9
Berlangganan dengan typo. Jadi abaikan aja ya. Aku malas edit tar aja di word.
✨Happy Reading✨
Stella menyapa Anthony dengan senyum manis terukir dibibirnya. Anthony menangguk ia tampak puas dengan sikap sopan yang ditunjukan Stella terhadapnya. Ia sempat mengira jika Stella ikut membencinya karena Eason. Namun ternyata tidak, Anthony pun sempat meminta maaf karena cucunya membuat Stella sempat koma di rumah sakit.
Stella mengatakan pada Anthony untuk tak membahas masa lalu. Yang lalu biarlah berlalu dan tak perlu di ingat lagi. Dan semua itu bukan salah Anthony jadi Anthony tak perlu meminta maaf membuat beban berat yang selama ini menghimpit dada Anthony terasa terangkat.
Morgan pun telah kembali ke sikapnya semula, ia tak bisa terlalu lama marah pada teman baiknya itu. Percakapan ketiganya terganggu saat pelayan datang menbawakan minuman. Anthony mengajak bersulang sebagai tanda bahwa hubungan mereka baik-baik saja yang membuat Morgan mau tak mau mengambil sebuah minuman begitu juga dengan Stella yang memang lebih dulu mengambil minumannya.
Mereka bersulang namun hanya Anthony yang minum, Anthony yang tau kebiasaan Morgan sahabatnya tak mempermasalahkan Morgan yang tak ikut meminum minumannya dan tampaknya Morgan mengajari kebiasaan anehnya itu pada Stella. Anthony hanya mampu menggelengkan kepalanya, menurutnya Morgan terlalu berlebihan. Semua minuman dan makanan di pesta orang-orang yang di katogorikan masuk 100 orang berpengaruh di dunia tidak akan sembarangan, semua sudah di jamin baik keamanan dan kualitasnya. Namun meski begitu Anthony memaklumi ketakutan Morgan.
Di sudut tempat lain pesta Carol di hampiri seorang pria tampan yang mengajak gadis itu berkenalan. Pria itu bernama Larry, terlihat Carol dan Larry tampak akrab. Kemudian seorang pelayan menawarkan minuman pada keduanya.
"Untukmu."
"Terima kasih." Carol menerima gelas yang di sodorkan Larry.
Usia Carol dan Larry hanya terpaut 2 atau 3 tahun saja. Dan ternyata Larry merupakan senior di kampus tempat Carol kuliah yang baru saja lulus tahun lalu. Mengetahui itu Carol semakin antusias. Mereka pun saling bertukar nomor ponsel sebelum Larry pamit untuk kembali pada teman-temannya yang menunggunya tak jauh dari sana.
"Siapa?" tanya salah satu teman Larry begitu Larry duduk kembali di kursinya.
"Mainan baru heh??" teman Larry yang lain menaik turunkan alisnya membuat meja berisi 5 orang pria itu tertawa bersama.
"Tampaknya dia masih perawan." Ucapan itu di angguki oleh mereka semua yang kini memperhatikan Carol.
Carol yang telah ke sisi ibunya merasa sangat senang di perhatikan oleh beberapa pria tampan sekaligus. Ia menatap Stella yang ternyata juga menatapnya, Carol tersenyum angkuh. Bukan hanya Stella saja yang bisa menjadi pusat perhatian para pria tapi ia juga.
Adam di sapa beberapa rekannya. Dan mereka selalu menanyakan pertanyaan yang sama, siapa gadis yang bersama Morgan saat ini? Semua orang mengetahui Adam merupakan menantu Morgan meski telah menikah kembali. Mereka penasaran dengan gadis cantik yang berada di sisi Morgan, sebenarnya mereka telah menebak jika gadis itu adalah cucu yang merupakan satu-satunya pewaris Mcville Grup, putri Adam dengan Tania Mcville. Namun tak ada yang berani bertanya pada Morgan, Morgan sendiri hanya memperkenalkan gadis itu pada si pemilik pesta dan mereka pun masih tak berani bertanya pada pemilik bisnis terbesar dari jepang itu. Jadi mereka bertanya pada Adam.
Adam melirik Stella yang terlihat begitu tenang dan elegan yang duduk bersama Morgan dan Anthony. Stella tak pernah ke pesta sebelumnya, jadi wajar saja jika orang lain tak mengetahui identitasnya. Melihat beberapa pria terus memperhatikan putrinya membuat hati Adam senang. Akhirnya gadis itu sedikit berguna setelah ia hadirkan di dunia ini. Adam berdehem kemudian tersenyum tipis, ia mengatakan dengan wajah bangga bahwa Stella adalah putrinya.
Anne yang berdiri di samping Adam hanya tersenyum kaku, namun berusaha tetap tenang karena tak ingin merusak citranya. Olivia pun yang berdiri di belakang ayah dan ibunya hanya bisa mengepalkan tangannya, ia juga putri Adam. Namun karena ia di lahirkan sebelum ibunya menjadi istri sah ia tak bisa di akui. Itu adalah kenyataan pahit yang tak bisa Olivia rubah sampai kapan pun.
Olivia semakin membenci Stella. Semua karena Stella dan ibunya yang membuatnya harus menyandang status anak haram padahal kedua orang tuanya saling mencintai. Rasa pahit dan kebencian membuat Olivia mengepalkan tangannya kuat, ia bahkan tak merasakan sakit saat kuku terawatnya menggali telapak tangannya. Sebentar lagi, sebentar lagi ia akan membalas Stella untuk status yang seharusnya menjadi miliknya.
Adam merasa kualahan dengan permintaan memperkenalkan Stella pada rekan bisnisnya. Orang-orang itu terus mendesak Adam untuk memperkenalkan Stella pada mereka dan putra mereka. Ya, mereka pun memiliki maksud lain. Mereka berharap putra yang telah mereka didik dan selalu mereka banggakan dapat menarik perhatian Stella, sang pewaris perusahaan multi raksasa Mcville Grup. Tak ada yang tulus memang, Adam dan teman-temannya sama saja. Orang munafik memang akan bergaul dengan kumpulannya.
Stella bangkit karena Adam akhirnya memanggilnya. Sebenarnya ia merasa enggan namun karena tak ingin membuat citra buruk bagi si pemilik tubuh Stella pun kini berdiri di samping Adam yang terus mengatakan dengan bangga bahwa Stella si pemilik tubuh adalah putrinya.
Tiba-tiba Dada Stella bergetar oleh perasaan asing, antara senang dan sedih. Ya, itu adalah perasaan si pemilik tubuh yang masih tertinggal. Dan Stella memahaminya. Untuk seseorang yang tak pernah di akui secara gamblang merupakan hal wajar. Stella si pemilik tubuh memang pendiam namun bukan berarti ia tak ingin merasakan yang namanya di banggakan. Mungkin sikap dan perlakuan dingin Adam lah yang membangun sifat pendiam dan penyendiri Stella. Stella menarik nafas dalam berusaha mengeyahkan perasaan sedih yang semakin menjalar di dadanya.
Eason yang baru saja kembali ke tempat pesta kembali tersenyum sinis melihat Stella yang semakin banyak saja di kerubungi pria muda. Ia bahkan tertawa mengingat ucapan Stella yang memgatakan di mata wanita itu hanya ada dirinya sesaat sebelum pertunangan rahasia mereka. Eason memang tak ingin orang lain mengetahui pertunangan mereka saat itu, karena ia sudah menebak dari akhir hubungan itu. Ia tak ingin menjadi lelucon orang-orang karena seorang Stella.
Carol yang tak tahan melihat Stella yang menjadi pusat perhatian lagi menghentakan kakinya. Ia ingin memaki dan mengatakan pada semua orang jika Stella hanya wanita aneh yang menggilai Eason. Namun cekalan Anne menghentikannya dan semakin membuatnya kesal. Carol meletakan gelas minumannya dan pergi tanpa menghiraukan panggilan ibunya. Anne yang melihat hal itu segera meminta maaf pada teman-teman sosialitanya mengatakan jika Carol masih anak-anak. Anne pun mulai memperkenalkan Olivia dan memujinya dengan bangga berharap mereka segera melupakan sikap kasar Carol.
Namun sebanyak apa pun Anne mengatakan kelebihan dan keunggulan Olivia tak dapat menghapus minat mereka untuk menjadikan Stella sebagai calon yang baik untuk putra mereka. Mereka hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Anne dan tak berkomentar membuat wajah lembut Anne dan Olivia berubah buruk.
Olivia yang tak tahan pun segara pamit beranjak. Lagi-lagi ia tersingkir oleh seorang Stella. Jika saja ia yang merupakan anak sah, dan jika saja ia yang merupakan pewaris Mcville Grup ia takkan menanggung semua penghinaan ini.
Olivia menghentikan pelayan dan segera menyambar gelas berisi minuman, setelah itu ia pergi dengan amarah yang siap meledak kapan saja.
Olivia terus berjalan tak tentu arah, sampai ia tak mengetahui dimana ia saat ini. Olivia juga merasa kepalanya sedikit pusing, ia mencoba berjalan berlawanan arah dengan ia berjalan tadi, dengan begitu ia akan sampai di tempat pesta.
Namun sekarang ia di hadapkan dengan dua belokan dan Olivia tak tau ia datang dari arah mana. Olivia pun memilih secara acak sampai ia sampai di depan toilet. Kepalanya berdenyut semakin sakit, Olivia masuk dan berniat mencuci mukanya namun tiba-tiba sebuah saputangan tangan membekapnya dan penglihatan Olivia pun mengabur.
Senyum manis terukir di bibir Stella saat melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Ia pun pamit pada semua orang dan keluar untuk mencari udara seger. Angin dingin membelai tubuh Stella, Stella memejamkan mata. Perasaan senang yang begitu besar terus meronta dalam dadanya. Ya, itu adalah perasan si pemilik tubuh.
Sebelumnya Stella meminta Teddy untuk menyadap ponsel Olivia, Carol, Anne, Justine, Aneth, asisten wanita itu dan orang-orang yang ikut andil dalam penderitaannya untuk mengetahui apa saja yang mereka lakukan dan memudahkannya menyusun rencana balas dendam.
Siapa sangka dalam perjalanan tadi ternyata Olivia menyusun rencana untuk memberinya kejutan. Karena Stella merasa tak membutuhkannya ia pun mengembalikannya pada Olivia. Sekarang Olivia pasti tengah di gerayangi beberapa pria yang awalnya di siapkan untuknya.
Perasan puas itu seakan ingin meledak dari dada Stella. Bukan hanya dari si pemilik tubuh namun dirinya pun mendapatkan kepuasan. Satu persatu orang-orang yang terlibat membuat ia dan si pemilik tubuh menderita mulai menerima balasannya.
Pertama adalah Viktor, salah satu dari polisi yang menangkapnya dulu dan menjebloskannya ke penjara tanpa bukti yang kuat. Ia menghubungi istri Viktor dan berpura-pura salah sambung mengatakan jika ia kekasih Viktor yang mencari keberadaan pria itu.
Stephany, yang sebelumnya pernah di khianati Viktor pun mulai waspada. Wanita gila itu membuntuti kemana pun suaminya pergi sampai ia menemukan jika Viktor kembali mengkhiantinya.
Stephany yang gelap mata memutuskan membakar suami dan selingkuhannya. Menghilangkan bukti bahwa Stella lah yang meminta Maurin__selingkuhan Viktor untuk datang ke tempat kontruksi pembangunan hotel Justine dengan imbalan uang. Ponsel itu ikut terbakar bersama pemiliknya menghilangkan semua bukti yang mengarah pada Stella.
Dan untuk Olivia, ia sengaja menghentikan pelayan yang akan berjalan ke arah Olivia sehingga dengan sifat Olivia semua bisa di prediksi. Wanita itu meminum minuman yang sebelumnya di siapkan untuknya.
Dan soal tersesatnya Olivia itu bagian dari efek obat yang di campurkan ke dalam minuman, dan tampaknya Tuhan pun membantunya. Olivia berjalan menuju toilet, dimana sebelumnya Olivia telah membayar seseorang untuk membius wanita bergaun biru yang memasuki toilet pada waktu tertentu. Olivia memang telah memperkirakan waktu bereaksinya obat tersebut, bodohnya wanita itu tak menyadari jika bajunya pun berwarna biru. Membuat Stella terkekeh mengingat kebodohan Olivia.
"Kau tampaknya sangat senang menjadi pusat perhatian."
Suara berat bernada sarkasme itu membuat Stella memiringkan kepalanya melihat si pemilik suara yang bersandar di pilar beberapa meter berjarak darinya.
Eason, entah apa yang dilakukan pria itu di sana. Kini dada Stella kembali merasakan perasaan antara sesak dan penuh kerinduan. Stella menarik nafas dalam untuk menormalkan suasana hatinya yang tak menentu karena campur perasaan si pemilik tubuh. Stella memutuskan untuk pergi namun perkataan Eason menghentikannya.
"Kau memang murahan!"
"Aku tidak murahan!" Stella berbalik marah. Apa-apaan dengan pria ini. Ia telah memutuskan hubungan konyol si pemilik tubuh dengannya bukankah ia senang? Namun bukan berarti Eason bisa menghinanya. Entah apa yang salah dengan otak pria di depannya. Stella akan kembali pergi namun Eason tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya dan menyudutkannya di tembok.
"Lepaskan aku!"
Stella berontak namun percuma. Eason mengukungnya tak memberinya celah untuk kabur.
"Bukankah kau mencintaiku?"
Stella merasa lucu dengan pertanyaan Eason. Ia tersenyum mengejek membuat Eason menatap tajam padanya namun sama sekali tak membuatnya gentar.
"Menyesal heh?"
Eason benci dengan tatapan mengejek Stella. Ia masih menolak percaya jika wanita yang selama bertahun-tahun ini menggilainya telah benar-benar melupakannya. Persetan dengan apapun juga, yang ingin di lakukan Eason sekarang hanya membuktikan jika Stella hanya berpura-pura dan masih menggilainya seperti dulu.
Eason mendekatkan wajahnya pada Stella ia berbisik di depan bibir Stella. "Apa kau yakin tidak mencintaiku lagi?" Eason bersuara berbahaya.
Tbc..
**
Hah, kalian tau gak kalo emaknya Stella sama Eason ikut baper membuat adegan mereka.
Ayo tebak apa yang akan terjadi kedepannya?
Yang tebakannya bener berarti tau jalan pikiran emaknya mereka. Wkwk
22 September 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top