#Prolog

"Menurut lo apa yang paling menakutkan di dunia ini, Shil?" tanya Andra.

"Hmm apa ya? Mungkin saat kehilangan orang yang dicintai?" jawab Shilla ragu.

"Kalo lo?" tanya Shilla.

"Recuerdos," jawab Andra singkat.

Shilla mengerutkan keningnya, ia tak mengerti maksud Andra. Andra yang melihat ekspresi Shilla lantas tersenyum.

"Recuerdos, berasal dari bahasa spanyol yang artinya kenangan. Gue paling takut jika nanti kehilangan semua kenangan dan ingatan. Bagi gue, saat kehilangan semua ingatan dan kenangan itu adalah hal paling mengerikan, sekaligus hukuman terkejam yang diberikan semesta." 

Andra menerawang, menatap langit senja yang mengantarkan matahari bersembunyi di peraduannya.

"Kenapa begitu?" tanya Shilla.

"Kita boleh kehilangan orang yang dicintai, tapi kita tidak boleh kehilangan kenangannya. Karena orang yang sudah tiada hanya bisa hidup di dalam kenangan," jawab Andra sembari tersenyum. 

Shilla menatap Andra, sungguh pemandangan yang sempurna. Dilatari oleh senja dengan semburat jingga dan senyum manis Andra, membuat hati Shilla jatuh sejatuh-jatuhnya. Ya, saat itu adalah saat dimana Shilla jatuh cinta kepada Andra.

***

Perempuan itu menutup laptopnya, kemudian melirik ke arah cangkir kopi yang bertengger di meja. Ia mengangkat cangkir kopi itu, lalu menyesap isinya. Seulas senyum muncul di bibirnya. Kemudian ia bergumam pelan. Sangat pelan, hingga hanya dirinya yang mampu mendengarnya.

"Akhirnya aku bisa mengabadikan kenangan kita," lirihnya sambil mengusap air yang menggenang di pelupuk matanya.

Perempuan itu bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju jendela kamarnya. Ia memandang ke langit spanyol. Hanya gelap dan tertutup mendung, yang juga kosong tanpa bintang.

"Bahkan langitpun ikut bermuram, Ndra. Sama seperti yang kurasakan sekarang," ucapnya sambil tersenyum getir.

"Aku berjanji akan selalu menyimpanmu di memoriku. Terima kasih telah mengajarkanku arti mengenang," sambungnya sambil terus menatap ke arah langit malam. Hingga sebuah notifikasi pesan di handphone miliknya membuat ia terpaksa mengakhiri ritual mengenangnya.

Perempuan itu membaca isi pesan teks yang dikirimkan oleh seseorang yang beberapa bulan ini dikenalnya. Ia langsung menekan tombol panggilan untuk orang itu. Setelah beberapa saat, panggilannya dijawab oleh seseorang di seberang sana.

"Iya Mbak, kami sangat terkesan dengan tulisan Mbak. Kalau Mbak berkenan, mungkin bulan depan tulisan Mbak sudah bisa diterbitkan," ucap suara di seberang sana.

Perempuan itu tersenyum, setelah beberapa saat bercakap ia mematikan sambungan telepon. Kemudian perempuan itu kembali menatap langit, kebiasaannya sejak bulan lalu.

"Sekarang, hadiah terakhirku untukmu sudah siap. Semoga kamu senang di sana. Jangan lupakan kenangan kita lagi, ya," ucapnya lirih sembari meneteskan air mata, perempuan itu menumpahkan segala kesedihan di hatinya yang sudah selama satu bulan ini selalu di tahannya.

"Siempre te recordare (aku akan selalu mengingatmu)," lirihnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top