Tujuh
Happy Reading... ❤
######
"Pertemuan sekali boleh jadi kebetulan. Kalau dua kali mungkin kebenaran. Tapi, kalau tiga kali itu namanya takdir. Dan kalau lebih bisa saja jodoh."
****
"Lo?! Lo ngapain di sini?" tanya Andra kasar, setengah terkejut atas kehadiran Shilla di rumahnya.
"Lah lo yang ngapain?! Jangan bilang lo anak Om Roni sama Tante Risa?" tanya Shilla tak kalah terkejut. Ia berharap bahwa si cowok garam bukan anak dari sahabat orang tuanya. Shilla lalu menatap sahabat orang tuanya kemudian menatap kedua orang tua dan masnya secara bergantian, seolah meminta pembenaran atas harapannya.
"Bener Neng, Ini Andra anak Om sama Tante." jelas Risa pada Shilla. Shilla yang mendengar penuturan Risa hanya bisa terduduk lemas. Bagaimana bisa orang yang sangat menyebalkan baginya malah menjadi tetangganya yang tak lain adalah anak dari sahabat kedua orang tuanya. Habislah hari-hari Shilla yang menyenangkan nantinya.
"Nggak Mam," ucap Andra tidak percaya.
"Nggak apanya Bang?" kali ini Risa bertanya heran pada anak lelakinya itu.
"Nggak Mam, dia bukan Eneng. Namanya Shilla, dia temen sekelas Andra yang paling nyebelin Mam," ucap Andra sambil menggelengkan kepalanya, masih tidak percaya bahwa Shilla adalah tetangga sebelah rumahnya. Dan ia tidak mau percaya itu.
"Iya nak, Shilla itu Eneng, anak bungsu Tante sama Om." jelas Adi pada Andra, sambil tersenyum lucu.
"Wah ternyata mereka satu kelas, dan mereka sudah saling mengenal." sahut Roni setengah tertawa dan disambut kekehan oleh istri dan sahabat-sahabatnya. Sementara Deni dan Renna hanya terbengong-bengong melihat drama saudara mereka.
"Masa iya sih gue harus ketemu lo terus, sudah cukup senin sampai sabtu ketemu lo di sekolah. Eh sekarang malah ketemu lo bisa tiap detik. Masa iya tiap nongol ke halaman depan bisa liat muka lo, nongol di jendela bisa liat muka lo. Ih mimpi buruk ini jadinya," omel Andra sambil menatap Shilla kesal.
"Eh mulut lo nyinyir banget ya, kaya cewek tau gak. Ngomel terus, lo kira gue mau sebelahan rumah sama lo. Ogah gue!" sahut Shilla tak kalah kesal.
"Eh apaan sih kalian, sudah jangan berantem terus. Emang ada masalah apasih kalian?" Kali ini Reva yang bertanya pada Andra dan Shilla. Ia penasaran dengan apa yang telah terjadi pada anaknya, begitupun Risa dan para suami mereka.
"Itu Mi, si cowok garam ya cowok nyebelin ini." tunjuk Shilla ke arah Andra.
"Dia cewek badak itu Mam, cewek tengil ini." tunjuk Andra ke arah Shilla tak mau kalah.
Risa, Reva, Adi dan Roni saling tatap. Tak lama mereka tertawa bersamaan. Sedangkan anak-anak mereka menatap mereka dengan heran.
"Hahahahaha coba cerita dulu gimana kejadiannya kok kalian bisa saling berantem gitu." kali ini Adi yang mencoba menengahi kesalahpahaman Andra dan Shilla dengan masih berusaha menahan tawa.
Shilla lalu mendengus kesal dan duduk di sebelah maminya.
"Jadi siapa yang mau duluan cerita?" tanya Adi.
"Dia aja tu Pi," jawab Shilla tanpa menoleh ke Andra.
Andra lalu berdeham sebentar sebelum menceritakan apa yang tengah terjadi antara ia dan Shilla
***
"Pokoknya gue nggak mau akur sama lo!" bisik Shilla pada Andra pelan, ia lalu melirik kepada orang tua mereka kalau-kalau mereka mendengar bisikannya.
"Lo kira gue mau akur sama lo. Ogah kali!" sahut Andra tak mau kalah.
"Yaudah sama!"
"Yaudah!"
Shilla lalu memalingkan wajahnya sembari berlalu meninggalkan Andra. Tak berapa lama ia dan keluarganya pamit pulang ke rumah sebab malam sudah semakin larut.
Sementara Andra langsung duduk santai di sofa rumahnya, setelah mengantarkan Shilla dan keluarganya sampai pagar depan.
"Jadi yang Abang bilang cewek badak itu si Eneng?" Risa membuka obrolan di ruang tamu itu. Sementara Roni hanya senyum-senyum menatap putranya.
"Iya Mam, itu cewek yang jambak rambut Abang sama tendang kaki Abang." jawab Andra dengan kekesalan yang kembali berkobar.
"Ah kalo dari yang Renna liat ni Bang ya, kak Eneng itu baik kok, asik lagi. Nggak mungkin dia jambak orang kalo orang itu nggak buat dia kesel." sahut Renna seolah membela Shilla.
"Eh kamu belain dia dek? Sadar woy yang sodara kamu itu Abang bukan si cewek badak itu." Andra sedikit kesal pada adiknya karena membela Shilla.
"Sudah-sudah, itu hanya kesalahpahaman. Abang pokoknya kalian harus akur ya. Kalian harus berteman baik, soalnya Papa sama Mama udah kaya sodara sama orang tuanya. Jadi jangan sampai persahabatan kami putus." ucap Roni berusaha memberi pengertian pada putranya.
"Tapi Pap, tu cewek tengil banget dah. Gimana Abang nggak kesal kalo ketemu sama dia."
"Udah, Abang kan cowok jadi ngalah sedikit ya Nak. Di maklumi saja, siapa tau kalian bisa berteman baik atau mungkin berjodoh." sahut Roni sambil setengah menggoda putranya. Risa dan Renna yang mendengar perkataan Roni tertawa geli.
"Ih Pap, apaan sih. Atau jangan-jangan Papa sama Mama mau ngejodohin Andra sama tu cewek tengil ya?!" tebak Andra pada Papanya.
"Ya enggak lah, kasian si Eneng klo di jodohin sama kamu. Ntar bisa darah tinggi si Eneng kalo jadi istrimu."
"Loh, kok kasian sama dia sih Pap? Kan Abang yang anak Papa. Ah enggak asik ni Papa, Mama sama Renna. Kok dari tadi belain tu cewek sih." omel Andra sambil beranjak dari sofa, menuju ke kamarnya seolah merajuk.
Kedua orang tua dan adiknya tertawa melihat tingkah Andra yang sok merajuk itu.
"Tapi kalo nantinya kalian emang saling suka ya kami oke-oke aja, iya kan Pap? Dek?" kali ini Risa yang menggoda putranya dan dijawab anggukan mantap dari Roni juga Renna. Andra yang melihat itu langsung tambah merajuk dan melangkahkan kaki ke dalam kamarnya. Ia berniat menyendiri di kamarnya sambil merenungi kesalahan apa yang telah diperbuatnya hingga takdirnya harus bersebalahan rumah dengan Shilla.
"Kalo kata orang sih, satu kali ketemu bisa jadi kebetulan. Kalo dua kali kebenaran. Dan kalo tiga kali itu takdir. Kalo lebih berarti jodoh. Hahahhaha," ucap Roni sambil setengah berteriak agar Andra mendengar ucapannya. Istri dan putrinya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya. Cukup puas mereka menggoda Andra malam ini. Kapan lagi bisa menggoda Andra, biasanya malah Andra yang menjahili mereka.
Andra hanya mencebikkan bibirnya sembari menutup pintu kamarnya. Ia lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya.
Pertemuan pertama di depan minimarket, Pertemuan kedua di kelas, pertemuan ketiga di rumah. Apa iya ini takdirnya? Dan besok-besok ia dan Shilla pasti akan bertemu. Kalau begitu apa mereka berjodoh? Ah itu hanya akal-akalan Papanya saja. Bagaimana mungkin ia bisa berjodoh sama cewek tengil seperti Shilla.
Andra terkekeh geli membayangkannya. Ia lalu memejamkan matanya berusaha masuk ke dalam dunia mimpinya, sambil membawa cerita yang cukup mengejutkan hari ini.
***
Seperti biasa gengsss, tinggalkan jejak agar aku tahu kalian selalu didekatku. *ceilehhh
I love you cintakuuuhh :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top