04: new moon
TATKALA BULAN CEMBUNG baru naik, Minho sudah berada di luar. Ini harus diselesaikan secepatnya. Sudah diberitahukannya para penduduk bahwa ia sudah menangkap manusia serigala dan hal terbaik yang dapat mereka lakukan adalah tetap di rumah masing-masing, dan tidak mengintip ke luar untuk melihat apa yang terjadi. Minho tidak ingin ada penonton sejak awal mula, penonton hanya akan menjadi beban tambahan untuknya, lagipula. Setelah menarik kesimpulan, ia tidak bisa menangkap Chan dengan cara yang biasa.
Karena jika instingnya benar—ia tidak dapat menggunakan jebakan manusia untuk menangkap Chan.
Karena jika instingnya benar, ia seharusnya sudah melihat Chan di—
—sini.
Saat pemuda itu menoleh, dilihatnya Chan berada di sana. Berdiri di hadapannya, tatap mata lurus ke arahnya. Wajahnya disiram oleh sinar bulan cembung dan seketika, Minho terpaku. Sayang sekali, ia harus mengakhiri nyawa orang di hadapannya tanpa ampun (dan bayang-bayang Chan dengan merah darah di wajah, disiram oleh sinar rembulan, entah mengapa membuat perutnya bergolak). Kesiagaannya tidak kunjung lenyap. Gelagat Chan pun santai, seakan ia tidak tahu apa-apa. Tapi kilat mata itu, kilat mata itu adalah kilat yang siap menerkam apapun yang ada di depannya.
Ia tahu.
"Sedang mencariku, kutebak?"
"Bisa dibilang." Minho berkata. Mata menyipit, memperhatikan segala gelagat Chan dengan seksama. Napasnya sempat tercekat sejenak. Chan tahu. Instingnya tahu. Tetapi Minho tetap mempertahankan ekspresi fasialnya. Peraturan pertama, jangan sampai lawanmu berpikir kalau kau ketakutan. "Sulit sekali melupakan wajah dan baumu, Tuan."
Karena Minho memang tidak takut. Terlebih pada manusia serigala pemangsa puluhan nyawa. Ada banyak hal yang lebih menakutkan dibandingkan pemuda jejadian di hadapannya. Sudut bibirnya terangkat timpang. Nadanya saat berkata pun mengandung kesinisan yang teramat.
"Tuan Manusia Serigala."
Bersamaan dengan itu, moncong senapannya diarahkan tepat di dahi Chan. Tatap Minho begitu membunuh. Tatap Chan begitu santai, dengan senyum terulas di wajah. Senyum bulan sabit.
Insting Minho menendang-nendang. Tatap mata itu berkilat senang. Chan sudah menantikan ini. Chan mungkin sudah merencanakan ini.
"Gotcha. Aku menunggu datang. Si Tudung Merah."
Dan mungkin, Minho yang telah jatuh ke dalam perangkap Chan. Chan membiarkannya mendapatkan semua petunjuk. Chan membiarkannya menghadapinya hanya demi menjatuhkannya seperti ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top