19


Sohyun tiba di kediamannya. Terlihat sang Ibu yang gelisah menanti kepulangannya dari rumah sakit.

Sohyun yang merasa lelah akan semua kejadian yang ada, buru-buru mendudukkan diri di atas sofa yang nyaman. Pikirannya pun kini melayang-layang tanpa tujuan. Pandangannya begitu kosong. Sohyun diam mematung tanpa ia sadari.

"Bagaimana keadaan Yoongi, Sohyun?"

Sohyun tak memalingkan mukanya ke sang ibu. Tak mereaksi pertanyaan ibunya sama sekali.

"Sohyun?!"

"Kau mendengarkan Eomma kan?"

"Sohyun?!"

Panggil ibunya untuk yang terakhir sembari menepuk pundak Sohyun begitu keras.

"Sohyun?!!"

"I-iya?"

"Kau melamun?"

"Apa yang Eomma tadi tanyakan?"

"Ck.. bagaimana keadaan Yoongi? Apa dia baik-baik saja?"

"Eomma tenang saja.. Yoongi Oppa sudah siuman. Makanya aku pulang ke rumah."

Respon Sohyun dengan lesu.

"Bagaimana kecelakaan itu terjadi? Sampai Yoongi sempat mengalami kritis?"

Sohyun memejamkan mata dan menghela nafas panjangnya.

"Rumit. Ceritanya rumit. Tapi yang jelas, aku masih tidak percaya satu hal. Taehyung... sangat keterlaluan."

"Taehyung?"

..........................

2 minggu sudah berlalu semenjak kejadian kecelakaan Yoongi. Kini Yoongi sembuh total. Meskipun masih ada anggota tubuhnya yang belum bisa difungsikan dengan baik.

Sebuah mobil baru saja datang dan terparkir di halaman depan rumah Yoongi.

Terlihat Sohyun bergerak keluar rumah, dan menuju ke mobil tersebut. Ia membantu mengeluarkan kursi roda. Tuan Min memapah putranya agar mendarat tepat di atas kursi roda. Sohyun pun mendorong kursi roda Yoongi untuk masuk ke dalam rumah.

"Terima kasih, Sohyun.. Kau sungguh gadis yang baik dan perhatian pada Yoongi."

Kata Tuan Min.

"Bukankah dia calon menantu idaman?"

Goda sang istri sambil tersenyum geli.

"Udah Eomma.. aku mau masuk sekarang. Tolong jangan menggoda Sohyun seperti itu.. dia malu.."

Kata Yoongi menginterupsi.

Sohyun yang mendengar celotehan mereka, hanya cengengesan tidak jelas. Pasalnya, sudah sekian lama rumah tetangganya itu sepi. Tanpa Yoongi dan kedua orangtuanya yang gokil.

"Kau sudah makan?"

Tanya Yoongi pada Sohyun ketika mereka berdua  sampai di dalam kamar Yoongi.

"Uh...sudah. Oppa sendiri, sudah makan belum?"

"Belum.."

Jawab Yoongi sedikit memelaskan mukanya. Sohyun terkekeh.

"Oke... Aku akan ambilkan makan buat Oppa."

"Tapi kau juga yabg suapi aku ya?  Lihat...

Tangan-tanganku masih lemas."

Yoongi mengisbaskan tangannya seolah-olah tak memiliki tulang.

"Iya..."

Sembari menunggu Sohyun kembali bersama makananya, Yoongi mengikuti suara-suara samar seperti orang sedang menelpon.





"Sialan! Bagaimana dia bisa lolos? Kalian memang anak buah tidak punya otak!"

"Aku tidak mau tahu, tangkap dia hidup-hidup! Aku yakin dia masih berpotensi membahayakan posisiku!"

"Jangan muncul di hadapanku sebelum kalian mendapatkannya!"








Appa sungguh kelewatan... ini tidak bisa dibiarkan..

............................

"Untuk sementara, kau bisa tinggal di rumah ini."

"Terima kasih Nona Irene. Terima kasih.. kami pasti akan membalas kebaikan Nona.."

Irene berlalu setelah mengantarkan Taehyung dan keluarganya menuju ke sebuah rumah, lebih tepatnya villa yang berada di Busan. Tempat mereka pernah berlibur waktu sekolah menengah atas dulu.

Villa tersebut dirasa aman menurut Irene, karena tidak mungkin anak buah Tuan Min dapat menemukan keberadaan Taehyung disana.

Taehyung keluar dari penjara tempo hari setelah Irene menjemputnya dan mengantar keluarga Taehyung untuk sementara menginap di apartemen.

Namun, di perjalanan menuju apartemen,  Taehyung dan juga Irene dikejar oleh sekelompok orang tak dikenal.

Mereka bahkan tak main-main. Dengan membawa senjata api dan tubuh yang besar dan berotot, mereka sungguh mengerikan.

Bersyukur Taehyung dan Irene berhasil lolos. Karena pada waktu itu, anak buah ayah Irene lah yang menyelamatkan mereka berdua. Usai kejadian itu pun Taehyung segera menemui keluarganya dan membawa mereka semua ke tempat yang aman. Akhirya, Irene mengusulkan villa tersebut.

.

.

.

Taehyung menuntun ibu dan kedua adiknya masuk, sementara ia sendiri memilih keluar villa dan berbicara serius dengan Irene.

"Apa yang kau inginkan dariku?"

Tanya Taehyung to the point kepada Irene. Ia tahu, kebaikan Irene selalu meminta balasan dari Taehyung.

"Apa yang kau bicarakan? Jelas-jelas aku membantumu seikhlas hatiku.."

"Bohong. Katakan saja kau meminta balas budi dariku! Iya kan?"

"Tae.. aku melakukan ini.. karena.. aku sangat... mencintaimu..."

"Kau tidak tahu, betapa was-wasnya aku melihatmu bersatu dengan gadis itu!"

"Kita memang pura-pura berpacaran dulu, dan aku juga memanfaatkanmu untuk kepentingan balas dendamku pada Sohyun...

Tapi itu masa lalu.."

"Entah bagaimana perasaan ini muncul.. aku cemburu menyaksikan kalian berdua bersama.. bermesraan.. saling mencintai.."

"Aku tidak bisa!! Aku sangat menginginkanmu Tae.."

"Aku pun juga terpaksa mengambil jalan kebaikan agar kau mau membalasku dan menuruti persyaratanku."

Irene mengalihkan wajahnya sama seperti Taehyung yang sedari tadi tidak memfokuskan pandangannya pada Irene ketika ia sedang berbicara.

"Tapi caramu salah! Ini tidak benar! Cinta tidak bisa dipaksakan Irene!"

"Kau dan aku tidak bisa saling mencintai.. Aku sudah jatuh pada Sohyun.. aku tidak bisa berpaling ke lain hati. Hanya Sohyun satu-satunya gadis yang membuatku merasakan arti kebahagiaan dan kerinduan, juga pengorbanan."

"Hanya Sohyun... Bukan kau.."

Irene tertunduk lemas. Hatinya sangat teriris mendengar kesaksian Taehyung. Selama ini ia memang selalu memaksakan kehendaknya tanpa mempedulikan perasaan orang lain.

"Irene...

Aku sangat berterima kasih karena kau menepati janjimu membebaskan Ibu Sohyun dari ayahmu waktu itu.

Berkatmu, aku bisa melihat senyum Sohyun kembali..

Berkatmu juga, Sohyun terbebas dari penderitaannya dan hidup bahagia bersama ibunya."

"Kau baik.. tetapi maaf, karena aku tidak bisa mencintaimu seperti yang kau inginkan."

Tepat sekali. Cinta mengalir secara alami dari hati seseorang. Mencintai adalah suatu perkara penting untuk menjalin hubungan. Taehyung dan Irene bukanlah wujud cinta yang sesungguhnya, karena ada suatu keterpaksaan di antara keduanya. Dan Irene memahami perkara tersebut.

"Benar Tae.. kau benar soal cinta. Bagaimana aku bisa memaksakan perasaan cintaku padamu, sementara kau dan Sohyun sudah terikat sejak kecil.

Maaf, secara tidak sengaja, aku menemukan kenangan-kenangan masa kecil kalian yang kau simpan di dalam kotak. Juga di laci almari.

Aku telah lancang melihat itu semua waktu aku berkunjung ke apartemenmu di hari pertama kau sedang di penjara.

Kalian begitu manis..

Hubungan kalian terasa begitu indah.. hingga aku datang dan mengacaukannya.

Kalian harus terpisah lima tahun lamanya, tapi apa yang terjadi?

Bahkan perbuatanku pun tak akan mampu menghapus takdir kalian. Kalian memang ditakdirkan bersama.. kalian dipersatukan kembali dan aku tak bisa berbuat apapun lagi.

Dan satu hal, Sohyun... ternyata... adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupku. Aku tak mengenali wajahnya setelah ia remaja.. dan dulu..aku tak tahu namanya.

Sohyun adalah gadis yang sangat mulia.. tanpanya, mungkin 13 tahun yang lalu, aku telah dijadikan pengemis oleh para penculik yang menyekapku.

Sohyun yang lugu, berhasil menyelamatkanku di usianya yang masih sekitar 6 tahun. Ia melapor ke polisi bersama satu orang dewasa dan membebaskanku bersama anak-anak yang lain.."

"Apa?"

"Iya Tae.. Sohyun adalah malaikat kecilku... aku menyesal telah mengambilmu darinya..

Setelah menemukan kenangan-kenangan kalian di dalam apartemenmu, ibu dan adikmu datang.

Saat itu, pikiranku tidak jernih, aku marah-marah pada mereka. Bahkan sempat mengusir mereka.

Aku minta maaf untuk itu! Sungguh.. aku hanya tersulut emosi.. "

"Jadi, apa maumu sekarang?"

"Aku.. akan membantu kalian bersatu kembali."

.............................

Yoongi mengobrak-abrik berkas-berkas yang ada di ruang kerja ayahnya.

Yoongi merasa bersalah pada Taehyung. Ia telah mendengar semua pengakuan ayahnya sesaat setelah ia tersadar dari siumannya.

Suara ayahnya yang kelewat jelas berhasil ia tangkap tanpa cacat sedikit pun.

Ia juga sempat mendengar bahwa ayahya telah menyimpan semua bukti-bukti kelakuannya dengan aman.

Di dalam brankas!

Yoongi, teringat! Ia belum memeriksa ke dalam brankas.

Namun, bagaimana ia membukanya?

Ia tidak pernah tahu password yang ayahnya gunakan.

Sekarang ia bertambah panik karena suara langkah kaki mendekati ruangan tempat Yoongi berada.

Gawat! Aku harus segera sembunyi!

"Dia ada di Busan?"

"Bagus! Cepat tangkap dia, kalau perlu, aku sendiri yang akan menyusulnya kesana!"

Ayah Yoongi mematikan ponselnya. Ia pun membuka pintu ruang kerjanya.

"Kenapa ada kursi roda Yoongi  di ruang kerjaku?"




























To be Continued.




Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top