Part 22 : Last Chance
.
.
.
.
"Bagaimana Dok?"
"Selamat. Operasi Nenek Anda berhasil.."
Dokter mengulas senyum. Taehyung pun merasa lega. Kegelisahannya ternyata cukup sia-sia. Ia sangat bersyukur Tuhan menolongnya dengan menyelamatkan hidup sang nenek.
Dengan spontan Taehyung berlutut dan mengusap mukanya yang terlihat letih. Mendengar kabar baik ini, setidaknya menjadi kado terindah menjelang hari kelahirannya.
Ya. Tak akan lama lagi adalah tanggal 30 Desember. Waktu dimana ia menyapa dunia setelah perjuangan keras ibunya melahirkan dirinya.
Dan disaat yang sama pula.. 11 tahun sudah wanita kejam itu menelantarkannya.
"Biarkan Nenekmu istirahat dulu ya. Dia sedang dalam masa pemulihan."
Taehyung mengangguk. Betapa lega hatinya saat itu..
......................
Taehyung's POV
Kupikir ini saatnya aku mengajaknya 'berkencan'. Bukan lagi sebagai sahabat, aku rasa ini saat yang tepat aku mengungkapkan isi hatiku dengan sesungguhnya sebelum waktu itu tiba.
Aku tahu, aku sudah pernah mengatakannya. Namun kondisi saat itu sangatlah buruk. Dan aku ingin ini sedikit romantis. Aku bahagia karena Halmi lolos dari penyakitnya. Dan sembari menunggu beliau pulih, aku akan menghabiskan waktuku bersama Sohyun. Ya. Hanya kami berdua saja.
"Tae? Kenapa kemari? Bukankah seharusnya kau di rumah sakit? Hari ini.. juga kerja libur."
Sohyun heran karena tanpa kabar aku mendadak berdiri di depan pintu rumahnya.
"Ehm.. jangan khawatirkan Halmi. Halmi baik-baik saja sekarang ini. Ayo!"
Aku mendorong tubuh Sohyun untuk masuk ke dalam rumahnya. Dengan penuh semangat, aku memintanya buru-buru berganti pakaian.
"Yak!! Kau ini kenapa Tae?"
"Sudah. Jangan banyak tanya. Berganti baju lah. Aku mau mengajakmu ke suatu tempat!"
"Wah. Sungguh??"
"Ehm. Sana!"
Tak perlu menunggu lama, Sohyun keluar dari kamarnya dengan pakaian begitu sederhana. Hingga tanpa terasa, sebuah senyuman manis tergambar di wajahku.
Dia Kim Sohyun. Dan akan tetap menjadi sosok cinta pertamaku yang cantik dalam kesederhanaannya.
Itulah salah satu alasan mengapa aku jatuh hati padanya dari ribuan alasan yang tak dapat tersampaikan.
"Jangan menatapku seperti itu."
Kata Sohyun sambil menahan senyumnya.
Aku pun langsung menghampirinya dan mengandeng sebelah tangannya. Membawanya tepat di depan dada.
"Apa kau merasakannya?"
Tanyaku.
"Apa?"
"Jantungku berdebar-debar."
"Kenapa? Apa kau sakit?"
"Karna kau cantik sekali."
"Eyyy..."
Sohyun memukul ringan lengan kananku yang aku gunakan untuk mengapit tangan kirinya.
Betapa meneduhkan senyumannya itu!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kita kesini lagi?"
"Ya. Bukankah ini lokasi pertama yang kita kunjungi dalam keadaan kita sudah saling tau perasaan masing-masing?"
Sohyun terdiam. Sepertinya ia agak bingung dengam ucapanku barusan.
Dongseongno Street.
Ini kedua kalinya kami pergi ke pusat kota yang menyediakan berbagai toko itu.
Tempat pertama kali aku dan Sohyun mengukir kenangan.
"Terserah. Yang jelas.. aku suka tempat ini."
Kata Sohyun tiba-tiba.
"Jadi.. apa yang akan kita lakukan?"
"Bersenang-senang. Apalagi?"
Jawabku penuh antusias.
Dengan tekad yang membara, aku merangkul erat tubuh Sohyun. Membawanya masuk ke dalam kehangatanku dan kami pun berjalan beriringan di tengah keramaian orang-orang.
"Mau makan ramen?"
"Tentu!"
Aku mendapat bonus dari Bos. Walaupun aku bekerja di cafenya tidak genap 1 bulan. Betapa beruntungnya aku. Setidaknya uang ini bisa aku gunakan untuk momen terakhirku bersama Sohyun.
Ah. Aku mulai sedih lagi. Haruskah perpisahan secepat ini?
Haruskah aku benar-benar meninggalkannya sendiri??
Aku kadang membenci keputusanku. Tapi apalagi yang bisa aku perbuat? Aku sangat memerlukan uang untuk kesembuhan Halmi. Ia satu-satunya orang yang mengurus dan menyayangiku di dunia ini.
Sekali lagi. Aku hanya bisa berkata 'maaf'.
'Maaf' karena sudah membohongi perasaanku.
'Maaf' karena sudah membuatnya cemburu.
'Maaf' karena pernah menyakitinya.
'Maaf' karena terlambat menyatakan cintaku padanya.
Dan 'maaf'... karena aku harus pergi sebelum aku memenuhi janjiku untuk bisa melindungi dan membahagiakan hidupnya.
Tolong.. jangan membenciku Sohyun. Aku tahu aku salah karena telah mengecewakanmu. Tapi aku harap.. cintamu padaku tidak akan pernah pupus setelah aku pergi nanti.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dan aku harap, kita bertemu kembali suatu saat nanti.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Terima kasih."
"Apa? Untuk apa?"
"Karena kau mau berkencan denganku malam ini."
"Kencan?"
Sohyun mengernyitkan dahinya hanya karena aku berkata 'kencan'.
"Iya. Kencan."
"Bagaimana kau bisa menyebut ini kencan? Kita bahkan tak punya hubungan apapun."
Wajahnya terlihat sarkasme. Ya.. aku paham. Ia pasti tengah menguji perasaanku.
"Sohyun..."
Aku membalikkan badannya agar kami saling berhadapan.
Aku melihat ke matanya dalam-dalam. Dia kelihatan bergetar. Semacam gugup.
Ah.. aku meneguk ludahku begitu sulit. Kenapa tiba-tiba aku jadi kaku setelah kami berpandangan cukup lama begini?
Ayo Taehyung. Cepat. Buat ini semakin romantis..
Aku melihat. Sohyun meremas kain jahitan roknya kuat-kuat. Sama sepertinya, aku pun sangat gugup saat ini.
Huh. Kenapa harus di waktu seperti ini kau gugup Tae? Kau payah. Laki-laki macam apa dirimu ini?
Ayo! Ayo! Ayo!
Dalam hati, ambisiku begitu besar. Namun pada kenyataannya aku tidak siap. Mengungkap kembali cintaku padanya hari ini sama halnya dengan mengakhiri cepat-cepat pertemuan kami.
"Sohyun..."
Astaga. Bibirku sekarang bergetar. Aku jadi bertanya-tanya. Bagaimana aku bisa melakukan 'hal gila itu' di malam itu?
Aku menarik nafas dalam-dalam. Aku bergerak mendekatkan permukaan wajahku padanya. Lalu.. bukan. Ini belum saatnya menuju bagian 'itu'. Argh....
Kuharap kalian tahu apa yang aku maksud.
Aku mengarahkan bibirku ke daun telinganya lalu berbisik.
"Sohyun...
Aku mencintaimu. Lebih dari sahabat."
Kemudian bibirku aku gerakkan menuju pipinya. Kukecup ringan dan terakhir.. aku memandang netranya lagi.
"Aku mencintaimu sebagai seorang wanita.. dan akan selalu begitu. Maaf.."
Dan ini untuk terakhir kalinya. Tolong garis bawahi itu. Ingatkan padaku bahwa di masa depan nanti aku tak boleh lagi menyentuh bibir manis miliknya.
Bibir Sohyun memang sangat manis. Terlebih.. saat aku menciumnya seperti ini.
Sohyun menutup kedua matanya. Begitu pun juga aku. Kami saling menikmati cuplikan akhir kisah kami malam ini.
Tidak. Aku mohon kalian juga jangan membenciku. Ini juga bukan kemauan diriku!
Perlahan aku merasakan kedua tangannya telah terkait di leherku. Ia sedikit berjinjit karena perbedaan tinggi kami yang lumayan.
Aku pun semakin menarik pinggangnya yang ramping menuju padaku.
Biar. Biarlah malam ini berlalu begitu dramatis. Dan aku juga tak akan bilang padanya bahwa aku akan pergi. Aku tak mau melihatnya menangis dan sakit hati.
"Oh! Taehyung!"
Suara seorang perempuan tiba-tiba menggema di telingaku. Mengusik kebersamaanku dan Sohyun.
Sontak kami pun saling melepaskan diri dan menjadi canggung satu sama lain.
Kenapa aku melakukan ini pada gadis di bawah umur dan di tempat umum pula??
Aduh.. aku sungguh sudah gila!
Tolong maafkan aku.
"Sun-sunbaenim?"
Sohyun terkejut. Dan sedetik kemudian aku berpaling dari pikiranku dan aku mengikuti arah pandang Sohyun.
"Irene??"
"Ah.. ahjumma??"
Sebuah kata terucap seketika dari mulutku. Irene dan ahjumma disini?
Irene. Ia menemukan kami disini?
Bodoh. Harusnya aku memikirkan baik-baik kalau mau mengajak Sohyun berkencan. Untuk beberapa hari ini, semenjak aku membuat perjanjian itu dengan Irene, ia akan selalu mengawasi setiap pergerakan apapun yang aku lakukan. Tentu saja tujuannya satu!
Ia tak akan membiarkanku mendekati Sohyun lagi.
Aku meminta sekali saja kesempatan terakhirku bersama Sohyun hari ini. Dia tak menyetujuinya. Dan ancamannya tidak main-main!!
Irene membawa Ahjumma! Ia membawa Ibu Sohyun bersamanya dan memergoki kami sedang berciuman.
Namun bukan itu yang menjadi masalah.
Aku kembali mengarahkan ekor mataku kepada Sohyun.
Sohyun terlihat berkaca-kaca. Maniknya tak sedikit pun terlepas dari sosok wanita itu. Begitupun juga ahjumma.
Anak dan ibu itu saling bertatapan. Sohyun dengan tatapan tajam kecewanya. Dan ahjumma itu... kenapa yang aku lihat sebuah kesedihan mendalam terpancar dari binar matanya?
Aku tak paham.
"So-Sohyun?"
Pelan. Tapi cukup jelas. Ahjumma menggemingkan nama Sohyun dari tenggorokannya.
Sohyun tersenyum sinis.
"Oh Sohyun? Hai!"
Sapaan Bae Irene pada akhirnya memecah ketegangan dua anggota keluarga yang terpisah cukup jauh itu.
"Sohyun.. perkenalkan. Ini Eommaku. Eomma tiriku."
Sohyun membuka mulutnya tidak percaya.
"Bukankah kau mengenalnya huh? Bagaimana selama ini hidup tanpa seorang ibu disisimu? Bagaimana rasanya kau ditinggalakan ibumu yang jelas-jelas merebut suami orang?"
Lanjut Irene dengan tanpa dosanya.
Astaga. Sohyun pasti kaget sepertiku sewaktu pertama kali aku mendengar kebenaran ini dari mulut Irene langsung.
Irene sungguh licik.
Sohyun menggelengkan kepalanya. Air mata jatuh membasahi pipinya namun ia langsung menyekanya.
Aku tahu. Bagaimana rasanya ditinggalkan orangtua. Aku bisa merasakan hati Sohyun hancur berkeping-keping saat ini.
Mendapati ibunya yang tega meninggalkannya sekarang sedang berjalan bergandengan tangan dengan anaknya yang lain? Sementara anaknya disini butuh kasih sayangnya! Sohyun haus akan kasih sayang. Ia sangat merindukan ibunya. Dan kehadiran ibunya saat ini justru hanya menambah kebencian Sohyun padanya.
Tanpa berkata apapun lagi, Sohyun berlari meninggalkan kami. Ia berlari tanpa menoleh sedikit pun padaku. Tanganku yang hendak meraih lengannya pun gagal.
Aku menatap kesal Irene. Apalagi saat ini ia sedang tersenyum puas.
Mengejekku eoh? Terserah!
Aku ikut meninggalakan Irene dan ahjumma demi mengejar Sohyun. Aku takut terjadi apa-apa padanya.
Belum sampai jauh mendekatinya, teleponku berbunyi.
"Yeoboseo?"
"Apa benar ini cucu dari Nyonya Gong Sekyung?"
"Iya. Itu Halmi saya. Ada apa ya?"
"Bisakah Anda datang ke rumah sakit? Nenek Anda dinyatakan tiada sepuluh menit yang lalu."
"Apa?!!"
Ponselku terjatuh seketika. Hatiku semakin gusar! Aku berlari secepat mungkin menuju rumah sakit!
Bagaimana kemalangan ini terjadi padaku disaat yang tidak tepat?
Aku bahkan belim sempat melihatnya seusai operasi..
Aku sangat panik..
Butiran bening tak hentinya lolos dari kedua bola mataku.
Kumohon jangan!! Kembalikan Halmiku, Tuhan??
Hai hai hai! Author is back!
Selamat Ramadhan ya.. bagi yg menjalankan.
Hehe.. hayo? Ada yg lagi nggak sholat tarawih kah??
Ck. Ketauan..😌 btw author juga karena sedang masanya.
Lupakan.
Bagaimana part ini?
Mau di Next (?)
Mulai besok update habis berbuka ya
Kekeke
.
Jangan lupa cari berkah di bulan yang suci ini.
Bye...😘
*sejenak mengenang momen dimana Taehyung pernah menangis di atas panggung karena menceritakan kematian neneknya. Dan itu terjadi disaat ia sedang sibuk-sibuknya di Filipina.
*Tae ngga sempet nengokin neneknya
*don't cry Tae.. I'm here with u😢😢😢😢
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top