02
"AAAA, ALENAA GUE NGGAK SIAP PTS!!". zia—teman sebangku alena berteriak keras setelah guru mapel fisika keluar setelah memberitahu kisi kisi PTS fisika minggu depan.
"lo harus belajar"
"ya lo mah enak, udah pinter dari dulu, makannya apaan deh"
"emang pinter bisa dilihat dari makannya? ya meskipun ngaruh juga buat perkembangan otak, tapi kalau mau pinter tetep aja mau nggak mau harus banyak belajar, nggak bisa instan, apalagi kita udah kelas 12, lo nggak bisa males malesan lagi". kata alena mengambil buku matematika wajib yang akan segera dimulai 2 menit lagi.
zia bukannya mendengarkan perkataan alena malah melihat takjub. alena yang sadar segera menoleh cepat.
"kenapa?"
"lo nggak sadar len?"
alena menatap zia bingung.
"lo ngomel len! LO NGOMEL!! N-G-O-M-E-L". zia terlihat excited.
alena semakin bingung. "kenapa? salah ya?"
bukannya dijawab zia malah berteriak ke temen temen dikelasnya. "WOII!!! ALENA NGOMEL KE GUE!!! WOI LUNA!! MAMPUS TRAKTIR GUE LO!!"
"HAH?? SERIUS LO?? BUKTI ANJIR, NO PICT HOAXX!!"
temen temen sekelasnya justru banyak yang merespon dengan sama hebohnya.
"LEN, LEN TUNJUKIN OMELAN LO KE MEREKA LEN!! LO HARUS NGASI TAU KE MEREKA JUGA TENTANG BELAJAR!".
zia menyenggol lengan alena dengan wajah bersemangat seolah baru saja ia memenangkan sebuah undian berhadiah.
teman temannya yang lain juga melihat ke arah alena, menatapnya dengan antusias seolah ada pertunjukan yang tidak boleh mereka lewatkan.
"TUNJUKIN LEN, TUNJUKIN"
alena hanya memperhatikan sambil mencerna hingga tanpa sadar jantungnya berdetak lebih cepat, ujung tangan dan kakinya terasal lebih dingin, perasaannya menjadi cemas dan tidak karuan, napasnya tersengal, otaknya meracau dan suara disekitarnya menjadi samar.
kenapa kalo ngomel? salah ya? apa harusnya tadi diem aja ya? bahan taruhan??
alena yang merasa tidak nyaman segera berdiri dan pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan teman temannya yang menanyakan akan kemana perginya ia.
ketua kelas—mahes yang merasa ada yang tidak beres segera mengikuti perginya alena setelah menitip ijin kepada wakil ketua kelas untuknya dan alena.
***
alena menatap wajahnya di pantulan kaca yang terlihat memerah, memegang dadanya yang berdetak kencang. ia seperti kehabisan napas sekarang. dan ia merasa ada cairan yang menghambat di tenggorokannya, seperti ingin muntah tapi mengganjal.
ia membilas tangannya yang sudah berkeringat dengan air di wastafel kamar mandi dan mengelapnya dengan tisu.
alena masih termenung sembari menatap tangannya yang bergetar pelan dan meneraturkan napasnya, sesekali ia mengepalkan tangan lalu membukanya sebagai relaksasi.
hampir alena melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi, ia merasakan perut bagian kirinya menusuk.
astaga, lambung gue kumat, kenapa harus sekarang
alena berjongkok, menahan rasa sakit diperutnya.
"alena? lo ada di dalem?". panggil seseorang dari luar kamar mandi.
"lo gapapa kan len? jawab gue kalo lo ada di dalem, kalo lo ada apa apa biar gue bisa bantu". lagi lagi suara seseorang yang familiar terdengar.
itu suara mahes kan? oke, tarik napas, gapapa alena sesekali minta tolong, ini udah darurat
"gue didalem, masuk aja"
mahes yang sedang berdiri diluar kamar mandi perempuan segera masuk setelah mendengar suara alena yang terdengar seperti rintihan.
mahes yang melihat alena berjongkok menahan sakit langsung menghampirinya dan berlutut didepan gadis itu.
"nyeri ya? bagian mana?"
"lambung gue"
pandangan mahes teralihkan saat melihat tangan alena yang bergetar pelan.
"tangan lo?"
"gapapa". alena berusaha menyembunyikan tangannya.
"gue nggak yakin, coba gue lihat tangan lo"
"gue gapapa". alena enggan menyerahkan tangannya.
mahes menghela napas pelan.
"i carry you, it's that okay??"
alena menggeleng cepat.
gila aja.
"gausah, gue masi bisa jalan, tolong papah gue aja"
mahes mengulurkan telapak tangannya yang disambut tangan dingin alena. Ia mengalungkan tangan kanan alena ke lehernya.
"sebelumnya maaf". mahes meletakkan tangannya ke pinggang ramping alena, lalu ia mengangkat tubuh alena untuk berdiri secara perlahan dan memapah alena keluar kamar mandi.
"detak jantung lo kedengeran"
"bukan gara gara lo"
mahes tertawa pelan sambil terus memapah alena. "i know"
alena terlihat semakin kesakitan karena sesekali ia berhenti melangkah karena perutnya terasa seperti ditusuk tusuk dan tergoncang.
"lo mau bawa gue kemana?"
"uks"
"nggak mau"
"harus mau"
"gue mau ke kelas, belajar"
"lo nggak bisa berhenti belajar sehari ya?"
"lo..."
mahes menghentikan langkahnya, matanya menatap mata Alena tajam. "you want to refuse?"
alena menciut, hanya terdiam.
"listen to me, be a good girl". bisiknya.
alena yang mendengar itu hanya mengangguk pasrah.
laki laki itu tersenyum simpul setelah melihat reaksi alena dan melanjutkan memapah sampai di uks.
Mahes ini auranya memang mendominasi, mustahil bagi seorang alena untuk melawannya dengan kondisinya saat ini.
selain menjabat sebagai ketua OSIS dan ketua kelas, ia juga menjadi kapten futsal dan peserta olimpiade di berbagai bidang dan tingkat. dia pintar, multitalent, berlogika tinggi dan berkarakter. terampil dalam mengolah kata kata, ekspresi dan gesturnya untuk mengintimidasi lawan, sehingga tak jarang ia masuk ke dalam beberapa platfrom sekolah karena prestasinya.
tapi dibalik itu semua, dia orang yang menyenangkan dan hangat, senang mendengarkan orang lain, suka membantu dan perhatian kepada sesama menjadi nilai plus baginya. kepribadiannya membuat dirinya semakin menarik, tak heran jika banyak gadis yang menyukainya. tapi entah kenapa sejauh ini alena tidak pernah mendengar kabar dating seorang maheswara. tepatnya tidak ada kebenaran yang pasti karena ia banyak dirumorkan oleh beberapa gadis, baik dari dalam atau luar sekolah.
***
alena melepas sepatunya lalu berbaring dengan posisi seperti bayi di dalam kandungan—posisi ternyamannya saat lambungnya sedang kambuh seperti saat ini.
mahes sibuk mencari obat di kotak obat dalam lemari.
"lo sering kambuh kayak gini?"
"akhir akhir ini"
mahes berdiri di sebelah ranjang dimana alena berbaring sembari meletakkan obat dengan segelas air diatas meja. "minum obat dulu, abis tu lo istirahat disini"
alena mengangguk, tidak mau ditatap tajam lagi oleh laki laki yang sudah membantunya itu. ia duduk dengan susah payah lalu meminum obatnya kemudian berbaring lagi dengan posisi awal.
"lo kayak gini mungkin karena stress atau kecapekan dan ngelihat mata lo, gue yakin lo juga kurang tidur"
"oiya btw tangan lo". mahes menggenggam tangan alena yang masih dingin tapi sudah tidak bergetar.
"bentar". terlihat mahes lagi lagi mencari sesuatu di lemari.
beberapa saat kemudian mahes kembali dengan pads hangat ditangannya dan meletakkannya di genggaman tangan alena yang sudah tertidur. mahes menyelimuti tubuh alena dengan selimut. kemudian beranjak pergi dari uks, sejenak ia melihat kebelakang untuk memastikan alena benar benar tertidur sebelum ia meninggalkan gadis itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top