13
Untuk yang sudah ikut po makasih ya. Di harap sabar karena nunggu antrian cetak 🙏. Oh iya buat yang mau jg boleh ya. Ada sisa 1 atau 2 buku lagi. Harga masih sama cuma gak dapat give. Hal 300 atau lebih ya.
Oh, ya. Pdf dan ebook belum ada ya. Nanti kalo ready aku umumin kok.
Happy Reading
**
Saat memasuki rumah seorang pelayan menyambut Stella di pintu masuk. Sikap Stella yang ramah meski pada seorang pelayan sekali pun membuat para pelayan disana menghormati dan menyegani Stella dari lubuk hati mereka.
Stella memperlakukan mereka semua dengan baik tidak seperti kedua nona yang lain yang menjaga batasan antara majikan dan pelayan-pelayannya. Tak jarang Stella mendengar keluh kesah mereka bahkan Stella juga membantu kesulitan mereka. Dan semua pekerja sepakat untuk membalas kebaikan Stella, memperlakukan Stella dengan baik tak peduli pada larangan kepala pelayan.
Suara percakapan yang terdengar riang terdengar dari arah ruang makan. Stella memiringkan kepalanya menatap pelayan yang usianya sedikit lebih tua darinya. Si pelayan yang mengerti segera menjelaskan.
"Tamu penting tuan datang. Tuan juga memerintahkan, jika nona sudah datang nona di minta ke ruang makan."
"Mm, baiklah." Langkah Stella pun berbelok ke arah ruang makan.
Tawa semua orang terhenti saat Stella memasuki pandangan mereka. Sepasang suami-istri dan seorang pria muda berdiri tersenyum hangat pada Stella. Stella menyalami tamu-tamu penting Adam tak lupa dengan senyum manisnya.
"Kamu baru pulang bekerja?" Wanita yang Stella baru ketahui bernama Ny. Smith bertanya dengan wajah yang nampak tak percaya.
Stella hanya tersenyum membalasnya. Kemudian pamit pada semua orang beralasan ia lelah jadi tak bisa ikut makan malam pada malam itu. Mereka semua tampaknya kecewa namun Stella tak terlalu memikirnya.
Hari-hari terus berlalu dan setiap harinya kediaman besar Adam selalu kedatangan tamu yang berbeda.
Malam ini pun tak terkecuali, namun Stella kaget melihat tamu kali ini yang datang adalah Mr. dan Mrs. Himamura dan putra mereka Kenzi Himamura. Tuan Himamura adalah orang yang menyelenggarakan pesta yang Stella dan Morgan datangi malam itu.
Stella tak mungkin menolak bergabung seperti yang biasa selalu ia lakukan. Tuan Himamura bukan seseorang yang bisa ia singgung. Stella takut jika ia menyinggung pengusaha yang cukup berpengaruh di dunia bisnis itu akan berimbas pada kerja sama yang telah terjalin antara perusahaan Morgan dan Himamura.
Olivia yang biasanya absen dan selalu beralasan sibuk pun hadir. Sudah lama Stella tak bertemu dengan kakak si pemilik tubuh ini. Wajah Olivia tampak sedikit pucat, tubuh wanita itu pun sedikit mengurus. Tampaknya kesibukan membuat wanita yang dulunya selalu terlihat bangga itu terlihat sedikit berbeda. Dan kekuasaan mengharuskan Olivia untuk sedikit menurunkan arogansinya di hadapan seseorang seperti Himamura.
Olivia yang menyadari tatapan Stella juga balas menatap Stella. Keduanya duduk saling berhadapan. Olivia mengerutkan bibirnya membentuk senyum sinis saat melihat Kenzi yang berusaha mengajak Stella berbicara di sela suapannya. Dulu Stella berkoar-koar ia hanya menggilai Eason seorang. Namun lihat sekarang. Tatapan Olivia tak lepas dari Kenzi yang tampak sekali sangat menyukai Stella. Dan Stella tampak asyik menanggapi Kenzi seolah kehilangan ingatan dengan ucapannya dulu.
Makan malam usai, kini semua orang pindah ke ruangan yang lebih santai untuk melanjutkan obrolan.
Stella di minta untuk membawa Kenzi berkeliling atas perintah Adam. Dan kini Stella berjalan bersama Kenzi di pinggir kolam renang sambil menikmati pemandangan taman mawar yang terlihat indah di sinari bulan.
Tanpa mengatakannya pun Stella tau jika Kenzi menyukainya dari cara pria itu memandangnya. Pandangan seperti yang ia berikan dulu pada Justine dan si pemilik tubuh pada Eason.
Kenzi mencoba mencari topik untuk memulai percakapan. Ia pun bertanya beberapa hal mengenai masa kecil dan pengalaman hidup Stella.
Stella mulai mengingat-ingat, tak ada yang spesial tentang masa kecilnya. Ia besar di sebuah panti kemudian di jemput oleh orang tua angkatnya dan di adopsi. Sekolah dan belajar dengan giat untuk membuat bangga kedua orang yang telah dengan tulus mengangkat dan merawatnya.
Kedua orang tua angkat Stella memenuhi semua kebutuhannya dengan syarat ia harus menjadi anak yang penurut dan pintar. Mereka memang baik, namun mereka tetap sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing tanpa memberi Stella momen khusus layaknya keluarga sesungguhnya.
Kemudian Stella bertemu kembali dengan Aneth yang memperkenalkannya pada Justine. Mereka berdua pun memperdayanya dan setelah tujuan mereka tercapai mereka pun membunuhnya.
Dan si pemilik tubuh sendiri memiliki masa kecil yang bisa di katakan tak kalah menyedihkan dari dirinya. Stella si pemilik tubuh kehilangan sang ibu sejak masa kecilnya. Ayahnya membawa selingkuhannya memasuki rumah mereka beberapa hari setelah kematian sang ibu.
Hidup dengan seorang ibu tiri Stella si pemilik tubuh harus puas di bedakan dengan kedua saudaranya. Stella bahkan tak ingat kapan melihat tatapan Adam yang terlihat menyayangi atau mengkhawatirkannya seperti yang selalu Adam perlihatkan pada dua saudara tirinya yang lain.
Jadi tak ada yang bisa Stella ceritakan. Baik tentangnya atau si pemilik tubuh. Stella hanya tersenyum simpul mengingat semua itu dan balik bertanya tentang Kenzi. "Tak ada yang menarik. Ah, bagaimana denganmu?"
Kenzi menyadari dari raut sedih Stella jika masa kecil dan pengalaman pribadi Stella tak ingin Stella bagikan. Ia yang mengerti dan tak ingin melihat kesedihan di mata cantik itu mulai menceritakan sedikit tentang masa kecilnya.
Kenzi mengatakan menjadi anak tunggal sedikit merepotkan. Dimana kekawatiran dan larangan kedua orang tuanya terkadang terasa berlebihan yang nyaris mengekangnya.
Stella terkekeh mendengar cerita Kenzi. Kenzi yang melihat itu semakin bersemangat menceritakan beberapa hal tentang dirinya.
Di balik pilar Olivia mengepalkan tangannya. Sebenarnya sejak melihat Kenzi di pesta waktu itu Olivia menyukai pewaris perusahaan raksasa dari negeri sakura itu. Namun lagi-lagi Stella merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya. Olivia menghentakan kaki dan pergi. Di kepalanya mulai memikirkan bagaimana cara menyingkirkan Stella.
**
Di sesuah ruangan yang temaram seorang wanita tengah meliukan tubuh sexynya di hadapan pria yang tak lain adalah Eason.
Wanita itu menyingkap rok mininya memperlihatkan betis mulusnya. Dengan satu tarikan tali piyamanya pun terbuka memperlihatkan dada sintalnya dan tubuh bugilnya yang begitu menggoda.
Siapa saja pria yang melihatnya akan tergoda. Wanita itu begitu bersemangat dengan tariannya. Sebelumnya ia tak pernah gagal dalam merayu pria. Dan kali ini pun ia takkan menyia-nyiakan kesempatan. Beruntung pria yang menyewanya ternyata memberikannya pada pria tampan yang merupakan salah satu pria berpengaruh dalam jajaran orang-orang di dunia bisnis.
Namun kenyataannya Eason hanya menatap datar wanita yang tengah berusaha menggodanya. Wanita di depannya yang merupakan hadiah dari rekan bisnisnya sebagai ucapan terimakasih atas terjalinnya kerja sama di antara mereka itu terus berusaha menggoda, namun tampaknya sia-sia. Tak ada reaksi sama sekali dari pria tampan berwajah dingin yang masih tetap duduk tenang di kursinya.
Si wanita yang tak kehabisan akal naik dan duduk mengangkang di pangkuan Eason. Eason mengerutkan kening bukan karena perilaku berani wanita yang kini menggesek-gesekan dada sintalnya dengan dadanya. Namun wajahnya berbuah buruk saat ia tak merasakan apapun di bawah sana. Entah karena wanita di pangkuannya yang memang tak menggoda untuknya atau telah terjadi sesuatu dengan adiknya!
Seketika Eason teringat dengan kejadian dimana Stella menghantamkan lututnya pada adiknya tersebut. Beberapa minggu telah berlalu namun kebetulan atau tidak sejak saat itu Eason memang seakan kehilangan hasrat untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya.
Yang selalu terbayang dalam ingatan Eason hanya wajah cantik Stella yang tengah tersenyum sinis saat mengatakan tak lagi mencintai.
"Shit!" Eason mengumpat tanpa ia sadari.
Suasana hati Eason semakin buruk, ia pun mendorong kasar si wanita yang tengah meraba dada bidangnya hingga wanita tersebut jatuh dan terduduk di lantai. Eason bangkit dan merapikan pakaiannya sebelum melangkah pergi keluar dari sana meninggalkan wanita itu begitu saja.
Rigel yang melihat Eason keluar mengangkat kepalanya menatap sang bos. Pria berkaca mata itu menatap wajah mendung bos sekaligus teman baiknya itu dengan tatapan geli. "Masih tak bereaksi?" punggungnya yang bersandar di dinding ia tegakkan.
Mendapat pertanyaan tak berguna dari Rigel sontak membuat Eason melayangkan tatapan sengitnya pada Rigel yang malah membuat asisten sekaligus teman laknatnya itu terbahak. Eason pun teringat sesuatu, ia ingin mengatakannya namun egonya melarangnya.
Keduanya berjalan meninggalkan hotel. Sampai di mobil pun Eason masih belum mengatakannya, ekspresi pria itu malah semakin buruk saja persis seperti ingin membunuh seseorang.
Rigel sebenarnya tau jika Eason ingin bertanya tentang Stella. Namun ia sengaja diam dan bersikap seolah-olah tidak tau. Ya, rasanya tak ada yang salah jika sekali-kali mengajari arti kata mengalah pada seorang Eason. Rigel ingin tau sampai kapan Eason akan mempertahankan egonya.
Tbc..
**
20 Oktober 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top