17 - Andra Pingsan!

And I love you 3000 ❤!

Happy reading~~

#####

"Andra pingsan!" batin Shilla ketika melihat cowok itu terhuyung lalu tergeletak begitu saja di tanah.

Shilla yang melihat kejadian itu sontak panik dan buru-buru berteriak memanggil Wanto dan teman-temannya yang berjalan tak jauh di depan mereka. Melihat hal itu Wanto dan teman-temannya buru-buru berlari ke arah Shilla dan Andra.

"Ndrew bangun Ndrew!! Jangan bercanda! Gak lucu tau!" ucap Shilla sambil menepuk-nepuk wajah Andra. Wajah cowok itu terlihat pucat. Semakin menambah rasa khawatir pada Shilla.

"Bawa ke tempat teduh!" ucap Wanto pada teman-temannya.

"Ben, lo panggil Pak Budi!" sambungnya sambil memberi perintah kepada Beno. Sementara Beno mengangguk dan langsung berlari mencari Pak Budi yang baru saja keluar dari lapangan atletik.

Wanto dan beberapa teman cowoknya mengangkat tubuh Andra menuju tempat teduh. Tak berapa lama Pak Budi tiba. Pak Budi terlihat memeriksa kondisi Andra dibantu oleh beberapa petugas medis dari turnamen tadi yang kebetulan belum pergi dari lokasi. Kondisi Andra masih tak sadarkan diri meski sudah dilakukan pertolongan pertama. Melihat hal itu, petugas medis memyarankan untuk membawa Andra ke rumah sakit.

"Coba kalian hubungi orang tuanya Andra." perintah Pak Budi pada Wanto dan Beno, Wanto terlihat bingung dan hanya saling pandang dengan Beno.

"Biar gue aja yang hubungin," jawab Shilla cepat sambil mencoba mencari handphonenya di tas.

"Yuda, Wanto dan Beno. Kalian bantu saya membawa Andra ke rumah sakit ya." ucap Pak Budi yang langsung dijawab anggukan oleh ketiga muridnya. Mereka lalu mengangkat tubuh Andra dibantu oleh beberapa tim medis menggunakan tandu menuju ke mobil ambulance tim medis.

***

Suasana di ruang tunggu sedikit tegang. Tampak jelas dari raut wajah teman-teman Andra dan Pak Budi yang menanti cemas kabar perkembangan kondisi Andra, termasuk Shilla. Dari tadi yang dilakukan Shilla hanya mondar-mandir bersamaan dengan Pak Budi, sementara teman-temannya duduk dengan gelisah di kursi ruang tunggu.

"Kamu ngapain ngikutin saya mondar-mandir?" tanya pak Budi saat tersadar bahwa Shilla juga mondar-mandir di belakangnya.

"Saya nggak ngikutin Bapak kok. Emang lagi khawatir juga Pak." elak Shilla ketika merasa dituduh oleh Pak Budi.

Pak Budi hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Shilla. Lelaki paruh baya itu tak mau ambil pusing.

"Duduk gih Shil. Keliatannya kamu juga capek. Ntar kamu lagi yang sakit." tegur Yuda. Cowok itu memang sudah memperhatikan Shilla dari tadi. Ia melihat raut kelelahan di wajah Shilla.

Shilla hanya menatap Yuda sambil menggeleng pelan.

"Gimana gue bisa duduk tenang, sementara gue belum tau gimana kondisi Andra di dalam sana." batin Shilla.

Walaupun di dalam ruang rawat Andra sudah ada kedua orang tua cowok itu, namun tetap saja Shilla merasa tidak tenang, sebab Andra pingsan saat sedang bersamanya. Shilla takut ia yang akan disalahkan nantinya.

"Guys Andra sudah sadar!" ucap Wanto sambil setengah berlari ke arah ruang tunggu, tempat teman-temannya dan Pak Budi menunggu kabar Andra. Terlihat ekspresi lega di wajah mereka.

"Ayo kita lihat kondisi Andra," ajak Pak Budi kepada anak muridnya untuk melihat kondisi Andra.

Pak Budi lalu mengikuti langkah Wanto menuju ke ruang rawat Andra, disusul oleh anak muridnya. Shilla yang berjalan paling belakang menghembuskam napas lega. Cewek itu sedikit lega mengetahui kondisi Andra sudah membaik.

Baru saja Shilla melangkahkan kaki hendak memasuki ruang rawat Andra, ketika ia melihat orang tua Andra keluar dari sana sambil mengikuti dokter yang sudah lebih dulu keluar.

"Neng, kami titip Andra sebentar ya. Kami harus bicara dulu sama dokter." ucap Risa sambil menepuk pundak Shilla pelan, seolah menitipkan Andra padanya. Shilla mengangguk, menyanggupi permintaan Risa. Cewek itu kemudian memasuki ruang rawat ketika dilihatnya kedua orang tua Andra sudah menghilang dari pandangannya.

***

"Gimana kondisi kamu Nak?" tanya pak Budi masih dengan wajah khawatir sambil meneliti setiap tubuh Andra. Sementara Andra hanya cengar-cengir dengan wajah tak berdosanya.

Pak Budi masih menatap Andra dengan sorot mata bertanya. Andra terpaksa menjawab untuk meredakan kekhawatiran gurunya itu.

"Nggak apa-apa Pak. Masih hidup kok. Hehe," jawab Andra sambil menaikkan turunkan alisnya ke arah Pak Budi yang langsung disambut senyim lega oleh guru itu.

"Iya, gimana kondisi lo? Ada yang patah nggak?" tanya Beno asal.

"Sembarangan lo. Gue cuma pingsan bukan kecelakaan!" sahut Andra sambil melotot ke arah Beno.

"Siapa tau pas lo pingsan tangan lo ketindih terus patah deh. Atau jangan-jangan lo pingsan gara-gafa dipukul Shilla?" sambung Beno asal. Lalu cowok itu menatap ke arah Shilla sambil menutup mulutnya, seolah-olah ia yakin bahwa tuduhan asalnya benar.

Kali ini bukan pelototan dari Andra yang didapat Beno. Tapi tinjuan pelan di lengannya yang diberikan Shilla pada Beno. Cowok itu meringis sambil mengusap lengannya seolah merasa sakit akibat tinjuan pelan Shilla.

"Lo beneran nggak apa-apa? Dokter tadi bilang apa aja?" kali ini Shilla yang bertanya. Dan di-iyakan oleh teman-temannya yang memang penasaran dengan kondisi Andra sebenarnya.

"Hmm.. Tadi dokter nggak ada bilang apa-apa sih. Cuma ngajak ortu gue buat bicara di ruangannya." jawab Andra sambil mencoba mengingat-ingat apa yang dibicarakam dokter.

"Jangan-jangan kondisi lo emang serius Ndra. Gue nggak menyangka Ndra lo selama ini menderita," ucap Beno sambil menampakkan ekspresi yang dibuat-buat.

"Demi Tuhan, ini cowok jago banget mendramatisir keadaan. Kalo jadi aktor kayanya bakal sukses." batin Shilla sedikit kesal.

"Ben, mending lo keluar aja. Daritadi omongan lo aneh-aneh aja." kali ini Yuda yang angkat bicara. Cowok itu tak tahan dengan ocehan asal Beno yang menurutnya terlalu berlebihan. Tampak jelas kekhawatiran di wajah Yuda tentang kondisi sahabatnya, Andra.

"Yeeee... Elu mah serius bener. Gue kan cuma mau menghibur Andra." sahut Beno tak terima disuruh keluar oleh Yuda.

Pak Budi mencoba menengahi kedua anak muridnya yang mulai terlibat perdebatan. Sementara Andra melirik ke arah Shilla sambil sekilas menyunggingkan senyum yang tak dapat ditangkap oleh siapapun selain Yuda.

Namun, Yuda tak mau ambil pusing. Cowok itu lalu mencoba mengambilkan air minum untuk Andra yang memang sedikit haus.

"Thanks ya Bro, lo memang sahabat paling pengertian" ucap Andra saat menerima minum dari Yuda.

"Ah biasa aja," sahut Yuda.

"Loh bener kok. Buktinya gue belum minta lo udah ngerti kalo gue haus," ucap Andra sambil terkekeh geli dan langsung disambut tawa oleh teman-temannya serta pak Budi. Sementara Yuda tersenyum kikuk mendengar perkataan Andra.

Sementara orang tua Andra sepertinya sedang terlibat obrolan serius dengan dokter yang menangani anak mereka tadi di ruang pribadi dokter itu.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak :)

Selamat tidur sayangg :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top