Pertarungan Para Gadis


Semua terjadi begitu cepat. Katha sampai tidak tahu apakah harus bersorak menyelamati Astrid atau menundukkan kepala dan berdoa karena kondisi Einar tampak sangat parah.

Akhirnya, gadis itu memutuskan untuk tidak terlalu banyak berpikir dan membiarkan intuisi menuntunnya, apalagi beberapa cleric langsung membawa Einar pergi untuk mendapatkan pengobatan. Begitu wasit menyatakan Katha boleh bergerak, dia langsung memelesat ke samping Esmeralda.

"Hai, Katha sayang, sepertinya Einar-ku sudah tumbang, ya?" Dengan tetap memasang ekspresi polos tanpa dosanya, Esmeralda berusaha menyerang Katha yang kini berada dalam jangkauan pedangnya.

Sepertinya konsentrasi Esmeralda juga sedikit terpecah. Serangan gadis itu, meski diluncurkan dengan sepenuh tenaga, mudah diprediksi arahnya. Katha melompat tinggi dan membiarkan kedua pedang cantik Esme menebas angin.

Sementara Astrid menghampiri mereka sambil menyeret kapak besarnya, Esmeralda kembali mendapat kiriman botol obat penyembuh. Mungkin tumbangnya Einar membuat mentor tim Qasalon khawatir pertandingan akan selesai jauh lebih cepat dengan kekalahan di pihak mereka.

Dengan posisi yang lebih dekat dengan tribun, Katha dapat mendengar lebih jelas teriakan beringas penonton yang memintanya untuk segera menghabisi Esmeralda. Darah yang tertumpah dari tubuh Einar rupanya belum cukup memuaskan rasa haus para orang dewasa itu. Mungkin Einar ada benarnya, mereka tak ubahnya hewan yang sedang disabung sebagai hiburan.

Lama-lama, pertandingan itu terasa tidak ada artinya lagi bagi Katha. Dia ingin mengakhiri duel itu secepatnya, tetapi dia merasa tidak punya cukup motivasi untuk membabat Esme dengan pedangnya. Biar Astrid saja yang melakukannya nanti. Astrid lebih cocok mendapatkan pujian dan dielu-elukan dalam nyanyian puja-puji yang mengenang turnamen tahun ini.

Dengan sekenanya, Katha mengarahkan pedangnya ke lengan Esmeralda, sekadar untuk menahan putri kedua Kaisar Qasalon itu sampai Astrid tiba.

"Hm? Kenapa kamu diam saja? Yang harusnya sekarang takut kalah 'kan Esme?" Esmeralda menelengkan kepala, seakan sadar bahwa Katha menyerangnya hanya dengan setengah hati. "Apa Einar sudah mempengaruhi kalian berdua?"

Katha membiarkan Esmeralda terush mengoceh. Setidaknya, ocehan Esmeralda tidak terdengar semenyebalkan Einar.

"Einar-ku itu lucu. Suka sekali meracau. Tapi kalau dia bilang, kita tidak ada ubahnya disabung seperti hewan ya ... mungkin dia benar? Dia saja memanggil Esme, 'Putri Menara'."

Esme melepas pelan pegangan Katha padanya, lalu memutar tubuh Katha di tempat, sampai mereka bertukar posisi berdiri, lalu Esmeralda melompat melewati Katha.

"Fyuh! Ada gunanya Esme ikut kelas akrobat!"

Katha tidak dapat melihat ekspresi Esmeralda, tetapi dia yakin gadis itu pasti sedang menyeringai senang tanpa beban seperti biasanya.

"Kamu bisa mengejarnya kan, Maltha?" tanya Astrid yang akhirnya berhasil menyusul Katha.

Katha tak menyahut. Dia langsung berpindah ke sisi kiri tribun untuk mengepung Esme. Lalu, tanpa banyak omong, dia langsung mengayun pedang.

"Apa jadinya ya, ternyata, kalau kita di sini cuma sekedar pengalihan isu dari apa yang orang-orang suci ini elu-elukan, atau dari Tarikh yang orang-orang obsesif itu agung-agungkan?" Esmeralda mengajak berdiskusi sambil membalas serangan Katha. Pedang mereka saling beradu, tetapi tidak ada yang berhasil menyentuh tubuh lawan.

"Sampai kapan mau menghindar?" Astrid kembali berusaha mengejar Esmeralda. "Bukannya kamu suka mengangguku di luar arena, he?"

Katha sudah mulai lelah. Tapi, dia tidak punya pilihan lain jika ingin mengakhiri pertandingan. Dia kembali mengayun pedang ke arah Esme, setidaknya sampai Astrid mampu menyarangkan ujung kapaknya kepada 'Putri Menara' itu.

"Ah, maaf kalau kami dari Qasalon terlalu banyak bicara, Katha. Semoga kamu memaafkan Einar sayangku, ya." ucap Esmeralda sambil mengedip sebelum bertolak.

Gadis centil itu kemudian beralih memanas-manasin Astrid. Tampaknya bukan hanya Katha yang ingin pertarungan tidak imbang itu segera berakhir.

"Astrid sayang, ini yang kamu inginkan, bukan?" Esme mengayunkan pedangnya tepat di hadapan Astrid.

Serangan Esmeralda berhasil melukai kaki Astrid terluka. Namun, Astrid masih bisa berdiri dan segera membalas dengan mengayunkan kapaknya secara horizontal.

Slash!

Ayunan kapak Astrid menorehkan luka di tubuh ramping Esmeralda. Kedua gadis itul saling mencederai. Di sisi lain, Katha yang menyaksikan semua itu tidak merasakan emosin apa-apa. Raga Katha mungkin memang tengah berdiri di arena, tetapi selama sepersekian detik tadi, jiwanya seolah tersedot pulang ke lembah Abgennar. Sosok Maltha yang terbaring lemah di ranjang tiba-tiba saja mewujud di hadapannya.

"Sampai jumpa di alam keabadian, Katha," ucap Maltha seraya tersenyum lembut.

"Serang terus, Astrid!" Seseorang berteriak lantang dari bangku penonton.

Katha terkesiap. Untung saja semua orang sedang memusatkan perhatian kepada Astrid dan Esmeralda, jadi mereka tidak menyadari bahwa Katha nyaris terjerembab jatuh.

Perasaan gelisah memenuhi benak Katha. Dia hanya ingin pertandingan ini berakhir, lalu bersembunyi di kamarnya agar tidak perlu mendengar teriakan para penonton. Dirinya sudah kehilangan niat bertarung. Jadi, dia memutuskan untuk menggunakan gilirannya lari ke sisi Astrid dan menaburkan bubuk penyembuh ke luka menganga di kaki Astrid. Sayangnya, bubuk itu sepertinya tak bekerja. Luka Astrid tetap saja mengucurkan darah.

Pertarungan kembali dilanjutkan dengan aksi saling kejar. Sebenarnya, Katha bisa saja menyudutkan Esmeralda seperti yang tadi direncanakan. Akan tetapi, Katha tidak berminat lagi melakukan hal itu.

Hati Katha seperti mati rasa. Suara-suara di selilingnya terdengar seperti angin lalu.

Jarak Esmeralda kian jauh dari jangkauan Astrid. Katha tahu harusnya dia mengejar sang putri, tetapi dia enggan. Sejak tadi serangannya tidak ada yang berhasil menyentuh Esmeralda. Sampai kapan pun, dia hanyalah Katha yang terbiasa melarikan diri, tidak akan pernah menjadi Maltha.

"Dasar pengecut!" Entah apakah teriakan Astrid itu ditujukan kepada Esmeralda yang terus kabur atau Katha yang tidak melakukan apa-apa. Namun, teriakan itu berhasil menyadarkan Katha dari lamunan.

Ya, aku memang pengecut.

Katha tak ingin bertarung lagi, tapi setidaknya dia bisa mencoba mengobati Astrid sekali lagi. Sayangnya, mungkin karena Katha setengah hati melakukannya, usaha itu gagal. Sepertinya bubuk penyembuh yang Katha bawa dari Abgennar itu sudah kedaluarsa.

Untungnya, mentor mereka tidak tinggal diam. Kali ini, Batarich yang melemparkan botol berisi obat penyembuh kepada Astrid.

"KUKATAKAN SEKALI INI SAJA. JAGA. DIRI. KALIAN. BAIK-BAIK. DI MEDAN LAGA! FOKUS!"

Teriakan Batar yang menggema di udara berhasil menampar Katha. Apalagi, kini di hadapannya, adu senjata antara Astrid dan Esme berlangsung sengit. Esme berhasil melukai Astrid dan hal itu membuat Katha merasa bersalah.

"Dasar tidak berguna kau, Katha!" teriak Katha sambil mengitari Astrid.

Kalau ingin pertarungan itu lekas berakhir, mau tidak mau dia harus membuat dirinya sedikit lebih berguna. Dalam hitungan detik, Katha telah berada di belakang Esme, berusaha mengunci gadis Qasalon itu agar tetap berada dalam jangkauan kapak Astrid.

"Hehe, Esme masih sayang nyawa, jadi jangan kurung Esme seperti itu, sayang-sayangku." Esmeralda kembali mengambil jarak aman.

Tak ada pilihan lain. Tampaknya pertandingan ini belum akan berakhir kecuali mereka berhasil menumbangkan Esmeralda. Tanpa banyak pertimbangan, Katha berlari ke belakang Esme, dan kembali melancarkan serangan.

"Aduh, aduh," serangan itu mengenai Esmeralda. Sang putri dari Qasalon itu hampir berlutut karena menahan serangan. "Serius sekali, kalian~"

Astrid yang tak sanggup mengejar hanya bisa mendecakkan lidah.

Katha membiarkan intuisinya mengambil alih. Dia biarkan kakinya bergerak sendiri, begitu pun tangannya yang mengayun pedang ke arah kaki Esme. Sayang jarak mereka masih terlalu jauh. Pedang Katha gagal mengenai Esme.

"Kesini sayang, ke sini!" Esmeralda memprovokasi lawan-lawannya.

Ketiga gadis itu kembali saling kejar, saling serang, saling menghindar. Suara desing logam memenuhi telinga Katha. Kian lama, ayunan senjata mereka kian lemah, tanda bahwa ketiganya sudah mulai kehabisan tenaga.

Entah sudah berapa ronde terlewati, Katha berhenti berhitung sejak tadi. Dia membiarkan tangannya mengayun sendiri.

Mungkin karena melakukan semua itu dengan setengah hati, tak ada serangan Katha yang berhasil mengenai Esmeralda.

Sampai akhirnya, Astrid berhasil melabuhkan serangan telak yang tak bisa Esmeralda tangkis lagi.

=0=

Esmeralda berusaha tapi kekuatannya tetap tak sebanding dengan keperkasaan para pejuang Qokar. Tebasan kapak Astrid sekali lagi membawa kemenangan bagi Qokar dengan membuat pingsan lawannya.

Walau di awal pertandingan suasana cukup mencekam, sorak sorai tetap terdengar ketika Qokar keluar menjadi terkenal.

Namun, di tengah euforia, ekspresi para penonton tiba-tiba berubah. Dari teriakan senang menjadi lengkingan.

"ꁹꐟꆂꁍ-ꌚꆂ꓅ꑛꍟꉣ! ꁹꐟꆂꁍ-ꌚꆂ꓅ꑛꍟꉣ! ꁹꐟꆂꁍ-ꌚꆂ꓅ꑛꍟꉣ! ꁹꐟꆂꁍ-ꌚꆂ꓅ꑛꍟꉣ! "

Suara mereka menjadi sesuatu yang terdistorsi ketika mengucapkan kata. Kalian tidak dapat menangkap dengan jelas seakan telinga kalian terhalang sesuatu.

Ucapan itu menyebar hingga dengungan memenuhi stadium, bahkan kepada para penjaga yang ikut melafalkan bagai mantra.

Di tengah kekacauan, sesosok bayangan wanita bertudung muncul di tengah lapangan dengan tangan di depan dada seperti berdoa dan tiba-tiba seberkas cahaya muncul darinya. Ketika kalian dapat melihat lagi, sosok itu menghilang dan dengungan itu tak lagi dilantunkan.

Orang-orang sekitar kalian tampak linglung, hanya dengan seruan dari Paus yang membuat kalian kembali dibawa ke menara.

Namun, kalian berani bersumpah, ada sebuah nama yang diucapkan lirih oleh Paus yang masih tertangkap pelan oleh sihir pengeras suara.

"Sienna ...." 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top