah tubuh korban atau Si Rose? Tidak, tidak ada bercak darah dan kelihatan masih hidup jika ini adalah korban. Kita diberi petunjuk oleh ruangan ini, setidaknya dia adalah murid di sekolah ini." Masahiro menerangkannya, Ken segera mengambil beberapa kesimpulan. "Jika ini tubuh Rose itu akan terlalu mudah, tapi murid sekolah ini? Seorang gadis? Kita tidak tahu ciri-ciri sebenarnya Rose bahkan polisi dan penyelidik tidak mengetahui seperti apa dia." Masahiro terdiam setelah menyelusuri kaki tersebut dengan pandangannya.
"Ngomong-ngomong, Ken. Kenapa kau bisa tahu ini adalah ciri kaki seorang gadis? Tampaknya kau tahu banyak. Karena kita akan terkena masalah jika kita ketahuan melakukan hal ini pada seorang gadis." Ken yang mengerti hanya terdiam, dia tampaknya kelabakan sendiri mencari alasan.
"Coba saja buka selimutnya. Siapapun pasti tahu jika ini kaki seorang gadis, jangan menanyakan dan memikirkan sesuatu yang aneh padaku, Hiro." Masahiro mengangguk-angguk mendengarnya, lalu ia membuka lebih luas sisi selimut tersebut. "DASAR ORANG-ORANG MESUM! Apa yang sedang kalian lakukan padaku?!."
Gadis itu terbangun dan segera menendang mereka berdua tanpa sengaja dengan keras, dia segera beranjak berdiri menjauhi keduanya. Keduanya meringis kesakitan, bahkan senter yang dipegang Ken terlempar jauh menggelinding menabrak pintu pelan, sedangkan itu selimut yang Masahiro pegang sebelumnya berada di pelukan gadis tersebut. "Maaf-maafkan kami! Kami tidak bermaksud melakukannya, kami kira kau adalah korban di ruangan ini." Ken memasang kacamatanya yang terjatuh, segera membungkuk minta maaf juga dengan Masahiro. "Jadi kalian menganggapku sudah meninggal, dengan itu kalian bebas melakukannya padaku?!."
"B-bukan itu maksud kami! Kami sebenarnya sedang mencari kedua teman kami yang telah menghilang beberapa jam yang lalu karena sedang mencari sesuatu di sekolah, lalu kami terjebak disini saat mencari mereka." Jelas Masahiro panik, gadis itu segera merilekskan badannya dan mengehela nafas panjang. "Baiklah, kali ini kumaafkan kalian berdu--"
Tiba-tiba saja pintu ruangan tersebut terbuka lebar hingga menyebabkan bunyi keras akibat terbentur, ada seorang gadis lain yang membawa senter. Ia segera memukul keduanya dengan berkas yang ada di meja sebelumnya dengan kuat. "Apa yang kalian lakukan di tempat ini?! Aku kesini karena mendengar teriakan mu, apa kau tidak apa-apa Minami?!." Gadis itu segera menghampirinya dengan khawatir, gadis bernama Minami tersebut segera mengangguk. "Lagian, kenapa kalian berdua bisa masuk kesini? Pintu ruangan sudah ku kunci sebelumnya agar angin tidak kembali membuka pintunya." Omel gadis itu, Ken segera tersadar. "Jadi kau yang menguncinya tadi?! Kami berada di dalam saat kau menguncinya, ini semua gara-gara kau!."
"Itu tidak mungkin terjadi, aku sudah memastikan tidak ada seorangpun di dalam kecuali Minami yang sedang beristirahat." Sangkal gadis itu, kondisi diantara mereka bertambah aneh. "Yuki, dimana Kou? Kalian tidak bersama-sama?." Yuki kembali melirik Minami lalu mendesah lelah, gadis bertopi tersebut segera kembali keluar untuk membawa setumpuk berkas yang ia bawa sebelumnya. "Dia akan segera kesini dengan anggota baru, menyebalkan. Makin lama tugas ini makin bertumpuk sebelum bisa menyelesaikan salah satunya." Gerutunya keras, Minami menaruh selimut sebelumnya setelah ia rapikan di sofa. "Bawa ini." Yuki memberikannya setumpuk berkas yang ia bawa sebelumnya kepada Ken, pemuda itu menanggapinya dan menggerutu kecil saking beratnya sebelum menaruhnya di meja. "Kalau tidak salah kalian--Matsuoka Ken dan Fujita Masahiro bukan? Temannya Nishimura Kiku dan Kei." Perkataan Minami membuat mereka berdua terkejut, Yuki menggangguk. "Bagus kau bisa mengenalinya. Kau benar, mereka adalah teman keduanya."
***
"Begini saja, bagaimana jika kita saling bertukar informasi tetang apa yang terjadi. Itu akan lebih baik." Minami mengusulkannya sambil duduk di sofa, sedangkan Yuki tengah duduk di mejanya yang penuh berkas miliknya. "Aku setuju dengan hal itu, duduklah kalian." Ken dan Masahiro menatap Minami untuk hal itu, Yuki berdecak kesal. "Di lantai." Tekan gadis itu. Keduanya terpaksa menurut padanya karena tidak ingin lagi di hukum.
"Matsuoka Ken, segera ceritakan bagaimana kalian bisa sampai ada disini. Lengkap." Ken sepertinya tengah menyusun kata-katanya, dan melonggarkan dasinya yang terasa sesak. "Dari awal, kami kembali ke sekolah untuk mencari Kiku dan Kei. Sebenarnya sebelum itu kami telah mencari mereka di tempat lain, dan terakhir adalah sekolah. Kami telah menyusuri lorong dan kelas-kelas di sekolah, tapi kami terjebak di lorong ruangan ini." Minami membuka ponsel gengamnya yang bergetar di saku roknya, sepertinya ia mendapat sebuah pesan dari seseorang. "Kalian terjebak di lorong ini? Bagaimana bisa? Lorong ini hanya lurus lalu berakhir dengan belokan kiri lorong belakang sekolah dan disepanjang lorong hanya ada beberapa klub indoor sekolah, dan perpustakaan kedua sekolah yang lama."
"Maka dari itu, kami juga menangkap suatu keganjilan. Setelah menelusuri lorong berkali-kali, kami tidak menemukan belokan lorong kiri belakang sekolah. Kami selalu berjumpa dengan pintu ruangan ini, layaknya kami dipindahkan berulang kali ke awal pertengahan lorong. Karena ruangan ini berada di pertengahan lorong, kami tidak pernah mencapai ujung maupun awal lorong." Yuki merasakan hal yang baru mendengarkan mereka menjelaskan tentang lorong ruangan klub. "Jadi, kami memutuskan memasuki ruangan ini. Tentu tanpa merusak pintu. Saat di dalam, tiba-tiba saja pintu tertutup kencang tanpa bisa kucegah." Minami tengah berpikir sejenak, sebelum menambahkan. "Yuki, apa menurutmu ini suatu yang disengaja oleh mahluk itu? Kau pasti melihatnya juga saat kita tadi kesini, di dekat awal belokan lorong depan. Dia berwarna hitam dan tubuhnya hanya kabut." Yuki menarik kesimpulannya segera, Ken dan Masahiro tampak terkejut setelah mendengarnya. "Ini kejadian yang disebabkan oleh roh jahat, mistis dan keganjilan. Sebelumnya perkenalkan, aku Kurosawa Yuki dan yang ada disana adalah Yuzurika Minami. Kami adalah anggota klub ini, dan klub ini adalah tempat kami menyelidiki dan memecahkan misteri khususnya Red Rose."
"Eh?!."
***
Apakah ada yang mengerti Red Rose? Ini masih awaaaal sekali, itu adalah kenyataan. Authornya harus banyak berkreasi nih, agar bisa menulis Red Rose yang gaya kepenulisannya berbeda.
Et dah, ribet banget. Sebenarnya gaya kepenulisan setiap cerita yang pernah authornya buat berbeda-beda semua, authornya sendiri kagak paham kenapa. Yah, jadikan saja authornya barang unik yang antik berupa kepingan mozaik yang berbeda kayak ceritanya yang berbeda semua. Mulai dari macam-macam genre yang belum pernah dicoba, dan yang paling susah adalah romance. *bisa dicari di akun lain author nama ceritanya ID:El
Kalian pasti tahu kenapa:)
Entah kenapa author berpikir dengan minor romance yang soft, maksudnya soft gitu. Lembut, tetapi minor. Si ID:El.
Sejenak, author berpikir tentang Seke pas nulis adegannya Ken sama Hiro:)
Lupakan saja😂
Itu tidak akan terjadi, setidaknya.
Dan karena authornya ingin cepat-cepat menyelesaikan cerita ini, ditunggu saja.
Karena tidak ada jadwal update.
Bye-bye💕
*Kokngeselinyahauthornya:)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top