Malam Sebelum Turnamen
"Hei, Maltha! Sedang apa kamu di sini?" seru Astrid yang tengah berjalan cepat ke arah mereka.
Father Josue terdiam sejenak sebelum menjawab. "Father Rolland biasanya berada di perpustakaan atau di ruang doa. Jika beruntung, Anda bisa menemukannya di hallway."
Katha menoleh kepada Astrid yang kini hanya berjarak beberapa langkah darinya. "Father Josue sedang menunjukkan jalan ke arah gerbang keluar kepadaku, Astrid."
Astrid tidak langsung merespon jawaban Maltha, kedua matanya sibuk menatap curiga ke arah Esme.
"Dia nyasar juga?" tanya Astrid dengan nada sinis.
"Oh, tidak. Nona Esme tidak nyasar," Katha menoleh kepada Esme. "Nona Esme, perkenalkan. Ini Astrid temanku dari Qokar."
Akhirnya gerbang keluar yang dicari-cari terlihat juga. Katha tersenyum penuh terima kasih kepada Father Josue yang sudah mengantarnya. "Terima kasih sudah mengantar saya, Tuan." Lagi-lagi dia meniru cara Batar membungkuk saat bertemu dengan Paus. Kali ini, dia meniru salam yang diucapkan Nun Fantine kepadanya tadi, walau tidak sempurna. "Semoga damai senantiasa menyertai Anda."
"Sama-sama. Semoga damai Edea menyertai Anda," jawab sang biarawan muda.
"Astrid, sayang. Jangan menatapku seperti itu, Esme nggak gigit," kekehan Esme tampaknya justru makin menyulut emosi Astrid. "Aku Esmeralda, dari Qasalon. Panggil saja Esme atau sayang~ oh omong-omong, kamu mau mawar putih?"
"Aku tidak tahu apa yang kamu taruh di mawar itu," tolak Astrid. Kepalanya kemudian berpaling kepada Katha. Ekspresi wajahnya menunjukkan rasa tidak suka saat melihat Katha yang menggenggam lavender pemberian Esme "Ini juga dari perempuan Qasalon itu? Lebih baik kamu tidak membawanya sampai menara."
Maltha mengerjap bingung. "Tapi, bunga ini sangat indah dan wangi," katanya dengan raut kecewa. Dia sudah berencana mengeringkan bunga itu untuk menambah koleksinya.
"Bisa saja dia menaruh sesuatu yang bisa mengetahui strategi kita, Maltha," ucap Astrid, waspada.
Tangan Astrid sontak mengambil setangkai bunga dari tangan Maltha dan mengembalikan bunga itu kepada Esme.
"Lebih baik simpan bungamu itu untuk dirimu sendiri." Astrid menatap Esme tajam. "Ayo, Maltha. Kita harus pergi ke festival."
Maltha memandangi bunga lavendernya yang kini telah direbut Astrid. "Tapi, bunga itu tadi dari Nun Fantine yang diberikan kepada Nona Esme. Lalu, Nona Esme memberikannya kepadaku," katanya pasrah. Dia tidak berani terang-terangan memprotes karena sangat menghormati Astrid.
"Nona-nona," panggil Father Josue menegur. "Mohon menjaga ketenangan di dalam kediaman Edea."
Tak ingin membuat keributan, Katha akhirnya menurut saja pada Astrid. Semoga bibit bunga berwarna ungu tersebut termasuk dalam buntalan bibit yang dihadiahkan Nun Fantine kepadanya. Setelah melayangkan tatapan permohonan maaf kepada Esme, Katha memimpin jalan menuju gerbang keluar.
Selama perjalanan menuju festival, Katha sengaja mendiamkan Astrid. Dia masih kesal karena Astrid merebut bunganya begitu saja dan mengembalikannya ke Esme tanpa bertanya pendapatnya.
"Kamu tahu kan di sini mereka semua adalah lawan?" tanya Astrid, membuka percakapan.
"Tahu. Tapi, kita kan hanya lawan di arena. Apa harus kita bermusuhan juga di luar arena?" timpal Maltha bersungut-sungut.
"Kita tidak bisa percaya pada siapapun. Semuanya pasti memiliki tujuan masing-masing untuk menjadi peserta Turnamen." Astrid berusaha menyamakan langkah dengan Katha. "Mau dengan cara kotor atau bersih. Kamu lupa tekadmu ikut duel Talon, hah? 10 kerbau yang kamu bawa pulang itu sudah tidak penting sekarang?"
"Kalau begitu aku juga tidak bisa mempercayaimu? Begitu maksudmu?" Kejengkelan Katha makin menjadi karena Astrid memperlakukannya seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa. "Tentu saja aku tidak lupa dengan tujuanku ikut turnamen, tapi bukan berarti aku tidak boleh punya teman baru, kan? Jangan samakan aku dengan dirimu!"
Kedua tangan Astrid mengepal. Gadis berambut pirang pucat itu terlihat marah. Katha sadar ucapannya barusan keterlaluan, tapi salah Astrid sendiri yang seenaknya mencurigai orang.
"Semoga sukses dengan lombamu," ucap Astrid ketus sebelum menggeloyor pergi meninggalkan Katha.
Maltha bengong sejenak memperhatikan punggung Astrid yang kian jauh. Ingin menyusul, tapi dia masih kesal. Jadi, dia memutuskan langsung pergi ke kios alat bercocok tanam untuk membeli barang yang diincarnya. Masalah lomba, dia pikirkan nanti saja. Toh, dari awal dia hanya ikut-ikutan Astrid. Kalau jadi ikut, mungkin dia akan ikut lomba lari halang rintang saja, sesuai dengan keahliannya, dan tidak perlu berhadapan dengan Astrid untuk sementara waktu.
=0=
Alat membabat ilalang yang ternyata disebut sabit itu akhirnya terbeli juga oleh Katha. Terima kasih kepada Paman Talon yang sudah memberinya uang jajan. Katha juga membeli beberapa bubuk sihir yang katanya bisa menyuburkan tanaman, sedangkan untuk dirinya sendiri yang membeli pelindung tangan terbuat dari kulit. Lebih murah dari pelindung tangan yang semula diincarnya karena dia tidak ingin menghabiskan uang sakunya dalam satu hari.
Karena terlalu asyik berkeliling di festival, Katha terlambat mendaftar lomba lari halang rintang. Akhirnya, dia menonton saja di pinggir. Pemenangnya adalah seorang lelaki jangkung dengan telinga penuh tindikan. Dari pakaiannya, tampaknya dia juga orang Qokar, tetapi entah dari suku mana dia berasal.
Katha sempat mendengar sorak-sorai yang cukup heboh dari arena adu kuat. Sebenarnya dia penasaran ingin menonton, tetapi ketika teringat pada pertengkarannya tadi dengan Astrid, Katha pun mengurunkan niatnya tersebut. Dia masih tidak tahu bagaimana menghadapi Astrid tanpa menyulut pertengkaran baru.
Akhirnya, Katha memutuskan untuk kembali ke menara selepas matahari terbenam. Area di sekitar katedral makin ramai dan penuh sesak dengan orang dari berbagai macam suku dan negara. Katha perlu menyelinap ke sana dan kemari agar tidak terbawa arus. Tampaknya orang-orang tersebut sedang menanti-nantikan tarian sakral yang akan dibawakan oleh penari-penari terpilih. Katha tak terlalu mengerti detailnya, tetapi dari yang dia curi dengar, tarian tersebut menggambarkan kesucian Sang Edea.
Katha sendiri tidak terlalu tertarik menonton. Lautan manusia yang terus memadati pelataran katedral benar-benar membuatnya pusing. Karena itulah, dia bergegas kembali ke kamar untuk menyimpan belanjaannya, lantas mengambil beberapa benih yang dia bawa dari kampung halamannya.
Dengan langkah riang, Katha menuju taman. Dia tak sabar untuk membalas budi kepada Nun Fantine yang telah menghadiahinya bibit-bibit tanaman. Sayang sekali, ketika dia sampai di tempat yang dituju, gerbang menuju taman telah tertutup rapat.
"Taman Katedral tertutup bagi publik pada malam hari. Kembalilah besok," nasihat seorang biarawati tua yang berpapasan dengan Katha.
Katha menelan kekecewaannya dan kembali ke kamarnya dengan langkah gontai. Ekspresi muramnya begitu kontras dengan kemeriahan festival. Sungguh aneh. Di tengah keramaian itu, Katha justru merasa kesepian.
Andai ada Maltha di sini.
Katha merindukan saudarinya. Maltha selalu tahu apa yang harus dilakukan. Maltha pasti bisa berbaur dengan mudah, tidak seperti dirinya yang canggung dan peragu.
Sesampainya di kamar, Katha langsung melempar tubuhnya ke atas ranjang. Sedikit aneh, karena dia tidak terbiasa berbaring di atas kasur seempuk itu.
Harusnya Maltha yang ada di sini, batin Katha sambil menatap langit-langit.
Di luar sana, keriuhan festival terus membumbung memenuhi udara. Dari jendela kamarnya, Katha dapat melihat orang-orang di bawah sana menari dan menyanyi dengan gembira. Malam itu, Edealunis tampaknya tidak tidur. Ketika Katha terbangun tengah malam, suara festival masih terdengar riuh dari jalanan. Karena tak bisa tidur lagi, Katha bangun dan berjalan menuju jendela. Disibaknya tirai sutra untuk mengintip keluar.
Tanpa disangka-sangka, Katha justru melihat sesuatu yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
=-=
Sekilas Info:
Akhirnya kelar juga ngerekap hasil RP di hari pertama (in game, kalau real time mah 3 hari)
Jangan lupa untuk mampir di versi POV pemain lain, ya.
Ada versi Astrid di tempat chocoryx
Versi Esme yang ditulis oleh frixasga
Versi Om Talon yang direkap oleh zzztare
Ada juga versi tokoh-tokoh lain yang kalian bisa lihat di libraryku yang berjudul Daslaenad Chronicle ya
Doakan gacha Katha wangi terus. Bye.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top