10
Sama seperti ketika temanmu memberitahu sesuatu, bisa jadi 90% adalah kebenaran, dan sisanya rumor belaka.
Namun, Wendy tidak salah memberikan Sohyun informasi. Pria DJ yang dimaksudnya adalah Kim Taehyung. Malam itu, Sohyun sungguh melihat Taehyung dengan mata kepalanya sendiri.
Berarti, gadis yang suka menghabiskan uang itu adalah Bae Irene.
Pantas saja Taehyung ada di pesta ini.
Pikir Sohyun.
Sohyun mengingat kembali, Taehyung pernah berkata bahwa hubungannya dengan Irene hanya sebuah kepura-puraan. Sohyun yang awalnya tidak mau tahu apa alasan untuk itu, kini malah semakin penasaran. Tetapi, ia juga masih ingat. Taehyung bilang padanya agar Sohyun terus mempercayainya tanpa tahu apa alasan ia melakukan kebodohan ini.
Sohyun mengusir asap-asap gelap yang mengguncang perasaannya. Ia kembali fokus menata rapi makanan dan minuman di atas meja yang disediakan.
Lampu-lampu lilin yang menyala indah di atas kolam menyajikan suasana temaram yang menenangkan. Pencahayaan di pesta terkesan anggun. Tak begitu terang seperti suasana cafe pada biasanya.
Sohyun mencari-cari sosok yang diharapkannya. Dan netranya pun menemui pemandangan yang sangat memilukan.
"Yak! Taehyung!"
Sohyun terkejut ketika menyaksikan Taehyung secara terang-terangan menyalakan pematik api dengan sebatang rokok yang sudah menjamah di bibirnya.
"Kau merokok huh?"
Sohyun langsung merebut rokok itu dan membuangnya jauh-jauh.
"Sohyun?"
Taehyung tak merasa jengkel karena Sohyun membuang rokoknya yang masih utuh. Ia justru menampakkan wajah berseri saat melihat Sohyun berdiri di depannya dan tentu saja karena mengkhawatirkan dirinya.
"Kenapa kau merokok? Jawab aku! Aku tidak suka!"
"Kenapa kau tidak suka??"
"Bodoh! Tentu saja karena merokok itu tidak baik. Itu bisa merusak kesehatanmu!"
"Jadi kau masih peduli padaku?"
"Ya iyalah! Kau kan.."
Ucapan Sohyun tersendat. Mana mungkin ia mengucapkan langsung kalau Taehyung adalah kekasihnya. Tebali, Taehyung masih berpacaran dengan Irene dan Sohyun tidak mau dapat status orang ketiga. Tetapi, kalau ia bilang Taehyung sahabatnya, sama saja artinya Sohyun rela melepas Taehyung bersama gadis lain.
"Aku apa Sohyun? Kenapa kau tak melanjutkannya?"
Taehyung mendekatkan wajahnya demi mengamati mimik Sohyun yang menjadi-jadi. Lihat saja! Gadis itu sudah bingung tak karuan. Ia begitu dilema. Ingin sekali ia mendapat pengakuan dan status secara sah sebagai pacar seorang Kim Taehyung.
"Taehyung!!"
Suara seorang gadis yang tak diharapkan mendadak muncul.
"Taehyung sayang, apa yang kau lakukan disini?"
Bae Irene. Siapa lagi kalau bukan Bae Irene?
Sohyun merasa kasihan pada Taehyung. Ia tak bisa membayangkan, seberapa besar kesabaran Taehyung demi menghadapi wanita di sebelahnya ini.
"Oh wow!"
Seru Irene sembari menarik lengan Taehyung agar menjauh dari Sohyun. Tak berhenti sampai disitu, Irene merapatkan tubuhnya pada Taehyung. Tangannya ia gunakan untuk melingkar pada pinggang Taehyung. Taehyung tak suka, tapi ia tidak bisa menolak.
"Ada Sohyun disini?"
Ucap Irene dengan nada antagonisnya.
"Kebetulan sekali, bisa kau ambilkan kami minuman?"
"Kenapa harus aku?"
"Kau kan pelayan."
Ah.. benar juga. Aku pelayan disni, mana mungkin aku mengabaikan siapa penyewa cafe untuk pesta mewah malam ini?
Sohyun's POV
Bersusah payah aku menepis dendam yang muncul di benakku. Namun aku tidak mau salah ambil langkah. Akhirnya, dengan malas aku melangkahkan kaki ke meja dan membawakan mereka dua gelas soda.
Taehyung diam tak berkutik. Ah. Apakah dia selemah itu? Sebenarnya apa yang menyebabkan dia harus bertekuk lutut di hadapan Irene?
Aku hendak berbalik dan melanjutkan pekerjaanku. Lalu, seseorang menabrakku dari arah depan. Aku tak bisa menjaga keseimbangan. Aku pun jatuh pada kolam ikan yang ada di sebelah kananku sampai beberapa lilin padam terkena cipratan air.
Bajuku basah kuyub semua. Sedetik kemudian, aku melihat orang yang baru saja menabrakku melakukan high five bersama Irene.
Jadi ini ulahnya??
Aku malu tak tertahan. Beberapa tamu yang rata-rata seusiaku tertawa tiada henti. Tolonglah.. aku butuh bantuan.
Bahkan Taehyung pun hanya diam melongo di pelukan Irene.
Byurr!!!
Air kolam disekelilingku membentuk riak. Aku tahu, ada seseorang yang ikut masuk ke dalam kolam. Aku tak bisa melihatnya jelas. Sepertinya orang itu muncul dari arah belakang.
Beberapa saat kemudian, aku merasa ada sebuah kehangatan yang terselimutkan di belakang punggung sampai ke bahu.
Seseorang memakaikanku jaket. Sebuah rangkulan muncul dari belakang dan menuntunku bangkit dari dalam kolam.
Aku melihat, mata Taehyung membulat raksasa. Ia terkejut? Sepertinya.
Setelah sampai di pinggiran kolam, kurasakan dua buah tangan mengerat di pinggangku, lalu mengangkat tubuhku hingga aku bisa mencapai permukaan dan terbebas dari bau kolam yang amis.
Aku menoleh dengan rambutku yang sudah basah tak berbentuk.
"Oppa?"
Iya. Oppa, Min Yoongi yang telah menolongku lolos dari kubangan. Bagaimana dia ada disini?
Oppa menyusulku. Ia berdiri dan memberikan tangannya padaku.
"Ayo Sohyun. Berdirilah."
Kejadian ini tentu saja mendapat perhatian lebih dari tamu undangan. Mereka menatapku sinis. Seorang pelayan sepertiku begitu dibelanya oleh laki-laki setenar Min Yoongi. Pastilah tak ada yang percaya! Tapi ini nyata! Oppa mempertaruhkan mukanya di depan banyak mahasiswa kampus yang sering mengeluh-eluhkan nama dan ketampanannya.
Aku menangkap genggaman hangat tanganya dan berdiri dengan wajah tertunduk.
"Kalian keterlaluan! Apa kalian pikir Sohyun ini mainan? Apa kalian punya moral? Aku meragukan jika kalian manusia!"
"S-sudah Oppa."
Aku mengelus-elus lengan Oppa agar ia lebih tenang dan menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin. Bukan dengan emosi.
"Heh Yoongi! Cewek seperti dia tidak pantas dibelain! Lebih baik kau menyingkir darinya atau selamanya kau ikut terkena sial!"
Seseorang memperingati Oppa. Namun, di mataku, itu bukanlah sebuah peringatan. Melainkan celaan dan sumpah serapah yang mereka tujukan padaku.
"Min Yoongi memang tidak punya otak! Ayo guys.. tinggalin aja mereka berdua. Kita lanjut pestanya!"
Seru Irene seakan-akan tak terjadi apapun. Mereka semua membubarkan diri dan melanjutkan pesta mereka yang tidak berguna.
.......................
"Kau baik-baik saja?"
"Iya Oppa. Aku baik-baik aja kok."
"Mereka keterlaluan Sohyun! Aku heran, kenapa sih mereka membenci gadis baik sepertimu? Mereka sungguh tidak punya nurani!"
Oppa benar. Tetapi bukan itu yang membuatku sedih. Taehyung. Dia hanya diam mematung saat aku terjebur kolam. Dia hanya diam mematung saat yang lain mentertawakan diriku. Aku masih tak paham. Haruskah aku benar-benar menanyakan, ada apa dengannya? Dan apa alasannya bersikap seperti ini padaku?
"Sohyun!!"
Seorang laki-laki secara lantang memanggil namaku. Yang jelas itu bukan Oppa. Karena sedari tadi Oppa berada di sampingku.
"Sohyun! Berhenti!"
"Taehyung?"
Kim Taehyung berdiri menghadang jalur kami. Tangannya terentang.
"Mau apa kau?"
Tanya Oppa.
"Bisa kau tinggalkan Sohyun dan aku sendiri?"
Pinta Taehyung.
"Tidak! Mana mungkin aku meninggalkan Sohyun bersama laki-laki brengsek yang cuma diam ketika Sohyun dipermalukan?"
Kata-kata Yoongi Oppa membuat Taehyung bungkam aku melihat semburat sedih dan menyesal di wajahnya.
"Oppa.."
Aku menganggukkan kepala.
"Tolong tinggalkan kami. Percayalah, aku akan baik-baik saja. Kami hanya perlu bicara."
Oppa tidak punya pilihan lain. Ia menuruti kalimatku dan bergegas pergi meninggalkan aku dan Taehyung.
Sohyun's POV end.
.................
"Kita mau kemana Tae?"
Tanya Sohyun penasaran ketika dirinya dibawa masuk oleh Taehyung ke dalam mobil.
Terpampang nyata, bagaimana Sohyun merasa takjub bahwa Taehyung bisa mengendarai sebuah mobil. Terlebih lagi, itu mobilnya sendiri.
"Kita ke apartemenku."
"Apartemen?"
"Kau tinggal di apartemen?"
"Terpaksa. Nanti aku jelaskan."
"Tunggu."
Taehyung melirik penampilan Sohyun dari atas sampai bawah. Kemudian matanya menyipit saat menyaksikan jaket lelaki itu masih melekat kuat di tubuh Sohyun. Taehyung mengambilnya jijik lalu membuangnya ke jok belakang.
"Tae! Kenapa kau singkirkan? Dingin tau.."
Sohyun mengeluh. Namun, beberapa sekon berikutnya mulutnya menganga.
Taehyung melepas jas dan kemeja putih kebesaran khas miliknya tanpa ragu. Tubuh bagian atasnya benar-benar toples. Ia setengah telanjang dan Sohyun refleks menutup kedua mata.
"Apa yang kau lakukan?! Kau gila?? Pakai pakaianmu kembali!"
Tak ada jawaban. Tetapi Sohyun merasakan sepasang tangan memaksaknya untuk bergerak. Sohyun menebak bahwa Taehyung sedang memakaiakan pakaiannya pada tubuhnya. Menumpuknya di atas bajunya yang masih basah.
Setelah itu hening beberapa saat.
"Tae?"
"Buka matamu. Kenapa kau menutupnya?"
"Tidak! Apa kau sinting? Ada seorang gadis di mobilmu. Kau malah melepas baju seenaknya!"
"Maaf. Sekarang buka matamu. Aku sudah berpakaian."
Benarkah? Perkataan Taehyung meragukan. Apa dia bawa baju selain yang dipakainya tadi?
Sohyun berupaya membuka matanya. Satu per satu jemarinya tersibak. Membiarkan bulatan manik indah Sohyun terekspos dan menajamkan pupilnya.
Syukurlah.. tapi?
Sohyun menerima kelegaan ketika pandangannya menangkap Taehyung telah berpakaian. Sejenak kemudian matanya melotot.
"Itu jaket Oppa kenapa kau pakai? Dan.. apa kau tidak dingin?"
"Ah ini.. aku hanya menyukai jaketnya saja."
Kata Taehyung sambil tertawa dan melajukan mobilnya.
"Kau ini menyukai jaketnya apa cemburu?"
Sahutku dengan menaik-turunkan alis.
"Dua-duanya."
Sohyun melengkungkan bibirnya. Menyadari bahwa Taehyung bukan anak kecil lagi. Ia jadi mudah cemburu dan overprotektif terhadapnya. Tetapi, ia senang dengan realita tersebut.
.......................
S
esudah sampai di apartemen, Taehyung meminta Sohyun untuk membersihkan diri di kamar mandi kamarnya agar bau amis yang menempel pada tubuh cantiknya hilang. Sohyun pun terpaksa memakai pakaian Taehyung yang kebesaran. Setidaknya, dia masih merasa nyaman dengan pakaian itu.
"Sudah enakan?"
Tanya Taehyung sambil berjalan membawa secangkir coklat panas dari arah dapur menuju sofa tempat Sohyun terduduk.
"Iya. Makasih."
"Kenapa terima kasih padaku? Aku tak pantas menerima kalimat itu darimu. Yoongi lebih pantas. Aku payah! Iya kan?"
Kini Taehyung sudah lepas landas di sofa yang sama dengan Sohyun. Ia menyandarkan punggungnya dalam posisi paling nyaman.
Ia lalu melirik ke arah Sohyun dan menariknya ke dalam dekapannya.
"Begini lebih hangat kan? Maafkan aku. Aku hanya bisa diam tadi."
Sohyun mendengar suara ketukan-ketukan keras dengan tempo cepat dari dalam dada Taehyung.
"Tae? Kau sakit?"
"Jantungmu seperti meledak-ledak dari dalam sini."
Sohyun menempelkan telunjuknya pada bagian dada Taehyung yang merupakan letak dimana jantungnya berada.
"Ah.. Sohyun-ah. Aku menyimpan detak jantungku ini ketika bersamamu selama lima tahun lebih. Harusnya kau tahu apa artinya."
Sohyun tahu. Ia hanya memastikan saja bahwa degup jantung yang tidak normal itu pertanda bahwa Taehyung masih mencintainya.
"Baguslah."
Gumam Sohyun.
Dan malam itu, Taehyung dan Sohyun menghabiskan malam berdua. Sohyun sampai lupa mengabari ibunya. Ia tak ingat. Ketika bersama Taehyung seakan-akan dunia ini sepi tak berpenghuni. Hanya ada mereka berdua. Dan dering ponsel yang sedari tadi mengalun di telinga sama sekali tak mendapat respon dari Sohyun.
Kedua insan itu telah terlelap dalam keadaan saling memeluk di atas sofa yang sempit. Mereka mungkin lelah karena telah berbicara banyak hal. Hanya saja.. ada satu yang masih kurang. Sohyun tak memberitahu keberadaan orangtua Taehyung karena ia rasa waktunya masih belum tepat.
.................
Disisi lain, seorang lelaki tengah kesal karena seseorang berusaha menghalangi kedekatannya dengan wanita yang ia cintai.
"Aku tidak akan membiarkanmu kembali pada lelaki itu. Aku tak akan membiarkannya begitu saja. Kau milikku. Untuk sekarang, dan selamanya!"
To be Continued.
Next (?)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top