18 - Teman Sebangku

Seperti biasa, jangan lupa meninggalkan jejak.

Happy reading... ❤

#####

"Selamat pagi," ucap Bu Dewi mengawali kelasnya pagi ini, yang langsung dijawab dengan serempak oleh murid-murid kelas XII Ipa 1.

"Hari ini jadwal rolling tempat duduk ya," lanjut wanita itu.

Suara riuh terdengar diantara murid-muridnya, mereka menerka-nerka siapa yang akan menjadi teman sebangkunya.

"Semoga kita bareng lagi ya Shil," ujar Yuda sambil menyenggol lengan Shilla.

Sementara Shilla hanya mendelik. Cewek itu tak mau ambil pusing tentang siapa yang akan menjadi teman sebangkunya nanti.

"Berhubung ujian nasional sudah dekat, Ibu sudah membuat pembagian tempat duduk sesuai dengan kemampuan. Sehingga yang memiliki kemampuan lebih bisa mengajari teman sebangkunya nanti," ucap Bu Dewi sambil memberikan isyarat kepada Wanto untuk menuliskan denah pembagian tempat duduk di papan tulis.

Hampir semua murid kelas XII Ipa 1 menatap ke arah Wanto dengan antusias, sambil berdoa dalam hati agar mendapat teman sebangku yang sesuai dengan harapan.

"Oke, karena pembagiannya sudah dituliskan Wanto maka ibu minta kalian segera pindah ke tempat duduk yang baru," ucap Bu Dewi -- menyuruh anak muridnya untuk segera pindah ke tempat duduk baru mereka.

Beberapa murid terlihat kecewa karena mendapat teman sebangku yang tidak sesuai dengan harapan. Begitupun dengan Yuda. Cowok itu menghela napas dengan berat, karena ia harus berpisah tempat duduk yang cukup jauh dari Shilla.

"Yahh, apes gue. Nggak bisa bareng lo Shil," ucapnya dengan ekspresi sedikit tak rela.

Shilla hanya terkekeh geli melihat ekspresi Yuda. Ia tak menyangka bahwa Yuda begitu ingin untuk bisa duduk bersebelaham dengannya.

"Kenapa sih, kok lo ngebet banget mau duduk sebelahan sama gue?" tanya Shilla.

"Ya jawabannya simple. Karena gue suka sebelahan sama lo," jawab Yuda sambil menatap Shilla dalam. Sementara cewek itu hanya bisa menatap Yuda cengo.

"Permisiiii, ada paket!" ucap seseorang memecah suasana saling tatap antara Yuda dan Shilla, yang membuat mereka berjengit lalu saling mengalihkan pandangan karena salah tingkah. Setelah menenangkan diri mereka lalu menoleh ke arah suara itu, yang ternyata adalah Andra.

"Kalian kenapa? Kok keliatan salah tingkah gitu?" tanya Andra polos, entah ia memang polos atau berpura-pura polos.

"Ngapain lo?" tanya Shilla dan Yuda yang hampir berbarengan.

"Acieee, barengann.." goda Andra yang membuat Yuda tambah salah tingkah.

"Apasih! Gue tanya, ngapain lo ke sini?" tanya Shilla tak sabar. Cewek itu merasa sedikit kesal karena Andra menggodanya.

"Kan tadi gue udah bilang ngantar paket,"

Shilla berdecak kesal, lalu berkata, " Paket apaan? Nggak jelas lo!" jawab Shilla kesal.

"Nih paketnya!" Andra lalu menunjuk tas yang dibawanya.

Yuda dan Shilla mengernyitkan kening heran, tak mengerti maksud Andra.

"Noh! Di papan tulis. Liat tuh, gue duduk di sini," tunjuk Andra tepat ke kursi yang ada di sebelah Shilla.

"Gue, duduk sama dia? Astaga bisa ribut lagi ntar," gumam Shilla pelan, yang ternyata didengar oleh Andra.

"Ya enggak lah. Kan kita udah sahabatan," sahut Andra sambil menggandeng bahu Shilla.

"Kapan gue pernah setuju buat sahabatan sama lo?" jawab Shilla cepat. Andra hanya mengedikkan bahu seolah tak mau ambil pusing, lalu duduk dengan anteng di kursinya.

Sementara Yuda, entah sejak kapan cowok itu sudah menghilang dari tempat itu dan duduk di sebelah Rina.

"Oke, karena semua sudah duduk di kursi masing-masing mari kita lanjutkan pelajaran," pungkas Bu Dewi mencoba mengendalikan kelasnya.

***
"Ndra, waktu itu dokter bilang apa ke Tante sama Om soal kondisi lo?" tanya Shilla ketika jam pelajaran telah usai. Memang, semenjak pulang dari rumah sakit beberapa hari yang lalu  Shilla belum bertemu Andra. Cewek itu merasa tak enak jika harus mengganggu Andra yang sedang beristirahat selama beberapa hari di rumahnya, walaupun rumah mereka bersebelahan. Dan baru pagi ini Shilla bisa bertemu dengan Andra.

"Nggak ada sih. Cuma kata Mama, dokternya bilang gue kecapean,"

"Ah masa cuma kecapean?" tanya Shilla seolah tak percaya. Cewek itu curiga dengan kondisi Andra yang menurutnya cukup Aneh, apalagi ia sudah dua kali mendapati Andra yang tiba-tiba terlihat seperti linglung dan kebingungan.

"Lo nyumpahin gue kenapa-kenapa gitu? Lo ngarep gue sakit parah?" Andra balik bertanya dengan ekspresi nyolot.

"Enggak gitu, kali aja lo nyembunyiin sesuatu dari gue,"

"Gue sehat wal afiat kok. Kemaren emang kecapean. Kan gue hampir tiap hari tuh sebelum turnamen latian berat, ya wajar kalo tumbang," jelas Andra.

Shilla hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil mencoba memahami penjelasan Andra. Namun tetap saja cewek itu menyimpan kecurigaan terhadap kondisi Andra, tapi ia merasa tak enak jika harus menanyakan tentang kejadian yang membuat cowok itu terlihat seperti orang linglung.

"Segitu perhatiannya ya lo sama gue?" tegur Andra yang membuat Shilla tersadar lamunannya.

"Hah? Nggak. Biasa aja kali. Kan wajar gue khawatirkan sahabat gue," pungkas Shilla sedikit salah tingkah.

"Jadi lo udah ngakuin kalo kita sahabatan?" tanya Andra tak percaya.

Shilla hanya mengedikkan bahunya, tak mau memberi kepastian pada Andra. Sementara Andra tersenyum senang melihat respon Shilla. Hanya karena Shilla mengakuinya sebagai sahabat cowok itu sudah sesenang itu.

"Eh mau kemana lo?" tanya Andra sambil menahan pergelangan tangan Shilla.

Cewek itu lalu mengerutkan keningnya heran.

"Kantin," jawab Shilla singkat.

"Gue mau ngomong serius," ucap Andra lagi.

"Apa?" tanya Shilla.

"Ntar malam gue ke rumah lo," jawab Andra sambil menatap serius ke arah Shilla.

"Ngapain?" tanya Shilla yang bingung dengan perkataan Andra.

Shilla heran kenapa Andra harus ke rumahnya? Dan lagi jika memang mau ke rumah Shilla, kenapa Andra harus memberitahukannya lebih dulu?

"Mau ngelamar lo," jawab Andra santai sambil tetap menatap mata Shilla dalam.

***

Eh gimana nih, beneran nggak ya Andra ngelamar Shilla?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top