09
"Mau apa lagi Anda kesini?"
Seorang wanita terlihat sedang berteriak di depan pintu rumahnya.
"Saya--"
"Suami saya kan sudah bilang. Suami Anda meninggal karena kecelakaan kerja dan kelalaiannya sendiri. Lagipula, perusahaan suami saya juga sudah memberikan asuransi. Apa masih kurang?"
"B-bukan begitu Nyonya.. saya.. masih merasa bahwa suami saya meninggal secara tidak wajar.."
Menangkap wajah melas yang keluar dari orang di pelupuk matanya, wanita itu pun meremehkan.
Sudah berulangkali kejadian tersebut terjadi. Setiap sore, seorang wanita dengan wajah memelasnya datang dan memohon keadilan.
Sudah jelas-jelas suami wanita pemelas itu meninggal karena kecelakaan yang dibuatnya sendiri. Namun, yang namanya ngotot tetaplah tak bisa diredam.
"Sudah lah. Sebaiknya Anda pergi. Saya masih banyak urusan."
Wanita itu lantas marah dan menutup pintu rumahnya hingga mengeluarkan suara keras seperti dobrakan.
Aku yakin.. Anda menyembunyikan sesuatu, Nyonya.
..........................
Taehyung's POV
Kenapa hatiku rasanya seperti terbakar?
Ah.. ya benar! Aku sedang cemburu! Haruskah Sohyun dan seseorang yang ia panggil 'Oppa' bertingkah semesra ini?
Tolong. Aku ingin muntah! Pria itu.. apakah dia tidak sadar ada aku sedari tadi yang duduk bersama mereka? Tetapi mereka malah asyik mengobrol. Mengabaikanku. Mereka bercanda dan asyik tertawa. Dan yang membuatku tak habis pikir adalah, Sohyun tampak begituuuu bahagia.
Memang aku senang melihatnya bahagia. Tapi jika itu dengan pria lain, maka aku tak sanggup.
"Ekkheemm..."
Aku membereskan tenggorokanku. Aku harap mereka setidaknya memberikan perhatian padaku.
"Kau kenapa Tae?"
"Apa kau sakit? Kau batuk?"
Dasar gadis bodoh. Aku cemburu.. astaga!!
"Ini."
Pria yang duduk di sebelah kiri Sohyun lalu menyodorkanku sebuah permen.
Permen? Memang aku anak kecil yang butuh permen? Aku merajuk.
"Oppa.. kenapa kau memberinya permen?"
Tanya Sohyun.
"Ini permen pereda tenggorokan. Dia akan lebih baik kalau memakannya."
Aku tersenyum kecut. Sok tahu sekali dia.
Karena Sohyun terus memelototiku, akhirnya aku terpaksa mengambil permen dari anak itu. Siapa ya namanya? Aku lupa. Yoonji? Yookji? Gongji? Hongji? Tongji (??)
"Terima kasih---"
"Yoongi. Min Yoongi."
Sahut pria itu.
"Aih.. iya. Itu maksudku. Yoongi."
.
"Ini sudah sore. Sebaiknya kita pulang."
Ajak Sohyun.
"Benar. Suhu juga semakin dingin. Kalau tidak segera pulang kau bisa sakit."
Kata Yoongi yang langsung menyodok perutku. Aku ingin sekali mengeluarkan semua isi perutku ini. Menjijikkan.
"Oke. Oppa sangatt benar."
"Eitz.. mau kemana kau Tae? Kenapa kau mengikuti kami?"
Tanya Sohyun tiba-tiba, sehingga membuat langkahku yang sempat terangkat menjadi mengerem mendadak. Hampir saja aku menubruknya.
"Pulang. Katanya mau pulang?"
Jawabku.
"Tapi kan kau punya rumah? Maksudku.. kau tidak akan mau kembali ke rumahku kan?"
"Rumahmu?"
Sahut Yoongi seperti orang bingung.
"Semalam aku menginap di rumahnya, wae?"
Jelasku singkat. Lebih tepatnya terdengar sewot. Aku sangattt ingin melihat ekspresinya yang saat ini.
"Dia menginap di rumahmu? Benarkah?"
"Kukira hanya aku yang pernah ditawarkan ahjumma supaya menginap di sana juga."
Apa?!
Niatku ingin membuatnya sadar diri malah gagal total. Ahjumma. apa maksudnya wanita tadi pagi yang memelototiku?
Wah.. wah.. kenapa beliau lebih menyukai si Yoongi daripada aku?
"Aish.. sudah. Cukup. Aku bisa jelaskan nanti ke Oppa. Dan sekarang Tae, sebaiknya kau pulang ke rumahmu sendiri."
"Apa? Jadi kau mengusirku?"
Tanyaku tak percaya.
"Bukan begitu.. "
"Aih.. terserah lah. Pokoknya aku mau pulang duluan. Sampai jumpa lagi!"
Sohyun pun pergi meninggalkanku dan Yoongi. Aku dan Yoongi bertatapan sengit untuk sejenak. Kemudian, anak itu menjauh menyusul langkah kaki Sohyun di depannya.
Baguslah. Sepertinya ia mulai sadar dimana posisinya dan posisiku berada.
.........................
"Sayang, bagaimana ini? Aku takut rahasia kita terbongkar."
"Tenanglah.. aku akan membereskan semuanya. Terlebih pada wanita itu."
Sepasang suami istri sedang bercengkrama membahas perihal yang serius.
Dapat dilihat, betapa kentara gurat kecemasan dan ketakutan di antara keduanya.
Hingga, suara seseorang membuka pintu dan menginterupsi keduanya membuat mereka mengalihkan pembicaraan.
"Eomma, Appa, apa yang sedang kalian bicarakan?"
"Ah.. sayang. Kau sudah pulang? Eomma dan Appa baru saja membahas... euhm.."
"Pernikahanmu."
Sahut seseorang dengan suara maskulinnya menyambung kelanjutan topik yang sempat dilontarkan sang istri.
"Appa, aku masih 23 tahun. Kenapa sudah membicarakan soal pernikahanku?"
"Yoongi, maksud kami tidak memaksamu segera menikah. Kami hanya ingin tahu, sudah sejauh apa kau menjalin hubungan dengan seorang gadis? Kalau bisa, bawa sampai ke jenjang pernikahan."
Jelas sang istri yang rupanya adalah ibu dari Yoongi.
"Ya.. begitulah Yoon. Apa mungkin, kau belum menggaet anak tetagga kita?"
Giliran ayah Yoongi yang melempar pertanyaan.
"Appa.. apa yang kau bicarakan?"
"Sudahlah. Aku gerah. Aku mau segera mandi dan beristirahat."
Kata Yoongi sebelum ia merangkak menaiki tangga dengan wajahnya yang mulai bersemu merah.
Bagaimana Appa bisa tahu? Anak tetangga? Apa yang dimaksudnya adalah Sohyun?
Gumam Yoongi dalam hati.
........................
"Kau sudah bersiap-siap? Ini masih pukul setengah enam sore. Bukankah shift mu hari ini pukul tujuh malam?"
Kegiatan Sohyun yang amat sibuk mengatur pakaian dan isi tasnya menjadi terhenti ketika sang ibu datang menghampiri.
"Iya Eomma. Eonni di tempat kerjaku bilang akan ada acara di Cafe. Cafe disewa, dan tentunya kami akan banyak bekerja untuk persiapan."
"Oh.. begitu. Kau tidak mau makan dulu? Eomma sudah siapkan makan malam."
"Maaf Eomma. Mungkin aku akan makan malam sendiri nanti. Aku harus segera berangkat. Dan juga.. aku belum memberi tahu Oppa kalau jam kerjaku dimajukan. Jadi, jika Oppa kesini, sampaikan permintaan maafku ya?"
"Iya. Bailkah. Hati-hati di jalan."
Sohyun setelah selesai berbenah diri, lalu berjalan ke arah ibunya dan merangkulnya sekejap. Setelah itu ia pamit berangkat kerja seiring waktu mulai berputar tiada henti.
..............................
"Kau sendirian hari ini?"
Sohyun mulai bosan dengan tingkah rekan kerjanya.
Dengan wajah penasaran dan melingukkan kepala ke kanan dan ke kiri, rekan Sohyun memastikan bahwa Yoongi benar-benar tidak sedang mengantarkan Sohyun bekerja.
"Eonni.. apa kau naksir padanya?"
Tanya Sohyun dengan gemas.
"Hehe.."
Rekan Sohyun itu lalu meringis.
"Wah.. ternyata seorang Son Wendy juga bisa naksir cowok ya?"
Sahut Sohyun lebih menggoda.
"Yakk.. panggil aku Eonni. Aku lebih tua darimu! Dasar!"
Alhasil, Sohyun mendapat jitakan di kepalanya karena telah lancang memanggil temannya, Wendy, tanpa embel-embel Eonni.
"Maaf.. maaf.. habis Eonni membuatku kesal sih."
"Bukan kau yang kesal. Tetapi aku. Kau ini, memang tidak pernah bergairah dengan pria tampan ya? Seseorang sekeren dan setampan Min Yoongi malah kau sia-siakan."
"Bilang saja kalau Eonni suka pada Oppa. Iya kan?"
Tanpa menjawab apapun, Wendy justru menampik lengan Sohyun agar ia kembali fokus menata piring-piring makanan ke atas meja yang sudah disiapkan.
Hingga.. tatapan Sohyun terpaku pada satu sudut yang berada di pusat lokasi.
"Kenapa ada peralatan DJ disini?"
"Kau belum tahu ya?"
"Ini adalah acara pesta seorang anak milyuner. Kudengar dia memang suka menghabiskan uang. Dan kalau tidak salah, anak itu berasal dari kampus yang sama denganmu."
"DJ nya juga?"
Sohyun semakin penasaran.
"Iya. Bukankah kampusmu punya anak berbakat men-DJ? Dari gosip yang beredar, katanya dia cowok yang sangat tampan. Banyak digemari gadis-gadis. Namun, hal menakjubkannya, si anak penyelenggara pesta ternyata adalah pacar DJ tadi. Ahh... aku sangat iri jadinya."
Sohyun membeku. Apa mungkin DJ itu adalah..
Kim Taehyung??
To be Continued.
Next (?)🐯🐯
Makasih buat kalian yg selalu nyempetin baca story ini. Aku terharu..😢😢
I love you all..💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top