Rose.01
Tahun 20XX, terjadi kasus pembunuhan berantai di dekat Tokyo. Lebih tepatnya di daerah Shirazame. Polisi dan para penyelidik akhirnya turun tangan dalam kasus ini. Korban kebanyakan berasal dari SMA Kanoukou.
Para korban tersebut bisa menghilang kapan saja dan dimana saja. Kamar mandi, lorong sekolah, gang, lapangan, bahkan diantara keramaian. Mulai dari siang hingga tengah malam. Mereka menghilang.
Penyelidik kesulitan memecahkannya, mereka hanya punya satu petunjuk untuk itu. Para korban tersebut adalah ... orang-orang yang populer, dikenal banyak orang, hingga--penindas. Beberapa kemungkinan terjadi disini, Sang pelaku adalah orang yang iri dengan para korban, entah itu kepopuleran mereka, atau bahkan punya dendam tersembunyi. Tapi, ada juga yang menyebutkan kalau Sang pelaku adalah orang yang pernah atau sering ditindas oleh para korban. Ketidak adilan dalam memperlakukan seseorang itu sering terjadi juga di Kanoukou. Murid ataupun guru--sama saja.
Setelah diperkirakan lagi, ada seorang guru yang tiba-tiba absen tanpa keterangan. Guru tersebut mengajar berbagai kelas. Kelas 1-1, kelas 1-3, kelas 2-2, kelas 2-3 dan--2-1. Abe-sensei. Begitulah mereka memanggilnya. Abe-sensei memang terkadang sering sekali mengintimidasi siswa agar memiliki nilai bagus di pelajarannya, tidak heran banyak siswa yang tidak menyukai bahkan membenci Abe-sensei.
Yang menjadi permasalahannya ada disini. Semua ciri-ciri tersebut mengarah ke kelas 2-1. Tapi, yang tidak bisa di deteksi adalah--siapa pelakunya? Kelas 2-1, kelas yang penuh dengan orang-orang berbakat. Tidak ada orang yang tidak berbakat dikelas ini. Mulai dari akademik hingga non-akademik. Meskipun begitu, tidak jarang banyak siswa kelas ini dijuluki cupu. Hanya beberapa orang saja yang trendi di kelas ini--dan mereka adalah ketiga belas korban tersebut. Banyak siswa dari kelas-kelas lain yang memandang siswa-siswa lain sebelah mata. Makanya banyak orang yang membenci mereka dari kelas 2-1 tersebut. Tidak ada orang dari kelas tersebut yang tidak pernah ditindas. Mereka mempunyai dendam yang sama. Sulit mencari yang mana Sang pelaku.
Ada yang bersyukur akan hal ini dan tidak. Meski begitu, penyelidik menyelidiki beberapa orang yang mencurigakan. Mereka adalah orang-orang tak bersalah yang dikorbankan oleh para penyelidik untuk menyelesaikan kasus--dengan kata lain mereka berbohong. Semata untuk meredakan ketegangan masyarakat.
Yah, setidaknya itu yang kutahu tentang Red Rose.
***
"Kurosawa, lagi-lagi?." Tanya seorang pemuda, orang yang dimaksud hanya terdiam sambil mencoret sticky note. "Sudahlah Shin, hal seperti ini dialah yang paling bersemangat. Maklum saja, Kawagura-sensei baru saja membahasnya." Pemuda lain datang menepuk pundak pemuda tersebut. "Lebih tepatnya menyinggung." Masamnya, pemuda lain tersebut hanya bisa tertawa. Tampaknya pemuda tersebut tahu apa yang menjadi permasalahan temannya itu.
"Jika kalian belum juga selesai mendrama akan kutinggal, bye." Orang bermarga Kurosawa tersebut segera pergi meninggalkan kedua orang tersebut. "T-tunggu, Kou!." Keduanya langsung saja melanjutkan menata alat tulis lalu memasukannya kedalam tas berharap teman mereka tersebut tidak pergi terlalu jauh.
"Eh, Shin-kun dan Mido-kun membuat Kakak mu kesal lagi. Sungguh tidak bisa kupercaya mereka bertiga masih saja bisa akur bukan, Yuki." Seorang gadis bergaya rambut ikat samping memerhatikan scene tersebut mulai dari awal hingga akhir menyenggol lengan gadis disebelahnya. "Yah~ aku tidak peduli, aku sudah cukup muak memerhatikan mereka bertiga." Gadis yang disenggolpun hanya acuh sambil membuka bungkus permen. Meskipun gadis itu adik dari pemuda tersebut--dia bertingkah layaknya tidak mengenal satu sama lain, yang mengetahui hal tersebut hanyalah gadis disebelahnya tersebut dan dua orang bodoh tadi.
"Etto, Yuzurika-san! Tugas dari Amegara-sensei belum kau kumpulkan lho." Gadis yang merasa namanya terpanggil langsung saja berkeringat dingin. "E-eh, Koizumi-san aku belum sempat merangkumnya jadi satu. Aku janji aku akan memberikan tugasku padamu besok, jadi tolong jangan tatap aku dengan wajah permusuhan seperti itu." Gadis bermarga Koizumi tersebut hanya menghela nafas lalu duduk sambil membenarkan kacamatanya. "Oke, besok. Jika besok tidak kau kumpulkan--kurasa aku harus menahan mu disini selama beberapa jam." Gadis yang diajak bicarapun hanya mengangguk pundung, "B-baik, Ko-koizumi-san."
"Hei, Yuzurika-chan! Jangan lupa besok kau harus masuk Klub, Sensei mencarimu. Kau harus segera berlatih untuk progam bulan depan." Yuki melihat sekilas gadis disampingnya tersebut, entah kenapa Yuki berpikir kalau gadis disebelahnya ini banyak menimbulkan masalah tapi justru itu hal yang paling menarik darinya.
"Baik, aku akan ke Klub besok. Tunggu saja Rin-chan." Yuki mulai meneliti gadis yang berstatus sahabatnya ini, gadis itu memiliki rambut hitam pekat panjang yang di ikat samping agak tinggi, mata dark brown nya lebih gelap dari orang lain, perawakannya juga agak tinggi dari gadis SMA biasanya--mungkin karena gadis itu mengikuti Klub Renang, tapi gadis tersebut tampaknya lebih kurus dari biasanya.
Gadis tersebutpun menoleh kearah Yuki karena merasa dilihat sedari tadi, "Yuki? Kenapa kau memandangku seintens itu? Apa ada yang salah denganku?." Dan gadis itupun sangat peka dengan pandangan meneliti Yuki. "Tidak apa-apa. Tumben sekali kau melewatkan kegiatan klub, Minami."
Gadis tersebutpun tersentak lalu tersenyum. "Ah ternyata, Yuki pasti tahu. Well, kalau soal itu kemarin aku tidak sempat memberitahukan kepada Amehara-sensei karena pulang lebih awal." Minami menggerakkan jari telunjuknya memutar-mutar lalu mengambil permen dari mulut Yuki lalu mengemutnya. "Benar juga, kemarin kau sesak napas saat pelajaran Olahraga. Sensei menyuruhmu agar pulang ke rumah lebih awal."
"Aish, Mina-chan! Jika kau ingin menjahili Yuki-san jangan melakukan hal seperti itu! Yuri-desu, Yuri!." Tiba-tiba saja seorang pemuda yang bernama Shin memasuki lingkup sepasang sahabat itu. "Diamlah! Ini bukan Yuri, ini namanya berbagi! Benar bukan Yuki?!." Minami menyangkal. "Dasar laki-laki berotak Fudan! Aku masih tahu batasan yang tepat, lagian Kou-nii tidak masalah dengan ini!." Lanjut Minami. "Oi, sejak kapan Kou jadi kakak mu, Mina-chan." Shin bersweetdrop. "Tentu saja sejak perang negara api dimulai dan hubungan persahabatanku dengan Yuki dimulai!." Minami bersemangat untuk hal itu.
Shin hanya bisa terdiam tanpa berkata-kata dengan ke bodohan Minami yang seakan mendarah daging, tunggu ... tapi kenapa gadis bernama lengkap Yuzurika Minami tersebut bisa masuk peringkat 3 besar pararel sekolah?! Ha, rasanya Shin ingin tertawa miris mengetahui kenyataan yang tidak diketahui oleh orang lain tentang gadis tersebut.
***
"Hei, Kou-nii. Kenapa kau jadi tertarik dengan hal seperti ini? Apakah seperti perkataan Shin, karena Kawagura-sensei membahasnya?." Tanya Yuki mengambil sebuah sticky note dari meja belajar kakaknya tersebut. Kou yang sedang memainkan handphone nya hanya melirik sekilas dan kembali memainkan benda tersebut. "Tidak, hanya kurasa menarik setelah mendengarnya-"
"Dan karena menarik Kou-nii sampai membuat catatan sebanyak ini." Potong Yuki. "Yuki. Bagaimana kalau kita membuat sebuah Klub?." Yuki menoleh menatap Kou dengan tatapan datar yang heran.
"Klub? Untuk apa?." Kou terlihat sedang menimbang-nimbang perkataan selanjutnya. "Memecahkan kasus paling bergengsi di Tokyo tercinta, kau pasti tahu maksudku Yuki. Dan tentu saja ini Klub ini dirahasiakan dari publik." Kou bangkit dan segera duduk di meja belajarnya dan membuka laptop rancangannya, memulai mengetik sesuatu di browser.
"T-tapi Kou-nii, jika seperti itu namanya ilegal bukan?! Kau tahu apa akibatnya jika kita sudah masuk lebih dalam apalagi jika polisi sudah bertindak!." Yuki membantah yang dihadiahi lirikan singkat oleh Kou."Tapi kau tidak menolaknya bukan? Artinya kau tidak keberatan akan Klub rahasia ini. Kau tidak akan bisa membohongiku, Yuki." Yuki kehilangan kata-kata mendengarnya, oh ini yang terburuk dari kebiasaan Kou.
"Kuucapkan Welcome to The Rose, Yuki! Mulai hari ini kita akan menyelidiki berbagai macam kasus dan rahasia terdalam Tokyo, dan Start nya adalah RED ROSE!." Seru Kou menunjukkan sebuah situs gelap tentang Red Rose dengan senyum penuh kelicikan terukir diwajahnya.
***
Wanita muda itu tersentak dari lamunannya, dibawah payung yang melindungi tubuh ringkih dari hujan salju ringan dikawasan tersebut, dia tersenyum miris.
"Tampaknya aku sudah ditemukan. Gawat, jika begini terus dia akan memburuku." Dengan noda merah lembut di bibir manisnya, wanita tersebut melangkahkan kakinya menjauh. Tampak seseorang dari kejauhan berjalan mendekati posisi awal wanita muda tersebut, uap yang keluar tidak membuat orang tersebut berhenti memandang jejak kaki yang berada di dekat kaki jenjangnya.
"Tampaknya ada seekor tikus kecil yang mencoba masuk. Tampaknya cukup lezat untuk dicicipi, tunggu saja." Uap-uap dari nafas yang dikeluarkannya menyatu dengan yang lain dengan bebas diudara, menyisakan sebongkah senyuman tipis yang manis. Syal merah yang digunakannya melambai-lambai tertiup angin musim dingin, tangan dingin itu menggenggam sepasang sarung tangan tipis yang juga melambai-lambai tertiup angin.
"Dinginnya--sebaiknya aku segera pulang, kereta terakhir akan datang beberapa puluh menit lagi. Aku harap aku bisa tiba di stasiun tepat waktu, sebelum kereta berangkat." Kaki jenjang tersebut melangkah berbalik dari arah sebelumnya, berlari kecil menembus dinginnya tumpukan salju yang dilewati tersebut.
"Hari ini menu makan malamnya apa ya? Recchi-nee pasti sedang memasakkan sesuatu yang enak dirumah. Ah, aku tidak sabar memakannya."
***
"Ken! Bisakah kau mengatarkan filenya? Hiromi-nii lagi-lagi melupakannya." Dari suaranya tidak salah lagi seorang wanita muda, pemuda yang dimaksud sedang mengetik sesuatu di komputer miliknya dengan cepat.
"Wakatteru mou Hina-nee! Jangan teriak-teriak seperti itu, Ryakuro-san akan menasehatiku lagi!." Pemuda yang menjawab pertanyaan tersebut hanya mendegus kesal berharap kakaknya yang satu ini berhenti melakukan kebiasaanya yang menjengkelkan, "Ken, kau tahu sendirikan aku juga sibuk." Secara tiba-tiba kakak dari pemuda tersebut sudah menyender saja di pintu kamarnya.
"Lagi-lagi kau sibuk bermain dengan benda itu, ayolah Ken ... temani aku. Aku kesepian dirumah dengan setiap orang yang menghuni tempat ini selalu sibuk dengan urusan-urusannya masing-masing." Rengekan Hinami membuat kepala Ken penuh dengan ingatan pertengkaran mereka yang sudah terjadi selama seharian ini, "Aku tidak akan mengganti jawaban yang kulemparkan padamu tadi pagi, Hina-nee. Kau ini lebih tua dariku tapi kenapa sikapmu sangat kekanakan sekali, dewasalah Nee-chan."
Hinami tidak bereaksi setelah mendengar kata-kata Ken. Ken yang menyadari sesuatu yang salah hanya bisa mendesah dalam hati.
Sebuah dorongan kuat menghantamnya, hal itu membuat pemuda berkacamata tersebut menubruk tembok dibelakangnya. Cengkraman kuat di pundaknya membuat Ken meringis kesakitan, terlalu kuat, cengkaraman itu terlalu kuat!.
"Kau bilang kau tidak mau menemaniku, Ken?! BERANINYA KAU! Aku ini kakakmu! Sebagai seorang adik seharusnya kau tidak menolak permintaan kakaknya, SADARI TEMPATMU BODOH!." Seruan Hinami yang lantang tersebut membuat beberapa Maid dan seorang penjaga yang datang untuk mengecek kamar tidak berani masuk untuk memisahkan keduanya. Itu karena Hinami, kakak kedua Ken.
Hinami adalah wanita muda berumur 21 tahun, seorang yang memiliki kecantikan melebihi orang biasa, sempurna dalam hal etika, pelajaran, bahkan fisik, dan lulusan terbaik di Universitasnya. Saat ini Hinami menjabat sebagai direktur tertinggi di MA, perusahaan milik keluarga Matsuoka, keluarganya sendiri. Hinami yang sempurna sendiri itu ada karena kebiasaannya yang seperti pedang bermata dua. Dikarenakan sejak Hinami kecil diurus oleh keluarga besar Matsuoka, dia ditekankan untuk sempurna. Tentu saja Hinami yang masih kecil mengalaminya hingga beranjak remaja mengalami tekanan mental selama bertahun-tahun, saat keluarganya tahu dan segera mengambil Hinami--semuanya telah terlambat. Hinami sudah berubah. Sikapnya yang dulu lemah lembut dan sopan telah berubah kejam, liar dan brutal. Hinami yang sekarang adalah seorang yang memakai topeng. Dengan kata lain, dia bermuka dua.
Dan permainan yang dimaksudnya. Itu adalah test yang biasanya diuji untuk para mutan negara dalam tahap uji coba test tentang rahasia negara-negara berkembang. Entah kenapa kakaknya tersebut bisa dengan mudah mendapatkan hal seperti itu di Laptopnya.
"Harap menyingkir!." Ken melirik diantara sudut tersisa, sungguh leganya para dokter dan beberapa perawat datang dalam waktu yang tepat. Namun ... meskipun begitu--tiba-tiba saja Hinami mencekik lehernya kuat. "Nona Hinami, tolong lepaskan cengkraman anda pada Tuan Ken! Kami tidak akan melakukan apa-apa jika Nona sendiri menurut untuk melepaskan Tuan."
"Pergi kalian! Apa hak kalian mengatur dan memerintahku seperti itu! Karena Ken telah melakukan kesalahan--bukannya dia harus dihukum agar dia tidak mengulanginya lagi?." Dokter tersebut mengerutkan keningnya geram, "Nona Hinami, kami hanya melakukan perintah dari Tuan Hiromi. Sekarang lepaskan cekikan tersebut dari Tuan Ken atau kami akan segera memberikan obat penenang pada Nona!." Tegas Sang dokter dengan beberapa perawat yang sudah bersiaga bahkan diantaranya telah membawa suntikan berisi obat penenang.
"Hiromi-nii? Tidak mungkin dia memerintahkan hal kejam seperti itu untuk diriku! Apa lagi yang kalian butuhkan hah?! Aku sudah mengontrol perusahaan dengan baik, aku selalu mendapat rangking satu pararel, aku tidak pernah memalukan nama baik keluarga dan sekarang ... apa lagi? JAWABLAH APA LAGI?! Beritahu diriku! Apakah etika? Aku kurang sopan bukan terhadap kalian, para dokter?." Hinami memasang seringai setelah mulut manisnya selesai berucap, para dokter tersebut telah mengubah posisi mereka.
"Kunci pintunya! Semuanya termasuk Tuan Ken, segera gunakan baju pelindung! Berhati-hatilah agar tidak terluka." Para Maid yang mendegar perintah tersebut segera mengunci pintu kamar Ken, para dokter dan perawat segera memasang baju pelindung, sementara itu Ken mengambil beberapa pelindung dari rak yang ada untuk melindungi tubuhnya.
"Jika itu keinginan kalian--baiklah, tampaknya aku harus memperbaikinya! Berterimakasihlah padaku, dokter bodoh!." Hinami mengambil sebuah pisau lipat yang tajam dari saku roknya, siap menebas siapapun di depannya.
"Tuhan, tolong selamatkan kami." Gumaman dokter tersebut menjadi awalnya dari pembantaian brutal dirumah mewah tersebut, "Tidak ada gunanya berdoa. Karena Tuhan tidak akan menolong kalian!." Tawanya lalu sebuah sayatan lebar mendarat ditubuh salah seorang perawat, jeritan penuh rasa sakit menggema di ruangan tersebut. Jeritan penuh keputusaan, sayatan-sayatan brutal, darah yang mengalir deras dan tubuh dengan isi perut yang berceceran menjadi pemandangan tercipta semalaman itu oleh Matsuoka Hinami. Meninggalkan tubuh ringkihnya yang tertidur dilantai dengan darah yang menggelimpang, dokter yang telah berhasil memberikan obat penenang tersebutpun telah rubuh akibat tebasan kuat yang memotong lehernya.
***
No coments for this chapter actually ...
Maaf kalau bagian terakhir gk begitu dimengerti soalnya Ai juga bingung ama hubungan keluarga antara mereka bertiga mau dibuat gimana, karena si Hinami itu punya gangguan mental juga😞
Cuman kalo ada yang salah karena gaya penulisan yang baru dicoba tolong kasih tau author yah!
Mungkin jadwal update untuk RR adalah 2 minggu sekali atau gk sebulan sekali😌
Sekian dulu!
Need Vomment^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top