01: gibbous moon
"Ingin satu gelas lagi, Tuan?"
Minho mengangguk seraya menatap jendela. Matahari telah mulai turun, meninggalkan jejak semburat jingga di angkasa. Sudah saatnya bagi Minho untuk meletakkan barang-barang di kamarnya, kemudian turun dan menyelidiki kota baru ini sebelum memulai perburuan. Manusia serigala lebih berbahaya dibandingkan harimau—mereka dapat menjadi manusia, berbaur dengan masyarakat sekitarnya sebelum memangsa mereka semua dalam diam. Karena itulah, banyak yang mencari para pemburu dan membayar mereka semua dengan harga mahal. Minho termasuk di antaranya. Tetapi Minho tidak meminta bayaran terlalu mahal. Ia hanya ingin makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Walikota mengabulkannya dan ia hanya perlu melapor setelah ia mendapatkan tempat tinggal sementara.
"Boleh."
Sang bartender mengangguk sebelum menuangkan minuman lagi di gelas kosong. Di bar, ia dapat mengorek informasi akan lingkungan barunya ini, melalui obrolan bartender ataupun racauan orang-orang mabuk. Pun dapat menebak-nebak, akan seperti apa penduduk di lingkungannya ini?
Karena sebelum ia memulai perburuannya, ia harus mengetahui medannya dulu. Manusia serigala di suatu kota pastilah lebih tahu dan lebih mengerti.
"Apa anda serius ingin bermalam?"
Pertanyaan itu membuat Minho menatap sang bartender, seakan sang bartender baru saja bertanya mengapa ikan tidak dapat berjalan di daratan. Alis terangkat heran. Tatap matanya agak merendahkan.
"Memangnya kenapa?"
"Tidak, hanya saja," Sang bartender berkata ragu, "Kota ini dihantui teror manusia serigala. Baru kali ini ada pendatang yang ingin bermalam."
Mendengarnya membuat Minho mendengus geli.
"Tentu saja. Aku suka manusia serigala,"
.
.
.
Barang-barangnya telah tersusun rapi di kamar. Malam telah tiba saat Minho keluar sendirian, berjalan-jalan di tengah kota. Jubah merahnya ditinggalkan di kamar, Minho hanya menggunakannya saat ia mulai berburu. Saat ini belum—ia harus mengenal semua bidang barunya sebelum memulai, ingat?
Kota ini seperti kota mati di malam hari. Tidak ada satupun orang yang keluar. Hanya ada lampu-lampu minyak jalanan sebagai penerang. Teror manusia serigala di tempat ini lebih mengerikan dibandingkan tempat-tempat lainnya (atau hanya penduduk yang kurang edukasi?). Seseorang berubah menjadi manusia serigala saat bulan purnama, dan di saat itulah, manusia serigala akan memulai perburuannya. Seharusnya. Karena sunyinya kota ini, seorang pemuda dengan mantel tebal yang tengah melintas pun terlihat begitu asing.
"Kau orang baru?"
Alis Minho berkerut. Bahunya tegang. Siaga. Apa yang pemuda ini inginkan?
"Kenapa?"
"Tidak. Hanya orang baru yang masih di luar jam segini." Nada suara pemuda itu ringan, santai, mengajak berkenalan dengan keramahan di dalamnya. "Namaku Chan, orang asing."
Uluran tangan Chan dibiarkan menggantung di udara. Tidak dibalas. Minho hanya menatapnya, menyelidik seraya memperkenalkan diri.
"Minho."
Chan tampaknya puas hanya dengan perkenalan itu. Tangan pemuda itu turun, dimasukkan di saku mantel. Tanpa mengatakan apapun, Minho berlalu. Melanjutkan langkahnya menyelidiki kota sepi ini. Tanpa mengetahui bahwa Chan menatap punggungnya, terus menatap punggungnya hingga menghilang ditelan gelap dengan sebuah seringai.
Sampai bertemu lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top