Tiga

Seperti biasa gengsss, jangan lupa tinggalkan jejak yaa :*

Vote dan komen dari kalian sangat kutunggu~

#####

Shilla tengah membuka pintu rumah ketika dilihatnya Reva, maminya sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menonton drama korea kesukaannya di televisi. Setelah mengucapkan salam gadis berambut bob itu melangkahkan kaki melewati maminya, berniat langsung masuk ke kamar agar maminya tidak bertanya perihal jidat gadis itu yang tengah tertutupi oleh plester luka dan sedikit benjol. Cewek itu tidak ingin maminya khawatir, lalu mencecarnya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Namun baru selangkah ia masuk, suara maminya terpaksa membuat ia menghentikan langkahnnya.

"Loh Neng, kok langsung main nyelonong aja? Sini duduk dulu."

Shilla lalu menoleh ke arah maminya, setelah sebelumnya merapikan poni untuk menutupi plester di jidatnya. Ia kemudian duduk di sofa tepat di sebelah kiri maminya.

"Gimana keliling kompleksnya? Udah kelar? Udah hafal jalan daerah sini?" tanya maminya tanpa menoleh ke arah Shilla, tampak bahwa wanita itu terlalu asik menonton drama koreanya. Ini merupakan suatu keuntungan bagi Shilla untuk menyembunyikan lukanya.

"Udah Mi. Udah satu kompleks Eneng keliling, tapi belum hafal juga jalan di sini. Lagian Mami sih, ngapain coba pake pindah rumah segala. Pindah ke daerah ini lagi," sungutnya sedikit kesal. Eneng adalah panggilan Shilla di rumah. Maminya yang memberikan panggilan itu. Shilla pernah protes tentang nama panggilan itu, tapi maminya malah menjawab bahwa panggilan itu merupakan panggilan yang unik. "Kan Eneng itu buat panggilan anak perempuan. Sedangkan kalau buat kakak kamu, Deni, panggilnya Mas aja. Biar beda dari yang lain," ujar mamanya saat itu. Karena maminya yang bersikeras untuk memberikan panggilan seperti itu pada anak-anaknya, Shilla dan masnya, Deni, hanya bisa pasrah dan membiasakan diri dengan hal itu.

"Ya kan Mami itu pindah karena nepatin janji sama teman Mami dan Papi waktu sekolah dulu,  buat tinggal deketan di satu kompleks yang sama. Lagian Eneng kelilingnya cuma sekali kan, gimana mau hafal," sahut maminya tak mau disalahkan.

"Siapa bilang cuma sekali? Udah tujuh kali keles."

"Tujuh kali? Serius?" Reva membulatkan matanya, terkejut oleh penuturan putrinya. Wanita itu lalu mengalihkan pandangannya dari drama korea yang tengah ditontonnya.

"Mampus gue! Jadi noleh kan Mami. Aduh! Bego lu Shil,"  batin Shilla, sambil memukul pelan mulutnya yang asal bicara. Sudah bagus maminya fokus ke drama korea, eh malah mulutnya sendiri yang membuat maminya menoleh dan fokus ke arahnya.

"Nggak kok Mi. Eneng becanda aja tadi, hehehe,"

"Dasar kamu, suka banget bikin Mami kaget. lagian mana mungkin sih kamu bisa muterin satu kompleks sampe tujuh kali cuma dalam waktu satu jam. Belum lagi kamu kan suka lama tu hafalnya kalau masalah jalan."

"Hehehe, ya gitu Mi. Eneng ke kamar dulu ya Mi, mau mandi. Gerah nih," Shilla mencoba menyudahi percakapan antara ia dan maminya, ia khawatir wanita itu sadar akan keanehan di jidat anak gadisnya. Baru saja Shilla berdiri, namun pertanyaan maminya membuat ia senam jantung.

"Kok jaket kamu basah, Neng?" Reva memegang jaket anaknya yang terlihat basah.

"I..itu, Mi. Tadi Eneng nggak sengaja numpahin minuman, Hehehe," jawab Shilla salah tingkah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Namun sial, garukan di kepalanya malah membuat poninya ikut tersingkap. Terlihatlah hal yang dari tadi disembunyikan oleh cewek itu.

"Itu jidat kamu kenapa, Neng? Kok bisa benjol gitu? Kamu abis jatuh atau abis berantem?" Reva memberondong anaknya dengan pertanyaan, raut khawatir mulai terlihat di wajahnya.

Shilla menghela nafasnya, lalu duduk kembali di tempatnya semula. Shilla sadar, ia harus menceritakan kejadian yang menimpanya tadi pada maminya. Ia tidak mau permasalahannya menjadi tambah runyam, terlebih ketika papinya tahu nanti. Jika di keluarga Andra yang over protektif adalah mamanya, lain halnya dengan keluarga Shilla, yang over protektif adalah papinya.

Pernah sewaktu Shilla kecil, papinya mengejar anak tetangga mereka hingga mama dari anak itu mengadu ke Pak RT. Beruntung masalahnya dapat diselesaikan dengan baik-baik dan damai. Saat itu Shilla sedang mengikuti perlombaan sepak bola, bersama anak-anak kompleks di daerah rumah lamanya. Sewaktu Shilla sedang bertanding, tak sengaja anak tetangganya itu menyundul bola dan kepala anak itu mengenai dagu Shilla. Kejadian itu menyebabkan mulut Shilla terluka dan berdarah. Papi Shilla yang melihat kejadian itu langsung berang, kemudian mengejar anak itu sampai ke rumahnya. Anak itu langsung bersembunyi di balik badan mamanya. Beruntung Pak RT di tempat Shilla tinggal sedang lewat di depan rumah anak itu, dan mampu menengahi permasalahan tadi dengan damai.

"Gara-gara si cowok garam Mi," jawab Shilla memulai ceritanya, ia mencebikkan bibirnya kesal.

"Cowok garam? Maksudnya gimana Neng?" Reva mengerutkan keningnya, wanita itu tampak kebingungan dengan jawaban Shilla tadi. Ia menatap anaknya dengan wajah setengah khawatir dan setengah bingung. Masalah apa lagi yang dibuat anaknya? Baru beberapa jam mereka pindah ke daerah ini, tapi anaknya sudah terkena masalah.

Shilla lalu menceritakan seluruh kejadian yang menimpanya tadi, mulai dari adegan tabrak-menabrak dengan cowok itu. Sampai dengan kejadian yang membuat jidatnya luka dan benjol. Tak lupa juga dengan kejadian mang parkir yang menagihnya ongkos parkir, walaupun hanya sepeda yang diparkir terlebih sepeda itu bukan milik Shilla. Shilla menceritakan kejadian tadi dengan emosi yang berkobar-kobar, tampak jelas kilatan kekesalan di mata cewek itu. Reva hanya geleng-geleng mendengar cerita putrinya.

"Sial parah kamu, Neng. Harus mandi kembang tujuh rupa untuk menghilangkan kesialanmu," kali ini Mas Deni, kakak Shilla yang menyeletuk. Entah sejak kapan masnya itu berada di belakang Shilla. Rupanya lelaki itu mendengarkan cerita Shilla tadi.

"Ishhh.. Mas Deni, harusnya nyabarin adiknya bukan malah ngejekin. Gimana sih, nggak becus jadi kakak nih," sahut Shilla kesal karena saran tak masuk akal kakaknya tadi. Shilla lalu melempar bantal sofa ke arah masnya itu, sedangkan Deni hanya tertawa sambil terus mengejek adiknya.

"Terus ini garam apa, Neng?" tunjuk Reva ke arah garam yang bertengger manis di atas meja.

"Ya garam cowok itu, Mi. Jatuh pas Shilla jambak tadi mungkin," jawab Shilla sedikit kesal ketika teringat kembali dengan kejadian tadi.

"Cieee.. sepertinya ada yang bakal ketemu lagi nih sama cowok garam, kaya di ftv-ftv gitu. Eh omong-omong bagus nih dijadiin judul ftv, Cintaku berawal dari garam," goda Deni kepada adiknya, disusul dengan tawanya yang meledak membayangkan judul ftv buatannya barusan.

"MAS DENIIIIII!!!!" teriak Shilla gemas sembari mengejar kakaknya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamarnya. Beruntung Deni sudah menutup pintu terlebih dahulu, sehingga Shilla tidak bisa masuk ke dalam kamar kakaknya itu.

"Lagian lu jadi cewek galak banget, Neng. Mas aja takut lu jambak sama lu tendang. Susah sih mantan 'Bos Geng' di kompleks lama. Kalau lu gitu terus, ntar nggak ada cowok yang berani deketin lu Neng," teriak Deni dari dalam kamarnya sambil terkekeh. Sementara Shilla hanya mencebikkan bibirnya sambil berlalu ke kamarnya.

"Jangan lupa mandi Neng, Mas juga! Kan kita harus jemput Papi di bandara!" teriak Reva dari ruang tengah, wanita itu kembali fokus dengan dramanya sambil menunggu anak-anaknya bersiap untuk menjemput suaminya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top