10

Alhmdulillah ceritanya balik lagi...

Open PO mulai 25 September - 15 Oktober 2020. Cetak hanya sesuai pesanan! Harga only 115k, belum termasuk ongkir.

Format pemesanan :

Nama :

Alamat :

Kode pos :

No. Hp :

Jumlah dan nama buku :

Minat chat 083821253952.

Di wp nanti tamat, cuma tamatnya sesuai porsi yang ku tentukan.

Kelebihan :

- Buku ada 10 part yang gak akan kalian temuin di wp. Dengan kata lain 10 Extra Part!

- Ebook 5 Extra Part!

Dan hanya cetak sekarang aja. Aku gak cetak cerita ini lagi!! Oh iya buku My Angel is My Beautiful Devil juga ada sisa satu yang mau boleh harga Only 105k. Pembelian lebih dari satu diskon 10%. Jadi tawari temen kamu ya biar dapat diskon.

18++

Oh iya, aku mau ingatkan untuk anak di bawah umur jangan baca cerita ini terutama part ini.

Menyingkirlah!!

Yang tak suka adegan dewasa pun sebaiknya menyingkir atau skip aja. Ada yang maksa resiko tanggung sendiri!!

Jadi yang di maksud 18+ dewasa itu bukan hanya adegan ena-ena ya. Bisa jadi kekerasan dan penuh kata-kata kasar.

Dan satu lagi.

PART INI DI POSTNYA CUMA SEJAM!! Takut di report pihak WP kalo kelamaan.

Happy Reading
**

Tenggorokan Stella tercekat oleh kedekatan mereka. Bau mint menguar dari nafas hangat Eason yang membelai wajahnya. Stella mencoba memalingkan wajahnya namun tangan besar itu menahannya membuatnya mau tak mau menatap mata tajam yang menatapnya intens. "Jawab aku!" Eason semakin tak sabar.

Senyum mengejek di bibir Stella semakin lebar dan Eason membenci hal itu. Ia memiliki cara untuk membuktikannya, tanpa aba-aba ia mencium Stella dengan lihainya.

Stella terpaku di tempatnya, ia hanya mampu membatu saat benda lembab itu memagut dan membelai bibirnya menggodanya untuk membalas. Gigitan di bibir bawahnya membuat bibir Stella terbuka yang tak di sia-siakan Eason.

Eason mengakses isi mulut Stella, membelai dan membelit lidah Stella. Meski tak ada balasan dari Stella namun ia tau Stella menikmatinya. Saat merasa Stella kehabisan nafas Eason melepaskan ciumannya, namun hanya sesaat karena setelah itu ia kembali memagut bibir Stella tak membiarkan Stella lepas.

Bibir Stella terasa sangat manis membuat Eason enggan untuk berhenti. Dengan enggan pria itu menghentikan ciumannya, Eason menempelkan keningnya dan Stella.

"Aku sudah mendapatkan jawabannya." Senyum puas menghiasi bibir Eason.

Mata Stella berkilat marah. Ia ingin berontak namun entah apa yang terjadi tubuhnya seakan melemah, ia hanya mampu menunggu hingga Eason menghentikannya kemudian membuktikan pada pria ini bahwa Stella yang menggilainya sudah tak ada lagi. Stella yang merasa penjagaan Eason mulai melemah mengangkat lutut dan... Bug! Lutut Stella menghantam milik Eason dengan telak.

Eason yang tak menduga akan mendapatkan sapaan manis dari lutut Stella spontan nenunduk memegangi bagian aset berharganya. Ia mendongak dengan mata yang berair menahan tangis, Stella sudah menjauh darinya. Dengan santai Stella melangkah dan bergumam sambil mengangkat jari tengahnya. "Aku berdoa semoga kau impoten."

"Shit!" Umpatan terdengar tak henti-hentinya mengalir dari bibir Eason yang kini untuk berdiri saja rasanya ia tak mampu.

Sampai di mobilnya Stella tak henti-hentinya tertawa membuat sopir yang tengah menyetir mobil menggelengkan kepalanya. Nonanya tampak begitu senang membuatnya ikut senang, ia berdoa semoga semua keinginan nonanya terkabul.

Eason yang tengah menyandarkan punggungnya ke dinding lift tiba-tiba merasakan denyutan itu kembali di juniornya. Padahal baru beberapa saat lalu aset berharganya pulih karena sapaan bar-bar Stella. Kenapa sekarang sakit lagi?

Eason memejamkan mata berusaha terlihat tenang, mengacuhkan tatapan beberapa wanita yang terus meliriknya di dalam lift tersebut. Jika benar terjadi sesuatu dengan juniornya Eason tak akan segan meminta pertanggung jawaban Stella. Agar Stella menjadi biarawati menanggung semua ulahnya.

(dan ternyata emaknya si Stella gak jadi bikin adegan si Eason di gampar. Rasanya kurang acep gitu kalo cuma di tampiling. Kurang ajar nih anak emang, maen sosor aja. Nah kalo ini kan telak, nyaho dia. Ada yang ketawa bacanya? Mana nih angkat tangan, mau emak absen wkwk)

**

Perlahan kesadaran Olivia mulai kembali. Ia merasa seperti ada seseorang yang menyentuh tubuhnya. Dengan tenaga yang masih lemah Olivia berusaha menggerakan tangannya namun tak bisa.

Memaksakan untuk membuka mata tiba-tiba kesadaran Olivia pulih seketika. Sebuah kepala terlihat ada di atas dadanya dan melakukan sesuatu. Olivia seketika berteriak histeris menyuruh orang itu untuk mejauh darinya.

"Sudah sadar nona?"

Sebuah suara terdengar namun entah dari mana. Olivia terus berteriak meminta orang yang tengah mempermaikan dadanya berhenti namun tak di indahkan.

"Yah, adegan memang akan lebih menarik jika sang peran utama sadar." Suara lain terdengar. Kemudian terdengar tawa membahana dari ruangan 3x4m persegi itu.

Otak Olivia berubah kosong. Ia tiba-tiba mengingat sesuatu, mungkinkah mereka para preman yang ia sewa untuk memperkosa Stella? Olivia akan mengatakan jika mereka salah orang dan ialah yang telah membayar mereka semua. Namun mulut Olivia telah lebih dulu di tutup dengan lakban membuat Olivia menggeleng keras dengan air mata yang keluar dari matanya. Olivia semakin panik dan takut. Apalagi melihat jumlah mereka yang ternyata 4 orang.

Mereka adalah para preman jalanan yang Olivia hubungi beberapa jam lalu untuk menculik dan memperkosa Stella.

Bodohnya Olivia karena tak ingin jejaknya di ketahui ia menelpon salah satu dari mereka kemudian membuang ponsel tersebut tanpa bertemu dengan preman bayarannya terlebih dahulu. Olivia juga sudah mentrasfer setengah uang bayar untuk uang muka. Dan ternyata mereka malah menangkapnya.

Para pria jalanan itu tak henti-hentinya memuji kemulusan kulit Olivia. Dua orang mempermaikan dada Olivia dengan mulut mereka dan satu orang mempermainkan milik Olivia dengan jarinya. Orang tersisa bergerak ke sana kemari sambil memegang ponsel dan merekamnya.

Tangan kiri-kanan Olivia di ikat di kedua sisi ranjang. Olivia berontak namun percuma, sampai tangannya memerah dan berdarah pun mereka hanya melakukan kesenangan mereka. Air mata terus mengalir dari mata Olivia yang terlihat penuh kebencian. Lagi-lagi karena Stella ia harus merasakan semua itu.

Setelah puas mempermainkan tubuh Olivia mereka menggilir Olivia hingga puas. Mereka melakukannya secara bergantian dan tentu saja adegan itu di rekam untuk di abadikan sesuai perintah Olivia sebelumnya. Rencananya mereka akan menunggahnya besok dan tentunya sesuai intruksi Olivia juga.

**

Tubuh Olivia di lemparkan di atas rerumputan di perkebunan yang sepi. Orang-orang itu bahkan tak repot-repot membuka ikatan tangan atau sekedar makaikan Olivia baju.

Keesokan paginya seorang petani menemukan Olivia. Mengetahui olivia masih hidup dan karena kasihan ia menolong dan membawa Olivia ke rumahnya.

Setelah sadar tanpa mengatakan apapun Olivia pergi dari rumah petani itu. Olivia menghentikan taxi, dan kembali ke rumahnya. Ia menghiraukan pertanyaan ibunya yang terlihat sudah rapi tampak akan pergi ke suatu tempat.

Sampai di kamarnya Olivia mengambil ponselnya yang lain yang ada di laci meja. Ia menghubungi seseorang dengan ponsel itu.

"Habisi mereka semua dan hancurkan rekaman itu!"

"Baik."

Setelah itu panggilan pun terputus. Olivia meminum beberapa pil obat yang biasa ia minum jika sehabis pergi berkencan dengan pria satu malamnya. Kemudian masuk ke kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya. Ia menggosok tubuhnya hingga kulitnya memerah. Tatapan matanya terlihat setajam pisau. Akhirnya Olivia berteriak dan memukul kaca yang ada di dekatnya hingga pecah. Olivia terduduk sambil merenggut rambutnya.

"Aku akan membalasmu! Aku akan menghancurkanmu, Stella!!"

**

Seorang pria yang tengah membaca koran di teras rumahnya menatap aneh kedatangan istrinya yang membawa beberapa kantung belanjaan.

Pria itu bernama Grey. Grey mengikuti Nina__sang istri yang memasuki rumah. Sampai di dalam Nina mulai membongkar kantong belanjaannya, ia memperlihatkan beberapa baju yang tadi di belinya untuk Grey.

Nina juga membelikan beberapa untuk putri mereka. Wajah Nina terlihat sangat bahagia, namun tiba-tiba Grey mencekal pergelangan tangan Nina membuat Nina heran.

"Dari mana semua barang-barang ini?" Grey meminta penjelasan.

Nina merasa suaminya sedikit aneh. Namun ia tak terlalu memikirnya, ia melepaskan cekalan Grey dan membawa baju tadi yang ia perlihatkan pada suaminya itu dan mencocokannya dengan tubuh Grey.

"Aku benar, ini memang cocok untukmu."

Grey menahan baju yang tadi istrinya cocokan ke tubuhnya agar tidak jatuh. Matanya menatap tag harga yang tertera di baju itu. Tangan Grey terkepal, ia meremas baju itu dan kembali menghampiri Nina yang saat ini tengah membantu anaknya mengganti baju dengan yang baru saja di belinya itu.

"Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu untuk membeli semua ini?"

Nina berbalik menatap Grey. Dari raut wajahnya ia tau jika penyakit cemburuan suaminya mulai kumat. Sejak mereka menikah sikap posesif Grey baru Nina rasakan karena saat berpacaran dulu Grey sangat baik dan penyabar. Karena sedang malas bertengkar Nina pun mengajak putri mereka dan beranjak.

Grey yang memang telah mencurigai istrinya memiliki pria lain semakin marah. Bukan tanpa alasan Grey mencurigai Nina selingkuh. Minggu lalu Grey mengetahui jika istrinya membeli perhiasan mahal dan beberapa hari lalu kulkas mereka rusak. Nina tak memanggil tukang servis untuk memperbaiki kulkas itu tapi membeli yang baru. Dan baru saja istrinya berbelanja banyak baju yang harganya cukup mahal.

Dengan gaji dari seorang polisi berpangkat tak terlalu tinggi sepertinya, Grey curiga istrinya mendapatkan uang-uang itu dari pria lain.

Grey bergegas menyusul Nina. Terlihat Nina yang sedang berusaha menidurkan putri mereka. Grey menunggu dengan gelisah di depan kamar, saat Nina keluar tanpa basa-basi Grey menyeret Nina ke kamar mereka.

Di dalam kamar keduanya berdebat. Nina sudah mengatakan berulang kali bahwa ia berbelanja dengan uang yang di kirimkan Grey ke atm nya. Namun Grey tak percaya.

"Jujur saja jika kau berselingkuh dariku!" Grey berteriak di depan wajah Nina.

Nina merasa kecewa dengan tuduhan Grey. Ia tak pernah menghianati Grey sedikit pun. Tanpa banyak bicara wanita itu membereskan pakaiannya dan memasukannya ke dalam koper. Grey yang melihat itu semakin emosi.

"Kau ingin pergi dariku hah?! Tidak akan aku biarkan!"

Grey menarik mencoba menghentikan Nina namun tak berhasil. Nina menulikan telinganya tak ngengindahkan panggilan Grey, wanita itu sudah terlalu kecewa dengan Grey.

Grey kembali menarik Nina namun kali ini dengan sedikit kasar. "Kau tidak mendengarku hah?! Ku bilang hentikan!!" Ia bahkan menghempaskan koper itu hingga mengenai meja rias membuat kaca yang ada di meja rias itu pecah berserakan bersama benda-benda yang ada di atas meja. Grey kemudian menyeret Nina paksa keluar dari kamar.

"Lepaskan aku Grey!"

"Lepaskan!"

"Grey! Akkhh!"

"Lepas!"

Nina berontak kemudian menggigit tangan Grey membuat pegangan Grey pada Nina terlepas. Nina spontan berlari dan Grey mengejar. Grey kembali mendapatkan Nina namun Nina melawan dan memukuli Grey secara membabi buta.

"Aku muak denganmu. Biarkan aku pergi!"

Grey yang emosinya tak terbendung lagi menampar Nina dengan keras hingga kepala Nina terpental ke samping dengan sudut bibir yang berdarah, kemudian Grey kembali menyeret Nina menuju sebuah kamar dengan niat untuk mengurung istrinya itu.

Nina yang tengah di seret berhasil meraih pas bunga di tangannya. Dan ia pun memukulkannya pada Grey hingga kepala Grey berdarah.

Darah mengucur dari kepala Grey membuat penampilan pria itu semakin terlihat mengerikan. Tatapan matanya sangat-sangat tajam.
"Kau yang meminta ini!" Grey menyeret Nina kembali namun kali ini dengan menjambak rambut istrinya. Nina berteriak meminta di lepaskan, ia merasakan sengatan di kepalanya seperti akan terlepas namun Grey sudah gelap mata tak menghiraukan teriakan kesakitan Nina.

Grey berpikir jika Nina berusaha sekuat tenaga pergi darinya untuk lari pada selingkuhannya. Akal sehat Grey telah tertutupi amarah yang berlandaskan kecemburuan.

Awalnya Grey akan mengurung Nina di kamar kosong namun ia berubah pikiran, ia takut Nina kabur lewat jendela saat ia lengah jadi ia membanwa Nina ke gudang. Gudang tak memiliki jendela dan hanya satu pintu yang tentunya akan ia kunci dari luar. Grey takkan membiarkan Nina bertemu lagi dengan selingkuhannya.

Sampai di gudang Grey menghempaskan tubuh wanita yang telah di nikahinya selama 5 tahun itu ke lantai yang kotor. "Kau hanya milikku!" Ucap Grey mencengkram dagu Nina kuat seakan ingin meremukannya. Saat berbalik dan berjalan menuju pintu sebuah hantaman keras tiba-tiba menimpa kepala Grey.

Nina menghempaskan patung yang berlumuran darah Grey yang kini tergeletak tak bergerak lagi. Nina seketika ambruk. Ia terduduk dengan tatapan kosong memandang tubuh Grey yang mulai kaku.

Beberapa saat kemudian polisi datang dan membawa wanita itu ke dalam mobil polisi dengan tangan terborgol. Jasad Grey pun di bawa untuk di lakukan otopsi.

Yang menghubungi para polisi itu adalah tetangga mereka yang merasa curiga mendengar keributan di rumah itu. Orang-orang juga berkerumun di sekitar rumah Grey untuk melihat apa yang terjadi.

Di kantor polisi Nina menjelaskan jika ia tak bermaksud membunuh suaminya. Semua berawal dari kecemburuan Grey lah yang mengakibatkan pertengkaran hebat di antara mereka terjadi.

Ya memang kecemburuan Grey lah yang mendasari tragedi itu. Grey curiga dengan istrinya yang akhir-akhir ini sering berbelanja padahal ia tak pernah memberinya uang lebih. Hanya gajinya sebagai seorang polisi takkan mampu membeli semua barang itu dalam waktu berdekatan. Jadi Grey mengira jika istrinya telah berselingkuh.

Di tempat lain Stella tersenyum datar melihat siaran berita yang menampilkan berita tentang pembunuhan seorang polisi oleh istrinya sendiri dan semua itu berlandaskan kecemburuan.

Apa Stella ikut andil dalam semua itu? Ya. Grey adalah rekan Viktor yang saat itu menangkapnya dan menjebloskannya ke penjara. Yang di lakukan Stella sebenarnya sederhana. Stella mengirimkan sejumlah uang yang cukup banyak ke rumah Grey dengan jasa kurir.

Nina yang mengira itu uang bonus suaminya merasa senang. Sebelumnya pun sempat ada seorang kurir yang mengantarkan sejumlah uang dan Grey mengatakan itu uang bonus kerjanya. Dan tentu saja itu adalah bohong. Uang itu di berikan oleh Aneth untuk membungkam mulut Grey dan meminta agar Grey memberikan hukuman pada Stella selama yang ia bisa.

Dan Stella hanya menambah bensin dari api yang terbakar. Grey ingin menyenangkan istrinya bukan? Maka Stella membantunya. Bukankah ia sangat baik? Kecintaan Grey pada istrinya yang terlalu berlebihanlah yang memberi celah untuk Stella membalas dendam. Semua orang yang terlibat dalam kematian dan penderitaannya akan segera menyusul jasadnya yang kini membusuk di tanah.

Stella mematikan televisi yang kini menampilkan berita kriminal lain. Ia memutar-mutar ponselnya di meja dengan alis yang saling bertaut.

Tbc..

**

Alhmdulillah ceritanya balik lagi, maaf semalam gak jadi up karena cerita ini kosong sekosong-kosongnya.

24 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top