Ekstra Recorder
Tanda (') berarti dalam hati
"elias apa kau sudah mengerjakan sisa tugas kelompok kita ?" tanya lyana yang kini berdiri di sisi kananku
Aku terbengong di depan lokerku yang terbuka. Aku menerjapkan mataku beberapa kali. ' apa aku sudah kembali?'
"Elias?"
Aku pun menoleh dan mendapati Lyana menatapku sedikit bingung.
"Apa ada masalah? "ucap Lyana
"Ti-tidak...tidak ada"ucapku sambil mengambil bukuku di lokerku dan menutupnya kembali. Aku menatap sekitar, semuanya telah kembali termasuk Lyana dan kini aku berada di depan lokerku tepat pada saat aku menemukan kotak perekam itu.
" Selamat pagi semuanya" ucap Luca yang baru saja datang
"pagi Luca"ucap Lyana
" Hm...pagi. " ucapku datar. aku menatapnya aneh, apa dia tidak heboh seperti biasanya setelah dia mengalami kejadian yang mengerikan itu ? dan luka-luka ditubuhnya dia-
" hei, kenapa kau menatapku begitu? apa ada yang aneh dengan penampilanku hari ini?" ucapnya
Aku mendatanginya dan memukul perutnya membuatnya mengaduh kesakitan. " Hoi! Kau kenapa ! Tiba-tiba main pukul perut orang, mau ngajak berantam yah?"ucap Luca kesal
" Yah, syukurlah" aku tersenyum melihatnya dan melangkah pergi dari sana. Syukurlah dia baik-baik saja dan sepertinya dia tidak mengingat kejadian itu.
" Heh?! Tadi...tadi Elias barusan tersenyum. Aku tidak salah lihat kan !? "
"Woah...itu anak kesambet apa tersenyum begitu?"
Aku tidak terlalu memperdulikan orolan mereka lagi. Yah ampun, aku baru tersenyum saja mereka seheboh itu? memangnya selama ini aku tidak pernah tersenyum apa. Dan ngomong-ngomong apa Shela sudah kembali?. Ketika aku masuk kelas, seorang gadis berambut coklat gelap sepunggung duduk di bangku tempatku duduk sambil menompang dagunya menatap ke luar jendela. Shela yang menyadari kehadiranku segera menoleh kearahku.
" Hei, Selamat pagi dan Selamat datang kembali Elias" ucapnya sambil tersenyum
" Ah, iya. Selamat juga untukmu "aku pun jalan mendekati Shela.
" Aku ingin tanya sesuatu," ucapku bersamaan dengan langkah kakiku berhenti di depan Shela.
" Ah, aku tidak tahu kenapa hanya kita berdua yang menginat kejadian itu, tapi seiring waktu ingatan kita tentang kejadian itu akan terhapus juga."
Aku menatap datar Shela, sementara Shela menyengir menatapku. " Sepertinya kau punya kekuatan membaca pikiran orang yah."
" Tidak kok, jalan pikiranmu kan tidak rumit seperti kebayakan pria."
" Kau mengejekku atau memujiku. "
" Tehee... maaf. Elias, temani aku ke perpustakan kota yah setelah pulang sekolah nanti"
" Malas, itu membuang tenagaku"
" Astaga Elias, cuman ke perpustakaan kota bukan lomba lari sama immortus."
Aku menatap tajam ke arahnya sementara yang aku tatap hanya tersenyum tanpa dosa. Dia mulai mengingatkanku lagi dengan acara lari-lari dari immortus itu. Kalau begini aku terpaksa menuruti keingiannya.
" Baiklah."ucapku pasrah.
***
Kini kami berada di perpustakan kota, Shela berjalan menuju tempat resepsionis.
" Maaf, apa buku sejarah kota terlengkap ada disini?" tanya Shela.
"Tentu saja, kamu bisa mengambilnya di rak bagian Sejarah nomor 23 K. "ucap seorang wanita yang umurnya sekitar 30-an.
Shela pun segera menuju rak yang di tujukan oleh wanita tersebut. Aku hanya mengikutinya hingga aku menemukan Shela sedang berusaha meraih buku yang berada di rak nomor dua dari atas. Kelihatannya dia kesulitan meraih buku tersebut. Aku pun berjalan ke belakang Shela dan mengambil buku tersebut.
"Ini," Shela pun mengambilnya dan tersenyum ke arahku.
"Terima kasih Elias." Shela pun segera berjalan menuju meja tempat untuk membaca.
Shela pun membuka lembaran demi lembaran buku super tebal yang kertasnya kelihatannya sudah sangat berumur. Melihat tebalnya buku itu saja sudah membuatku ingin menjauhkan diri dari buku tersebut.
"Ah, ini dia. Pada tahun 1965, Clara Endison Swart seorang anak penyihir telah di esekusi dengan membakar tubuhnya di atas tugu api yang besar di sebuah gereja yang merupakan gereja terbesar pada tahun tersebut. Akan tetapi, sebuah ledakan besar di gereja tersebut menyebabkan puluhan warga mati dalam keadaan mengenaskan. Ledakan tersebut di sebabkan oleh gunung berapi yang tertimbun tepat di bawah gereja tersebut. Jadi, ini yang menyebabkan pendahuluku ingin membalaskan dendamnya. Hanya karena dia seorang anak penyihir mereka memperlakukan dia seperti penjahat? Mereka sangat kejam."
"Mereka tidak mati karena ledakan, tapi mereka mati karena di bunuh." Shela berbalik menatapku.
" Apa maksudmu?"
"Aku melihatnya, Clara yang membunuh mereka semua. Ketika itu aku melihat dirinya di bakar oleh mereka, dan saat itu Clara membunuh mereka semua dengan sebuah kawat panjang yang tersulur di seluruh penjuru gereja. Dan masalah ledakan itu aku tidak tahu, karena ketika Clara ingin membunuhku, kau yang menyadarkanku."
"Waw... Elias, aku belum pernah melihatmu berbicara sepanjang itu. " aku melihatnya hanya mengendus sebal.
Shela menghela nafas berat sambil menutup buku tebal tersebut. " Aku yakin selain kejadian disini pasti ada suatu kejadian lagi yang tidak tertulis di buku sejarah ini. Elias, apa perekam itu masih ada di lokermu?"
"Tidak, ketika aku kembali, aku sudah berada di depan lokerku. "ucapku
"Begitu yah. " tiba-tiba buku tebal sejarah kota itu terbuka dengan lemaran yang berbalik cepat dengan sendirinya hingga berhenti di sebuah halaman.
Shela dan aku melihatnya, sebuah tulisan rapi tersusun di bagian bawah. "Rumah sakit Horison Gradwin ruang 403, aku belum pernah mendengarnya."
"Itu rumah sakit jiwa." ucapku.
"Apa?! Rumah sakit jiwa? " ucap Shela tidak percaya.
"Rumah sakit itu sudah lama tidak beroperasi lagi karena di temukannya malpraktek disana pada tahun 1999."
"Apa rumah sakit itu jauh dari sini? "
" hm... Aku tidak tahu."ucapku seadanya.
Mendadak suara teriakan membuat aku dan Shela terkejut. Wanita yang menjaga depan pun langsung menuju ke arah dimana teriakan itu berasal. Kami pun ikut berjalan menuju ke arah suara teriakan itu berasal.
"Ada apa ini?" ucap wanita itu panik.
"Maafkan saya bu, saya hanya ketakutan membaca cerita horor ini." ucap gadis yang kelihatan lebih muda dariku.
Aku dan Shela yang melihatnya menghela nafas lega. Kupikir apa.
"Kamu ini, jangan membuat keributan di perpustakaan."ucap wanita tersebut dengan tegas.
Shela pun kembali ke tempatnya dan menemukan buku teraebut sudah tertutup seperti sedia kala. Ketika Shela ingin mengembalikan buku tersebut, aku langsung mengambilnya dan meletakan buku tersebut di tempat semula.
"Ada untungnya juga aku mengajakmu Elias." ucap Shela sambil tersenyum.
Aku menjawab hanya guman saja dan berjalan keluar dari perpustakaan kota di ikuti Shela dari belakang.
"Baiklah, Elias terima kasih yah sudah menemaniku ke sini."
"Apa kau ingin langsung pulang?" Shela hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau begitu, sampai jumpa." ucapku sambil berjalan meninggalkan Shela.
"Eh? Tunggu, aku menemanimu sampai ke rumah yah. "
"Pulanglah, aku bisa pulang sendiri. "
"Baiklah kalau begitu. Tapi, aku akan menemanimu sampai persimpangan tiga yah, arah rumah kita kan sama."
"Baiklah,"ucapku seadanya.
Aku harap kejadian tadi tidak membuatku terjebak lagi dalam permasalahan yang baru. Semoga.
Selesai
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top