Gentayangan
Jam dinding di ruangan sempit menunjukkan pukul sembilan kurang sepuluh menit. Jalanan mulai sepi, terlihat beberapa kendaraan saja yang melintas di depan halte Trans-Jogja itu.
Seorang petugas berseragam merah hitam membereskan ruangan sempit itu. "Tempat kerjaku adalah rumahku, rumahku adalah surgaku," jawabnya setiap kali ada yang bertanya kenapa dia mau repot-repot merapikan ruangan kerjanya itu.
Saat akan sedang meletakkan kanebo dan cairan pembersih ia melihat seorang gadis melintas di depannya. Tulisan emas di jeamper yang digunakan membuat Raka mudah mengenali gadis itu.
"Itukan Gadis Lolypop?" gumam Raka. Ia tak berpikiran aneh saat melihat gadis itu berjalan sendirian di malam hari. Keadaan itu bukan suatu yang ganjil di kota tempatnya bekerja saat ini. Berbeda dengan di kampung halamannya. Jangankan jam 9 malam, sehabis magrib sangat jarang ada yang keluar rumah.
Tanpa melanjutkan pikirannya terhadap fenomena keluar malam, ia bergegas memakai jaketnya dan menutup pintu lalu mengunci pintu. Kegiatannya itu ia percepat karena ia melihat sesuatu yang harus segera dihentikan.
Gadis Lolypop menaikkan kakinya ke pembatas jembatan yang berada di sebelah barat halte ketika Raka mengunci pintu halte bagian Barat. Raka segera mengunci ruangan dan berlari pada gadis yang hanya ia ketahui kebiasaannya memakan lolypop saat melintasi jalan menggunakan Honda Revo hitam bernomor polisi Jakarta itu.
"Mba, Jangan bunuh diri di sini. Saya masih shift malam sampai besuk minggu." Raka menyadari kebodohannya mengucapkan kata-kata tadi. Kepalang basah ia melanjutkan ucapannya " Aku takut hantu, kalau kau gentayangan di sini aku tak bisa bekerja dengan tenang" Tak disangka gadis itu menghentikan kegiatannya dan turun dari pembatas jembatan.
Terjadi perubahan ekpresi dalam wajah gadis itu, tak lama kemudian ia tertawa, setelah itu ia teringat lagi apa yang akan ia lakukan sebelum kaimat aneh seseorang menghentikan kegiatannya.
Gadis dengan rambut pendek seperti habis dipotong itu menaikkan lagi kaki kanannya ke pembatas. 'klek' terdengar suara seperti tulang bergeser. Lalu ia merasakan nyeri luar biasa pada sendi pinggulnya.
Tak kuat menahan sakit, ia merosot. Sebelum tubuhnya jatuh, tangan sigap siap menangkapnya. Seperti adegan sinetron receh pukul sepuluh pagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top