05: another full moon
"KAU MERENCANAKAN INI,"
Minho tidak bisa mencegah kemarahan mendesis keluar dari lisannya. Ia merasa bodoh. Bisa-bisanya ia lengah dan membiarkan dirinya merasa berada di atas angin. Pertemuan-pertemuan tak terduganya dengan Chan hanyalah salah satu bait. Praduganya, Chan sengaja tidak memunculkan diri agar ia terpancing, agar ia datang padanya. Chan sengaja meninggalkan bulunya di sekitar tempat kejadian perkara agar Minho menemukannya.
Chan sengaja tak menyembunyikan diri agar Minho menemukannya.
"Kau—sudah merencanakan ini." Minho kembali mendesis, "Kutebak, beberapa saat lagi, pasukanmu akan datang dan menyerbuku."
Chan bersenandung. Di gelap malam ini, senandungnya terdengar hingga ke telinga Minho. Santai sekali gelagatnya. Kecurigaan itu semakin menguat. Orang yang santai seperti ini hanya menunjukkan satu hal—ia sudah siap, ia sudah tahu harus apa untuk menghancurkannya. Orang yang santai adalah orang yang paling berbahaya.
Insting Minho kembali menendang-nendang. Chan berbahaya.
"Mungkin?"
Setelah berkata demikian, tubuh Chan perlahan berubah. Jemarinya berubah menjadi cakar. Telinganya memanjang. Bulu-bulu tumbuh cepat menyelimuti tubuhnya. Mulutnya yang tersenyum berubah menjadi moncong bertaring. Chan berubah menjadi serigala. Dan sebelum Minho bereaksi, Chan lebih cepat, mengayunkan cakarnya hendak mencabik, meninggalkan goresan di pipi dan dagu—dapat lebih fatal lagi jika kesadaran Minho tidak menendang dan membuatnya melangkah mundur beberapa senti.
Minho meringis. Luka di wajah menyebabkan pendarahan tak terkendali. Bukan saatnya untuk mempedulikan rasa sakit. Chan sang serigala di hadapannya, siap menerkam.
Haruskah—
Tidak, tidak. Kalau ia melakukannya, itu yang diinginkan Chan.
Tembakan pertama diluncurkan. Chan lebih cepat dibandingkan yang ia kira. Tembakan demi tembakan lagi diluncurkan, hanya satu yang berhasil menggores kulit Chan. Minho melangkah mundur dengan cepat seraya mengokang senapan. Salahnya memilih tempat—tempat persembunyian terdekat begitu jauh dari jangkauan, saat Minho tiba di sana, Chan sudah terlanjur mengoyaknya habis. Pun serigala itu tidak memberikannya waktu berpikir. Satu cakaran lagi membenam di lengannya. Serigala itu begitu dekat, teramat dekat saat Minho nekat mengarahkan moncong senapannya tepat di tubuh Chan.
Pelatuk ditarik. Suara ledakan senapan dan teriakan serigala menggema di malam yang sepi.
Tubuh Chan menggelinjang sebelum perlahan berubah, kembali menjadi manusia. Ia terbatuk, darah dimuntahkan, menetes-netes dari mulutnya menuju tanah. Bahu Minho turun bersamaan dengan helaan napasnya. Matanya dengan gelisah menatap ke arah sekitarnya.
Hanya ada bangunan dan pepohonan. Tidak ada suara apapun selain desir angin dan rintihan Chan. Tidak ada bau apapun kecuali bau amis darah dan bekas letupan mesiu yang masih berasap.
Tidak ada yang datang. Tidak akan ada yang datang.
"Kau—"
Chan terkekeh lemah dengan mulut yang masih memuntahkan darah. Bibir Chan bergerak pelan. Malam itu begitu sunyi, suara Chan terdengar begitu nyaring, menggaung di benaknya, menetap permanen di relung hatinya. Kedua tangan Minho mengepal, marah.
//
penjelasannya(termasuk apa yang dibilang chan) ada di epilog ya :"D (iya, epilognya bakal panjang ;;)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top