14
17++
Anak-anak sebaiknya menyingkir. Bukan bacaan anak di bawah umur.
Happy Reading
"Di mana dia?"
Rigel melirik Eason yang duduk di sampingnya kemudian kembali fokus pada jalanan di depannya. Senyum tipis terukir di bibirnya, Rigel sungguh merasa geli dengan tingkah Eason yang menurutnya benar-benar plin-plan.
Sebelumnya Eason mengatakan dengan tegas bahwa wanita seperti Stella tak layak untuk mendapat perhatiannya, Eason bahkan mendorong paksa wanita yang sempat menjadi tunangannya itu dengan menghalalkan segala agar menjauh darinya, hingga akhirnya Stella benar-benar pergi dan menyerah.
Dan lihatlah sekarang. Eason seperti orang setengah hilang ingatan yang terus menerus mencari tahu semua kegiatan dan keberadaan Stella.
Rigel merasa sangat lucu. Yah mungkin Eason tengah menuai karmanya karena terlalu sesumbar dengan perkataannya dulu terhadap Stella.
Melihat senyum di bibir Rigel, Eason pun merasa kesal dan memukul bagian belakang kepala Rigel yang sontak membuat mobil yang mereka tumpangi oleng namun segera Rigel kendalikan dan kembali le jalur semula. Rigel pun melirik Eason tak kalah kesal. Dan Eason memberikan tatapan tajam andalannya. Akhirnya mereka malah perang tatap-tatapan. Eason yang semakin tak sabar menggeram kesal membuat senyum kemenangan terukir di bibir Rigel.
"Katakan dengan cepat jika kau tak ingin kita berakhir di rumah sakit!" ucap Eason sebelum menyalakan lintingan di tangannya.
Asap mengepul dari bibir tipis Eason. Pria itu melonggarkan dasinya dan membuka dua kancing kemeja atasnya memperlihatkan sebagian tato yang menghiasi tubuhnya.
Rigel sebenarnya masih kesal namun ia masih menyayangi nyawanya. "Dia dan keluarganya tengah makan malam dengan keluarga Himamura." Rigel menjelaskan singkat sambil kembali melirik Eason sekilas lewat ekor matanya.
Rahang Eason menegang, pria itu tak mengatakan sepatah kata pun. Rigel menghela nafas melihatnya, ia benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya ini. Jika memang menyesal sebaiknya akui saja dari pada terlambat, karena dari yang ia lihat tampaknya Stella yang sekarang bukan Stella yang dulu. Gadis itu tampaknya bukan hanya membual atau menggertak, ia sepertinya benar-benar telah menyerah dan mulai membuang cintanya pada Eason.
"Adam Scott tampaknya sangat bersemangat memperkenalkan Stella sebagai putrinya pada semua orang. Ia bahkan mengundang beberapa keluarga berpengaruh dan berhasil menjalin kerja sama dengan mereka semua entah bagaimana caranya. Yah, sepertinya pengaruh pewaris Mcville Grup sangat besar dan Mr. Himamura pun tak terkecuali." Rigel menggosok dagunya dengan sebelah tangannya. Alisnya saling bertaut tampak sekali ia tengah berpikir keras.
"Seperti yang kau tau jika putra tunggal Himamura tampaknya tertarik pada Stella. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya karena seperti yang kita ketahui juga Tuan Mcville__Morgan juga cukup akrab dengan pengusaha dari jepang itu. Mungkin... " Rigel menggantungkan ucapannya dengan sengaja. Namun ia yakin Eason mengerti maksud ucapannya.
Tanpa Eason sadari lintingan tembakau di tangannya tak berbentuk lagi. Rigel yang melihat itu hanya menggeleng dan kembali fokus pada jalanan di depannya.
**
Aneth menggosok rambutnya yang basah dengan handuk di tangannya. Ia baru saja selesai mandi. Saat keluar dari kamar mandi ia melihat Justine tengah berdiri menghadap jendela. Dengan langkah ringan ia sampai di belakang kekasihnya dan memeluknya erat.
"Aku merindukanmu." Gumam Aneth menghirup aroma musk dari tubuh Justine.
Sudah lama sekali mereka tak memiliki momen bersama seperti ini. Kesibukannya yang di tuntut untuk segera menyelesaikan album membuat hubungan mereka semakin merenggang saja. Aneth ingin memperbaiki itu semua, apalagi ia sangat merindukan Justine. Rasanya sudah lama sekali mereka tak melakukan itu.
Merasakan jari lentik Aneth yang bermain di dada bidangnya yang tak tertutupi apa pun Justine memejamkan mata. Bayangan wajah cantik gadis yang terus menari-nari dalam kepalanya muncul. Gadis itu tersenyum tipis lengkap dengan tatapan dalam yang memberikan kesan misterius pada siapa saja yang menatapnya.
Jari lentik Aneth memainkan dan mencubit puting dada Justine membuat alis pria itu berkerut namun sangat menikmatinya. Tangan Aneth terus bermain dan semakin ke bawah. Saat ini tangan itu telah meremas tonjolan di balik celana kain yang entah sejak kapan telah mengeras.
Aneth tersenyum merasakan hal itu. Ternyata bukan ia saja yang merindukan momen ini namun Justine pun sama. Masih dengan mata terpejam Justine menikmati sentuhan Aneth.
Justine yang tak tahan dengan godaan Aneth pun meraih tangan wanita itu dan membawa Aneth ke hadapannya. Menekan tubuh Aneth membuat wanita itu berjongkok di hadapannya, Aneth yang mengerti menyeringai dan mulai menjalankan tugasnya.
Aneth membuka gesper dan resleting celana Justine kemudian menurunkannya. Tangannya membelai junior Justine yang masih terbalut celana dalam, rasa lembab Aneth rasakan membuatnya terkekeh.
Justine yang semakin tak sabar membuka celana dalamnya yang memperlihatkan ereksinya yang telah berdiri tegak. Justine marih kelapa Aneth dan Aneth pun memasukkan milik Justine ke mulutnya dan mulai mengoralnya.
"Ssstt Ahh." Justine mendesah dengan permainan Aneth.
Mata Justine kembali terpejam. Dan bayangan Stella kembali muncul. Wanita pemilik nama yang sama dengan mendiang mantan istrinya itu entah kenapa terus menari-nari seakan menggodanya. Pemilik tatapan dalam dan bibir merah menggoda itu terus terbayang. Justine menelan saliva saat membayangkan ia dapat merasai bibir itu.
Aneth terus memaju mundurkan kepalanya dengan tenpo yang semakin cepat. Tiba-tiba tangan Justine meriah kepalanya dan mencengkram rambutnya. Justine menggerakkan pinggulnya cepat membuat Aneth kualahan, Aneth nyaris tersedak karena milik Justine yang keluar masuk terlalu dalam ke dalam kerongkongannya.
Justine meracau tak memperdulikan Aneth yang wajahnya semakin memerah. Yang ia pedulikan hanyalah rasa nikmat yang semakin memuncak. Tubuh Justine bergetar dan gelombang itu pun datang, Justine menekan miliknya dalam-dalam, dan akhirnya meledak. "Stellaaaa." Justine menggumamkan nama wanita yang ia bayangkan membuat Aneth yang ada di bawahnya seketika kaku.
Justine mengeluarkan miliknya dari mulut Aneth dan meraih tisu mulai membersihkannya. Sedang Aneth berdiri di belakang Justine menatap pria itu masih dengan wajah sekaku es. Tangan Aneth mengepal dan nafasnya memburu. Ia menarik tangan Justine membuat pria itu berbalik dan menatapnya.
Justine hanya diam membisu melihat wajah memerah Aneth. Ia memang tak sengaja mengatakan nama Stella karena memang Stella lah yang ia bayangkan. Justine akan pergi namun Aneth menahannya.
"Stella?"
"Stella nama yang kau maksud?"
Mata Aneth memerah. Ia merasa terkhianati oleh Justine. Bisa-bisanya Justine membayangkan wanita lain selain dirinya. Entah Stella mana yang Justine maksud. Stella mantan istri kekasihnya yang merupakan sahabatnya atau Stella si pewaris Mcville Grup yang berhasil menarik perhatian Justine saat di pesta malam itu.
Lagi-lagi wanita bernama Stella menghalangi kebahagiaannya. Aneth sangat membenci nama itu. Aneth bertekad akan menghancurkan seribu Stella dan wanita-wanita di luaran sana yang mencoba merebut miliknya.
"Stella mana? Jawab aku Justine!" Aneth mengguncang tubuh Justine.
Tatapan Justine terlihat rumit. Ia tau watak Aneth dengan baik. Justine tak ingin Aneth melakukan sesuatu pada wanita yang di sukainya. Ia meraih Aneth ke dalam pelukannya. "Maafkan aku. Tadi aku tengah membayangkan Stella. Aku masih merasa bersalah karena kita terpaksa menyingkirkannya karena tak memiliki pilihan lain saat itu."
Aneth menangis dalam pelukan Justine. Ia benar-benar merasakan sakit untuk ke sekian kalinya. Mengapa setelah kematiannya pun Stella masih menghalangi kebahagiaannya. Saat Stella masih hidup Aneth harus menahan dirinya dan berusaha tersenyum saat Stella bertindak manja pada Justine di hadapannya. Aneth merasa sangat terkhianati oleh Justine yang bisa-bisanya memikirkan Stella saat bercinta dengannya.
Aneth tak rela jika Justine memikirkan wanita lain selain dirinya. Ia tampaknya kehilangan ingatannya jika ia sendiri sering tidur dengan beberapa pria untuk memuluskan karirnya. Aneth adalah contoh nyata dari wanita egois yang hanya memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri dengan menghalalkan segala cara tanpa repot memikirkan perasaan orang lain. Ia tak ingin Justine mengkhianatinya tanpa berkaca terlebih dahulu.
Tbc..
**
10 Oktober 2020
Cerita ini sudah di unpub dan sudah tersedia dalam bentuk e-book di google play, bisa di cari dengan kata kunci Ratna Adjah atau Rebirth for Revenge. Tersedia juga dalam bentuk pdf bisa di beli dengan harga 60k sudah termasuk Extra. Minat chat me 083821253952.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top