Rebirth | 01
Hello,
Selamat membaca
--
De.LAF Planner Office — Jakarta.
"Kecelakaan?” Fayyana Satoo langsung berdiri dari duduknya, diikuti Andina yang bergegas berpegangan pada pinggiran meja.
Mereka tengah dalam persiapan meeting untuk pemantapan acara pembukaan kedai kopi salah satu rekanan artis. Berita yang Ineke sampaikan itu bagai petir di siang bolong, terlalu mengejutkan.
“Lo jangan bercanda ya, Ke?” seru Andina dan mendelik, sulit untuk menerima berita mengejutkan tersebut.
Lyre Sagitta, rekan kerja sekaligus sahabat mereka yang sedang berlibur ke Yogyakarta bersama suami dan anak yang masih balita, disebut mengalami kecelakaan.
Ineke, asisten Desire, mengangguk, kemudian menunjukkan rentetan email instruksi dari bos mereka. “Ini, Mbak, aku enggak bohong. Bu Dede sendiri yang kasih info ini.”
Tidak lama, ponsel Fayyana dan Andina sama-sama mendentingkan notifikasi chat masuk.
BEAUTIFUL-BITCHY DeLAF
DEDE BOSS
Guys, I leave De.LAF to you. Gue udah bilang Ike apa aja yang harus segera diberesin. Kita harus hold tawaran yang baru masuk, bahkan cancel yang bisa dicancel.
DEDE BOSS
Doain Lyre, please. Kaka bilang udah di OR selama empat jam dan belum keluar.
DEDE BOSS
I'm heading to Yogyakarta.
DEDE BOSS
Please pray for Lyre.
Pray for my beloved family.
“No way!” Andina seketika geleng kepala, langsung kembali terduduk dengan sepasang mata yang basah.
Fayyana juga sulit mempercayai rentetan chat tersebut. Ini tidak mungkin, karena siang tadi, Lyre baru saja memamerkan foto lucu Ravel, anak balitanya yang tengah bermain dengan baling-baling kertas. Fayyana bisa melihat betapa sahabatnya itu tengah menikmati momen liburan yang menyenangkan.
“H … how could this happen?” tanya Fayyana dengan tangis tertahan.
“Kecelakaan, Mbak Yana … katanya ketabrak truk yang remnya blong,” jawab Ineke yang kemudian mengambil tisu, menyeka ke sudut-sudut matanya sendiri.
Ketabrak truk. Fayyana segera beralih duduk, menangkup wajah dengan kedua tangan untuk menyembunyikan isakan. Dua belas tahun yang lalu, nyawa ayahnya juga direnggut dengan kecelakaan serupa. Truk biadab yang kelebihan muatan dan gagal melakukan pengereman.
“Yan … Lyre pasti selamat, Yan,” ujar Andina yang segera mendekat dan memberi rangkulan. Andina tahu betapa tidak mudah bagi sahabatnya ini ketika menerima berita tentang laka lantas akibat kelalaian perawatan kendaraan yang kurang memadai.
“Ravel pasti sedih banget, Din … I can't imagine. Our dyno-boy pasti nangis banget.” Fayyana seketika terisak, ingat bagaimana balita itu teramat dekat dengan sosok ibu modern yang serba bisa, sahabatnya yang jelita.
Andina mengelus-elus bahu Fayyana. “Desire berangkat ke sana, dia pasti trying her best untuk selametin Lyre … kita tunggu kabar baiknya, Yan. Gue yakin Lyre kuat, dia emang kuat banget selama ini.”
Fayyana berusaha mengangguk, diantara mereka berempat memang Lyre yang selalu bersikap kuat, tenang, sekaligus dapat diandalkan. Lyre dulu juga mengawali karirnya di dunia entertainment dari nol, panggung ke panggung teater sebelum bersinar di layar kaca.
Fayyana tahu sahabatnya itu tidak akan menyerah untuk tetap hidup. “Dia punya Ravel sebagai alasannya bertahan … iya ‘kan, Din?”
“Iya, Yan … dulu kata Desire, dia kepayahan hamil, jalani persalinan hidup dan mati aja bisa dilalui.” Andina terisak sejenak, berusaha tetap meyakinkan diri. Sahabatnya akan baik-baik saja. “Operasi pasca kecelakaan ini pasti juga bisa terlewati, demi Ravel yang paling dia sayang.”
Fayyana mengangguk, menenangkan diri sembari terus berdoa sepanjang sisa hari itu. Ia sungguh berharap kali ini maut tidak sampai hati merenggut sebentuk jiwa yang amat dikasihi oleh mereka. Jiwa seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Jiwa seorang sahabat yang senantiasa peduli. Jiwa seorang wanita yang Fayyana tahu begitu baik sekaligus murah hati.
Dia sudah tidak sanggup kehilangan siapa pun lagi, terlalu pedih dan menyakitkan.
***
The next morning ...
"Event opening Kopi Anne lusa kurang apa, Ris?” Fayyana mencoba sebaik mungkin berkonsentrasi pagi ini, memastikan agenda event terdekat.
“Aman, Mbak … Sebelum berangkat liburan, Bu Lyre udah kirim desain backdrop dan desain dari Balloon-Gate udah acc, udah payment juga.” Riska menunjukkan laporan sekaligus bukti bayar yang dilampirkan.
Fayyana mengangguk. “Pastiin jam berapa mereka datang lusa, sekalian siapa yang in charge terus bilang ke Dina ya. Lusa dia yang bakal datang ke acara untuk monitor.”
“Siap, Mbak Yana.”
Fayyana menelusur ke layar komputer tabletnya, event terdekat berikutnya adalah birthday party untuk selebgram yang akan berulang tahun ke dua puluh lima. “Ini, ulang tahunnya Moana Yolandha bahkan konsepnya aja belum disetujui?”
“Belum, Bu Dede juga stress kemarin,” sahut Ineke yang bergegas mendekat. “Awalnya minta disco party 80-an, ternyata Chloe Jessica awal bulan lalu pakai tema itu juga di ultahnya, Moa merasa kecolongan terus enggak mau konsep serupa.”
“Enggak mau, terus gimana? Dia minta konsep pengganti apaan?” tanya Fayyana, karena konsep pesta menentukan desain, susunan acara, sekaligus jenis makanan dan minuman yang sesuai.
“Belum tahu, Mbak,” ujar Ineke lantas memeriksa update terbaru dari bosnya. “Terakhir komunikasi sama Bu Dede udah tiga hari lalu, katanya masih ngomel kecolongan konsep pesta ultah itu.”
“Kamu aja yang telepon deh, Ke, sekalian ingetin secara halus ini tinggal tiga minggu jelang pesta ultahnya … enggak bisa kalau booking venue dadakan, belum kalau dia nanti minta ribet DJ atau penyanyi untuk perform.”
Ineke mengangguk seraya beralih kembali ke kubikelnya. “Oke, Mbak.”
Andina yang baru menyelesaikan tugas susunan acara untuk opening Kopi Anne segera mendekat. “Yan, oke belum nih?”
Fayyana memperhatikan, memastikan poin-poin acara dan mengangguk. “Oke, Din. MC-nya udah oke juga ‘kan? Anne siapin kemeja khusus MC, pastiin udah dikirim.”
“Aman, Yan … udah gue konfirm ke Irfan dan difotoin, ada topinya juga, hahaha bikin inget sama filosofi kopi.”
Fayyana sejenak meringis. “Semoga ini juga sebooming itu, Anne serius banget sama bisnisnya ini. Gue udah nyoba best seller menu dan emang enak, milky foamnya beneran kayak nyedot awan.”
“Katering buat event Anne, lo siapin apa, Yan?”
“Dia minta light dessert untuk pendamping saat coffee trial, gue siapin cookies karamel sama vanila, dua-duanya gluten-free. Terus katering utamanya Creamy Cream Soup pakai Garlic Bread, Macaroni Brulee yang varian bomb, Chicken Drum Stick … terus main coursenya ada dua pilihan beef atau chicken BBQ steak, set plate pakai rebusan sayur dan jagung.” Fayyana kemudian berbagi catatan penting untuk diperhatikan Andina. “Ada request vegan jadi gue udah minta siapin tiga set menu salad dan pressed juice. Setting table vegan ini juga udah dibedain, besok tanya aja sama Arui.”
“Oke, oke, sip.”
Fayyana mengangguk, cukup lega, pagi pertama tanpa bosnya di kantor berlalu dengan cukup baik.
***
“Hei, guys …” Desire menghubungi dengan video call usai jam makan siang. “Sorry baru kontak, semalam begitu landing langsung urus barang Lyre sama Kaka yang masih di penginapan. Habis itu jenguk di rumah sakit sampai subuh, balik hotel nyempetin tidur dulu dapat empat jam ini. Lyre masih belum bisa dijenguk tapi udah stabil.”
“Apa kata dokter, De?” tanya Andina.
“Ada cedera kepala, Din. Terus kaki kiri sama bahu kiri juga cedera. Kaki kiri katanya terkilir aja, cuma bengkak juga, bahu kiri yang parah, retakannya lumayan.”
Fayyana mengangguk, berita yang cukup melegakan. “Tapi udah stabil ‘kan, De? Enggak masa kritis?”
“Iya, udah pindah juga ke rumah sakit pusat. Bokapnya Lyre udah jadi direktur utama di sini tahu.”
“What?” sebut Andina dan Fayyana bersamaan.
“Iya, ada ortunya Lyre yang juga jagain, Ravel enggak begitu rewel jadinya.”
Fayyana memastikan. “Terus, gimana tuh situasinya?”
“Yaa, apa adanya, belum cair interaksinya, Yan … Kaka juga masih syok gitu, untung gue bawa Waffa.”
Andina agak meringis. “Itu abang sepupu lo, baik-baik aja, De?”
“Ya, fisiknya sih kelihatan baik, sisanya hancur-hancuran kayaknya … gue belum pernah lihat Kaka sedih sampai segininya.”
“Nyesel juga pasti, ya? Buruan suruh cabut gugatan deh,” usul Andina.
Desire agak menyeringai. “Belum bisa mikir ke situ, Dina, tapi semoga dia semakin waras aja habis ini.”
“Ravel sama lo di situ, De?” tanya Fayyana.
“Lagi sama Waffa biar Kaka bisa tidur … kerjaan gimana? Yang bisa dicancel, cancel aja, jangan pikirin target pemasukan atau itungan gaji karyawan. Bulan ini sama bulan depan biar gue yang bayar.”
“Bulan ini udah aman kok, De … cuma yang masih ganjel event ultahnya Moa, dia galau melulu sama konsepnya, tapi cancel enggak mau.” Andina yang segera memberi info.
“Dia soalnya mau show off cowoknya di momen itu, Zamir Efendi adiknya bos sawit Zaheer Efendi.” Desire memberi tahu.
Andina segera meringis, tahu tentang sosok yang disebut. “Eww! Duda dua anak dari dua bini yang berbeda, mana umurnya nyaris dua kalinya Moa juga.”
“Capek kali ya Moa ngerjain endorse mulu?” tebak Fayyana.
“Ngangkang juga capek kali, Yan,” sebut Andina yang seketika membuat Desire menahan tawa.
“Lakinya umur segitu paling sepuluh menit kelar,” kekeh Desire.
“Iya juga ya, daripada ngonten berjam-jam, mesti konsep segala … ini tinggal telanjang, ah uh ah uh … sepuluh sampai lima belas menit kelar.” Andina memainkan alisnya dengan jenaka. “Apes-apesnya paling diajak kelon tiap weekend aja.”
“Najis, bahasa lo, kelon,” sebut Fayyana yang terkekeh. "Cuddle."
Desire juga terkekeh, meski segera menjaga sikap dan memperhatikan chat masuk terbaru. “Eh, ini panjang umur si Moa, dia chat gue untuk konsepnya minta all blink dan pakai venue di FUNight Bar.”
Shit! Fayyana begitu saja memaki dalam hati. “All blink, De?”
“Iya, gue langsung cariin konsep blink-blink yang pas nih … elo yang kontak Shakti ya, Yan, booking FUNight untuk acara Moa.”
“O … oke,” jawab Fayyana sambil sejenak menggosok-gosokkan telapak tangan ke paha untuk mengurangi kegugupan.
"Lo ada nomornya Shakti, Yan?" tanya Andina memastikan.
"Ng, kayaknya gue mampir aja ke FUNight nanti pas pulang, sekalian kasih plan concept-nya juga biar jelas acaranya sekalian." Fayyana tidak mau jika harus berulang kali menemui orang itu.
Desire mengangguk-angguk. "Iya, benar juga! Lo nanti bilang aja dapat titipan dari Princess Dede."
"Si paling princess," seloroh Andina lalu tertawa, membuat si boss kemudian bergaya menyibakkan rambut dengan ekspresi centil.
Fayyana menyengir gemas. "Waffa kalau lihat lo centil begitu suka pengin masukin karung enggak?"
"Masukin kamar dong, sayang-sayangan," jawab Desire seraya mengedipkan sebelah mata.
"Bucinnya Om Waffa," ledek Andina.
"Enggak ada Waffa, bisa gila beneran gue, Din." Desire mengakui dan mengatur napas dengan sebaik mungkin. "Eh, Yan, ngomong-omong ... pas ketemu Shakti nanti, kalau lo diajakin nongkrong, ditawarin minum atau apa pun itu, langsung tolak ya!"
Desire mengingatkan itu dengan serius, bahkan tatapannya jadi lekat ke arah Fayyana.
"Bener!" Andina mengimbuhi dan menoleh Fayyana yang seketika terdiam. "Atau gue temenin lo aja, Yan?"
Fayyana berdeham kecil. "Uhm ... ya, kita udah bagi tugas, Din! Santai aja, gue juga enggak ada niat mau nongkrong, capek."
Desire mengangguk. "Kalau Shakti amit-amit justru nekat godain lo, apalagi berani mepet-mepetin, langsung ancam aja kalau gue bakal bikin perhitungan!"
"Lo tuh," sebut Fayyana dengan raut geli. "Seolah gue enggak bisa jaga diri aja!"
"Ini bukan masalah elo bisa jaga diri atau enggak! Shakti tuh BAHAYA!" Desire mengingatkan dengan gerak jemari yang ikut menegaskan. "Kaka aja bilang gue wajib jaga jarak minimal dua meter dan harus ditemenin Alexa kalau cuma ada Shakti di VIP Room."
"Oh iya, lo titipin aja nanti proposal plan concept-nya ke Alexa biar dikasih Shakti, lebih aman begitu," ungkap Andina.
"Nahh, bener, bener!" dukung Desire.
Fayyana mengangguk. "Iya, santai ... lo bikin deh tuh plan concept-nya dulu. Gue mau itung ulang RAB karena venue-nya pakai FUNight."
"Itu booking all seat aja atau seluruh bar-nya, De?" tanya Andina.
Desire memeriksa ke email dan menjawab, "Seluruh bar, gila juga lakinya si Moa, buat booking all seatnya aja udah 1M lebih."
"Bagus malah, De! Cuan bagi kita sebelum De.LAF Planner benar-benar slow beroperasi," ungkap Andina dengan semangat.
"Profit event Moa ini, nanti bagian gue sama Lyre buat kalian berdua aja."
"Dede," sebut Fayyana dan menggeleng. "Lo juga terlibat, De ... enggak perlu—"
"Perlu! Gue benar-benar mengandalkan kalian berdua di situ. Perkiraan Lyre butuh dua mingguan dalam perawatan, belum ditambah perawatan lanjutannya. Dokter bilang kalau semuanya baik aja, butuh dua bulanan sampai bisa aktivitas normal."
"Kalau semuanya baik?" ulang Andina lirih.
Desire mengangguk. "Iya, karena belum sadar ... kondisinya belum bisa dipastikan secara penuh," terangnya dan kembali meyakinkan, "Selama Lyre belum bisa dibawa ke Jakarta, selama itu juga gue enggak bisa tinggal Kaka sama Ravel ... makanya, kalian berdua yang paling gue andalkan layak menerima tambahan profit itu."
"Gue berharap Lyre segera baik-baik aja, De," ungkap Fayyana dengan kesungguhan.
"She will," kata Desire yakin. "Selama gue di sini, kalian juga baik-baik aja ya ... saling jaga! Dina, selama persiapan event ultahnya Moa ini jangan biarin Yana ngadepin Shakti sendirian."
"Siap, Bos!" ujar Andina lalu mengangkat tangan, melakukan sikap hormat yang serius.
Fayyana mengekeh. Selama ini ia merasa sudah berhasil menyembunyikan hubungannya dengan orang itu. Fayyana juga yakin, selama dua tahun terakhir telah cukup berhasil melakukan aksi menghindar dan terus menjaga jarak aman. Namun, tampaknya nasib memang sedang berputar ke arah yang tidak terduga.
Fayyana hanya berharap keadaan akan tetap baik-baik saja, antara dirinya dan orang itu ... Javaradja Shakti Shankar.
[]
🚩
Waktu cerita Repeated on-going
sempat ada yang nanyain kenapa
Andina sama Fayyana enggak
jenguk. Nah, selain karena KagenBi
privacy-freak, Fayyana dan Andina
juga lagi pada keribetan sendiri 🤭
.
Q: Fayyana mantannya Shakti ya?
A: Iya, mantan sugar baby 🤭
Q: Aku ngeship SaRasya banget 😭
A: RAsha aja, Rasya-Asha ❤️
2025 niat ingsun setia sareng
Kalakrama Pradipandya~
.
Alasan SaRasya sulit berlayar:
Babi ganjil emosian ✅️
Babi ganjil posesif anak ✅️
Babi ganjil freak to the max ✅️
Babi ganjil makin ganjil ✅️
🙏🏻
SARASYA BEST FRIEND FOREVER
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top