Delapan - Perang Ronde 1
Shilla menatap cermin di depannya. Memutar tubuh sambil memerhatikan seragamnya. Ia tersenyum puas ketika merasa pakaiannya sudah cukup rapi. Lalu mengambil tasnya dan keluar dari kamar.
"Mi, Eneng langsung berangkat ya. Soalnya ada latihan pagi." ucap Shilla ketika melewati meja makan sambil mencomot roti tawar.
"Loh, berangkatnya nggak bareng Papi?" kali ini papinya yang bertanya heran. Jarang-jarang anaknya mau berangkat tanpa diantar.
"Iya Pi, Eneng ada latihan takraw hari ini. Eneng berangkat naik sepeda aja Pi itung-itung pemanasan," sahut Shilla sambil memakai sepatunya dan berjalan menuju garasi parkir sepedanya. Tak lupa sebelumnya untuk pamit pada orang tuanya.
Shilla baru saja keluar dari pagar rumahnya ketika dilihatnya Andra melintas di depannya sambil mengayuh sepeda.
"Lo kok pakai sepeda juga? Lo ikut-ikutan gue ya!" tuduh Andra pada Shilla setelah menghentikan sepedanya.
"Ih sorry dorry strawberry ya! Gue emang mau pake sepeda sekalian pemanasan buat latihan hari ini."
"Alah, alasan aja. Bilang aja lo mau sepedaan bareng gue kan?" ucap Andra sambil tersenyum miring mengejek Shilla karena disangkanya Shilla ingin bersepeda dengannya.
"Ih ogah gue sepedaan sama cowok garam. Oh iya lu masih punya utang sama gue!"
"Utang? Utang apaan?" tanya Andra pada Shilla. Ia mengernyitkan dahinya heran. Sejak kapan ia punya utang pada Shilla. Dekat saja tidak, apalagi masalah utang-piutang.
"Utang parkir sepeda lo! Waktu di minimarket depan. Pas lo kabur setelah nendang tu kaleng ke jidat gue." cerocos Shilla dengan kilatan kesal di matanya. Andra menggaruk dagunya, seolah kembali mengingat kejadian waktu itu.
"Oh yang itu." jawab Andra santai.
"Bayar. Mana bayarannya? Udah ingatkan?" desak Shilla pada Andra.
"Iyaa.. Iya.. Bentar," Andra lalu memalingkan tubuhnya. Ia seperti merogoh sesuatu dalam tasnya, lalu berbalik ke arah Shilla sambil tangannya menggenggam sesuatu.
"Mana tangan lo? Ni bayarannya," ucap Andra seraya mengulurkan genggaman tangannya ke arah Shilla. Shilla yang menyangka Andra akan membayar ganti rugi ongkos parkir itu dengan senang hati menyambut uluran tangan Andra.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Shilla kemudian sadar, ada sesuatu yang bergerak-gerak di tangannya. Ia menatap tangannya, ada sesuatu di sana. Sesuatu yang seperti kurma, namu bergerak-gerak seperti hidup. Ia mengamati benda itu dengan saksama. Benda itu hidup, dan itu ternyata bukan benda tapi kecoak.
"AAAKKKHHHH!!!!" Shilla terpekik melihat kecoak itu menari di tangannya dengan leluasa. Ia lalu melemparkan kecoak itu asal sambil bergidik ngeri. Ia lalu melihat ke tempat Andra tadi berada, namun cowok itu sudah terlebih dahulu mengayuh sepedanya menjauh. Shilla menatap Andra yang kini sudah berada di persimpangan jalan beberapa meter di depannya.
"WOOOOOYYYYY!!! JANGAN KABUR LO YAAAA!!!!" teriak Shilla kepada Andra. Sementara cowok itu terus mengayuh sepedanya menjauh sambil menoleh ke arah Shilla dan menjulurkan lidahnya mengejek Shilla.
"Ayo sini lo cewek badak! Kan lo kuat, sini kejar gue! Lo gak bakal bisa ngejar gue! Hahahhahahaha." ejek Andra sambil berteriak ke arah Shilla.
Shilla lalu mendengus kesal sambil menaiki sepedanya. Dengan sekuat tenaga ia mengayuh sepedanya berusaha mengejar Andra.
"AWAS LO YAAA!! JANGAN HARAP KITA BISA AKUR! POKOKNYA MULAI HARI INI KITA PERAAAANGGGG!" teriak Shilla penuh kekesalan.
"BODO AMAT!! SIAPA JUGA YANG MAU AKUR SAMA LO!" kali ini Andra yang berteriak sambil terus memacu laju sepedanya. Terjadilah kejar-kejaran sepeda antara Andra dan Shilla pagi itu.
***
Andra terengah-engah ketika sampai di dalam kelasnya. Ia lalu menghampiri meja Yuda yang berada paling depan di dekat dinding. Yuda yang melihat Andra dengan keadaan seperti itu sontak heran dan bertanya pada cowok itu.
"Lo kenapa Ndra? Kok kaya dikejar setan gitu?"
"Iyaaa.. Gue emang lagi dikejar setan. Lo.. Lo.." Andra mencoba menarik napasnya dalam-dalam berusaha menetralisir napasnya yang tersengal-sengal.
"Gue apaan Ndra? Gue kenapa?" tanya Yuda setengah panik. Yuda merupakan anak yang sedikit agak lebay dibandingkan dengan anak lainnya. Buktinya Andra baru saja menyebut namanya, tapi ia sudah merasa seperti terancam hidupnya.
"Apaan sih? Gue cuma mau bilang, lo pindah ke tempat duduk gue. Gue mau duduk di sini." ucap Andra setelah selesai menetralisir napasnya.
"Oohh begitu. Gue kira setannya nempel di gue sekarang." jawab Yuda lega, karena mengetahui bahwa dugaannya tidak benar.
"Eh tapi kenapa lo mau tukar tempat duduk?"
"Udah, pokoknya lo duduk di tempat gue aja. Emang lo nggak mau modusin tu cewek pindahan?"
"Ya mau banget lahh, kan lumayan tuh kali aja doi nemplok sama gue," jawab Yuda cepat sambil terkekeh membayangkan ia akan duduk bersebelahan dengan Shilla.
"Yaudah, sono angkat dah tas lo. Biar gue duduk sama Beno di sini." perintah Andra pada Yuda sambil mengangkat tas Yuda dari meja. Yuda dengan senang hati melangkahkan kakinya dan duduk di kursi Andra, tepat di sebelah kursi Shilla. Sedangkan Andra langsung meletakkan tasnya di kursi Yuda, tepat di sebelah kursi Beno.
Setelah meletakkan tasnya, Andra langsung bersembunyi di bawah meja Beno. Beno yang sedang mengerjakan PRnya jelas kaget dan heran melihat tingkah Andra pagi ini.
"Lo ngapain Ndra?"
"Ssssttt.. Diam ya. Gue lagi sembunyi dari kenyataan."
Beno mengerutkan keningnya heran melihat tingkah absurd temannya itu, tapi ia tak mau ambil pusing. Beno lalu melanjutkan kegiatannya menyalin PR fisikanya. Tak berapa lama, suara pintu kelas didobrak mengagetkan seluruh penghuni kelas. Semua mata tertuju ke arah cewek yang menerobos masuk kelas dan sedang menuju ke arah kursi yang di tempati oleh Yuda. Yuda yang saat itu tengah menundukkan tubuhnya ketika memperbaiki tali sepatunya, jelas tak melihat bahwa cewek itu sedang berjalan ke arahnya dengan aura penuh kemarahan. Yuda baru saja menegakkan tubuhnya ketika cewek itu, Shilla menjambak rambutnya dengan beringas. Cewek itu menjambak rambut Yuda tanpa ampun sambil berucap beberapa kata.
"RASAIN LO! PITAK DAH LO NDRA!!" ucap Shilla berang. Yuda yang rambutnya tengah berada dalam jambakan Shilla sontak berteriak kesakitan.
"ADUH SHIL, LO KENAPA? KOK KAYAK BADAK NGAMUK!" ucap Yuda setengah berteriak sambil menahan sakit di kepalanya. Shilla yang menyadari bahwa ia salah saaran segera melepaskan jambakannya di rambut Yuda.
"M..ma..maaf Yuda. Gue kira lo Andra tadi. Maaf ya.. Lagian lo ngapain juga duduk di sini?" ucap Shilla menyesal.
"I..Iyaa gue maafin. Noh Andra di sana. Dia tukeran tempat duduk sama gue." jawab Yuda sedikit kesal sambil menunjuk ke arah Andra. Shilla lalu menatap ke arah yang ditunjuk oleh Yuda. Matanya melotot ketika mendapati Andra duduk dengan santainya di kursi samping Beno sambil tersenyum penuh kemenangan ke arah Shilla. Shilla kembali berang. Ia hendak melangkahkan kaki ke arah Andra, namun langkah kakinya terhenti ketika Pak Eko memasuki kelas.
"Ada apa ini?" tanya Pak Eko yang melihat suasana kelas sedikit kacau. Murid-murid di kelas tersebut dengan sendirinya langsung menuju ke tempat duduk masing-masing karena tidak mau mempersulit keadaan nantinya. Shilla terpaksa duduk kembali di kursinya. Ia sudah sedikit mengetahui tabiat guru fisikanya yang terkenal killer itu. Shilla menatap dendam ke arah Andra.
"Lo bisa ketawa-ketawa sekarang. Tapi liat ntar siang," ucap Shilla pelan.
"Hah? Apaan Shil?" tanya Yuda ketika mendengar Shilla menggumam tak jelas.
"Nggak. Bukan apa-apa kok."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top