Learning Something

BTS' Kim Namjoon
PG-17
School-life, crime, dark, AU!



"Apa ini yang Ayah ajarkan apadamu!?"











Di sinilah Kim Namjoon sekarang, duduk terpekur di balik jeruji besi. Tepat satu bulan remaja berusia tujuh belas tahun itu mendekam di salah satu rutan khusus remaja. Kesalahannya sederhana--menurut Namjoon sih begitu--hanya menawarkan marijuana pada sebagian teman yang merasa senasib dengannya. Menggiring anak-anak malang itu ke halaman belakang sekolah tiap kali bel istirahat tiba. Mengajari mereka bagaimana cara menikmati benda laknat itu hingga teradiksi. Lalu mencoba menjadi pengedar selama beberapa bulan, kenapa?

Karena Namjoon tahu, kebutuhan teman-temannya menjadi ladang uang yang lebih menggiurkan daripada menikmati benda haram itu sendirian. Namjoon terlalu pintar untuk tidak melihat adanya peluang dari bisnis hitam barusan.

Lantas bagaimana nasibnya sekarang?

Seperti ini. Duduk diam tanpa menyesali apa yang ia lakukan. Namjoon tahu betul tidak ada lagi gambaran mengenai masa depan dalam hidupnya. Kedua orang tuanya jelas kecewa. Anak yang mereka banggakan setiap kali ada pertemuan keluarga ataupun kolega kerja, kini mengisi salah satu bilik tempat terburuk di dunia.

Menurut mereka.

Bagi Namjoon berbeda, tempat ini jelas jauh lebih baik daripada rumah megah milik ayah. Sebagai anak tunggal dari pengusaha terkenal, sejak kecil Namjoon selalu diberikan banyak tekanan. Tidak boleh keluar rumah tanpa ayah dan ibu. Tidak masalah sebenarnya, Namjoon tidak keberatan bermain keluar dengan orang tuanya. Hanya saja masalah terbesar dalam hidupnya, mereka berdua tidak pernah punya waktu--bahkan untuk makan malam bersama saja tidak bisa.

Enam belas kali perayaan ulangtahun nyaris delapan puluh persen Namjoon rayakan bersama puluhan pelayan tanpa kehadiran mereka. Luar biasa bukan? Rumah itu tidak ada bedanya dengan tempat tidurnya sekarang, sama-sama penjara. Perbedaannya, penjara Namjoon dulu terlihat begitu cantik dari luar.

Pertama kali melihat mereka datang setelah mendapat kabar dari seorang polisi yang masih mengintrogasi Namjoon sejak pagi tadi, lelaki itu tahu ayahnya sedang marah besar. Sedangkan sang ibu hanya menatapnya dengan derai air mata. Lalu dalam sekejap Kim Namjoon merasakan kebas pada salah satu area pipi yang dihantam telapak tangan ayahnya. Aku di tampar? Atas dasar apa?

"Apa ini yang Ayah ajarkan padamu!?"

Namjoon tersenyum mengingatnya. Kadang ia berpikir betapa lucunya orang dewasa. Memangnya selama ini ayahnya mengajarkan apa? Bertemu saja susah apalagi bertatap muka memberikan petuah. Lalu bagaimana bisa sang ayah mengajarinya? Kim Namjoon tertawa, suaranya menggema di sepanjang lorong tahanan. Beberapa penghuni yang merasa terganggu bahkan tak segan meneriakinya.

O, kenapa banyak sekali hal lucu di dunia ini?

"Maafkan aku," kata Namjoon disela tawanya, "Habisnya wajah lelaki tua itu lucu sekali, ya ampun rasanya perutku sakit karena terlalu banyak tertawa, hahahaha."

Masih terlihat jelas bagaimana wajah sang ayah menegang lantas dipenuhi keringat dingin di sekitar kening saat Namjoon berbisik padanya. Kim Namjoon baru ingat jika ayahnya telah memberikan pelajaran yang sangat "berharga" bagi hidupnya tanpa lelaki itu sadari.












































"Memang ini yang Ayah ajarkan. Bukankah tiap malam kau membagikan marijuana pada anak buahmu di ruang kerja? Asal kau tahu, aku juga mendapatkannya di sana."

.Fin.
























a/n :
Aku tahu banyak anak-anak yang terdampar di lembah hitam. Banyak orang-orang yang langsung nge-judge anak-anak itu. Mereka ga mikir kalau lingkungan juga berpengaruh besar buat si anak. Terutama lingkungan keluarga, sadar ga sadar tiap anak itu belajar secara ga langsung dari orangtua mereka di rumah tiap harinya.

Sekali lagi, aku bikin cerita ini bukan tanpa maksud. Jangan diaplikasikan dlm kehidupan nyata ya...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top