Bab 7: Putra Mahkota
"Alasanmu datang ke sini, bukankah karena menemukan sesuatu di kamar Mia Bevel yang asli?" Pemuda itu terlihat menyunggingkan senyum, tapi wajahnya masih tidak kelihatan.
Mia menatap pemuda misterius itu dengan harap-harap cemas. "Tapi pasti ada cara untuk kembali ke dunia asalku, kan?" tanyanya kemudian.
Pemuda itu menggeleng. "Maaf, tidak ada harapan untukmu kembali ke dunia asalmu. Ini adalah takdirmu sekarang, Mia. Kau harus menerima dan menjalani hidupmu di sini."
Mia merasa semakin frustasi dengan jawaban pemuda misterius itu. "Tidak ada cara lain?" tanyanya dengan suara gemetar.
"Maaf, tapi tidak ada," jawab pemuda itu dengan santai, mengulang jawaban sebelumnya seperti kaset ruasak. "Kau harus menerima takdirmu dan hidup sebagai Mia Bevel, seperti yang sudah ditentukan."
"Benar - benar tidak ada?"
Pria itu menggeleng tegas, "tidak, dimensi bukan sesuatu yang bisa diatur sesuka hati. Andai kau berusaha mencari penyihir terbaik yang bisa membuka portal, kau belum tentu kembali ke dunia asalmu. Dan ingat juga... sihir adalah sesuatu yang tabu di kerajaan Forence. Kalau orang - orang tahu Mia Bevel menggunakan alat sihir, maka hidupmu sebagai wanita itu akan lebih sulit."
Mia merasa kecewa mendengar jawaban pemuda misterius itu. Dia ingin kembali ke dunia asalnya, menjadi dirinya sendiri, bukan sebagai Mia Bevel si putri Marquees yang selalu membuat onar. Namun, sepertinya itu tidak mungkin terjadi.
"Mengapa Tuhan harus membuatku terjebak di dunia ini?" tanya Mia, masih terlihat kecewa.
"Pertanyaanmu hanya bisa dijawab oleh Tuhan sendiri," kata pemuda misterius itu. "Tapi kau harus menghargai takdir yang telah ditetapkan untukmu."
"Tapi bagaimana dengan ramuan sihir pengabul permohonan itu?" tanya Mia lagi. "Buku diary Mia Bevel yang asli mengatakan bahwa ramuan itu bisa membuat keinginan terwujud."
Pemuda misterius itu tertawa kecil. "Itu hanyalah dongeng. Ada satu hal yang kamu harus tahu: keinginan yang terwujud tidak bisa dibatalkan. Tidak ada ramuan sihir untuk membatalkannya juga."
Dongeng? Kalau itu dongeng, maka aku pasti tidak akan terjebak di tempat sialan ini!
"Nona, aku bisa mendengar isi kepalamu." Pemuda itu terkekeh kecil, "itu sungguh tidak bisa kau dapatkan hanya karena kau ingin. Paham?"
Mia merasa semakin putus asa mendengar penjelasan pemuda itu. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Apakah yang terbaik memang memutuskan untuk mengikuti saran pemuda itu, dan menjalani hidup sebagai Mia Bevel?
"Kau tidak tahu sebelum mencobanya." Lagi - lagi pemuda misterius itu seolah mengetahui isi pikiran Mia. "Siapa tahu, takdir yang menunggumu sebagai Mia Bevel, antagonis pembuat onar yang dibenci semua orang, akan berakhir baik, kan?"
"Berakhir baik, matamu!" Mia merasa seakan-akan dunianya runtuh. "Kau kira mudah mengubah semua hal negatif itu? Lagi pula, bagaimana dengan duniaku?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca. "Apa aku harus membuang semuanya dan menjadi orang yang aku tidak pernah kuinginkan? Menurutmu menjalani hidup orang lain itu mudah? Aku hampir gila!"
"Pilihanmu adalah terserah padamu," kata pemuda misterius itu dengan nada acuh tak acuh. "Tapi, ingatlah bahwa takdir tidak bisa diubah."
Mia menggelengkan kepalanya dengan sedih. Dia merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa dia kendalikan. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan atau kemana harus pergi. Dia merasa sangat kesepian dan kehilangan.
"Sudah waktunya kau pergi," kata pemuda misterius itu dengan nada tegas. "Lain kali datanglah dengan tujuan lain, selain informasi tentang sihir, kami juga menjual informasi rahasia lainnya."
Mia hanya bisa mengangguk dan melangkah mundur dari pemuda itu.
"Ingat, Nona... ini semua takdir. Takdir yang diberikan Tuhan untukmu."
Mia tidak menoleh lagi. Dia merasa seperti dunianya hancur dan tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia berjalan keluar dari ruangan itu dengan hati yang berat, membiarkan kata-kata pemuda misterius itu berulang-ulang di kepalanya.
Takdir.
Takdir.
Takdir.
"Nona, Anda sudah selesai?"
Suara Zoey mengagetkan Mia. Wanita itu tersentak saat naik kembali ke bagian atas toko kue kecil misterius itu. Pelayan toko yang membukakan pintu memberikan tagihan khusus bertuliskan harga menu 'kue bulan dengan ekstra mentega', dan Mia memberikan itu pada Zoey untuk membayarnya.
"Jangan sampai Tuan Marquess tahu aku pergi ke sini." Mia menghela napas panjang, kemudian keluar.
Zoey masih canggung dengan kondisi Mia yang berkali - kali mengindikasikan seolah dirinya orang lain. Alih - alih ayah, dia menyebut Cairon Bevel dengan sebutan Tuan Marquess. Tapi gadis pelayan kecil itu diam saja.
"Ayo, Zoey... kita sudah terlalu lama di luar." Mia mendorong pintu toko kue tersebut dan keluar.
Mia keluar dari toko kue kecil itu dengan hati yang berat. Dia merasa kecewa karena tidak mendapatkan jawaban yang dia harapkan. Namun, sebelum Mia belum sempat berjalan jauh, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang yang sangat cepat.
"Akh! Apa - apaan?!" Mia terkejut dan mencoba memberontak, tetapi orang itu lebih kuat darinya.
"Kyaaaaa! Nona! Nona!" Zoey yang melihat kejadian itu langsung berlari mengejar, tetapi sayangnya dia kehilangan jejak orang tersebut.
Mia merasa ketakutan dan tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Pria itu kemudian membawa Mia ke sebuah gang sempit yang gelap. Mia merasa ngeri saat melihat belati di tangan pria itu. Dia berusaha tenang dan meminta pria itu untuk melepaskannya.
Gawat! Orang ini bersenjata, aku harus cepat kabur!
Mia merasa detak jantungnya semakin cepat saat belati itu semakin dekat dengan lehernya. Dia mencoba untuk tenang, namun rasa takut masih saja memenuhi pikirannya. "Siapa kau?" tanyanya dengan suara gemetar. "Apa yang kau inginkan dariku?"
Pria itu hanya tersenyum dan menjawab dengan suara berbisik, "Kamu tahu siapa aku, Mia. Kamu tahu siapa aku dari awal."
Mia menggelengkan kepalanya dengan cepat, mencoba mengingat- ingat apakah dia pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya. Namun, dia tidak bisa mengingat wajahnya. "Aku tidak tahu siapa kamu. Lepaskan aku!" serunya.
Mia tiba-tiba teringat pelajaran bela diri yang dia dapatkan di dunia asalnya. Brian pernah mengajarinya cara kabur dari pria mesum. Akhirnya, Mia menginjak kaki orang itu dengan sekuat tenaga, kemudian menggigit tangan yang menodongkan belati di lehernya. Orang itu terkejut dan belatinya pun terlepas.
"Akh!" Pria itu memekik tertahan, dan Mia sudah lepas dari kukungannya.
Mia memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik kain hitam yang menutupi wajah orang itu. Saat kain itu terlepas, Mia terkejut mendapati sosok Damian yang menatapnya dengan mata keemasan dan rambut peraknya yang tergerai.
"Ha! Rupanya pria brengsek- ah, maksudku... Putra Mahkota yang terhormat." Mia menarik napas panjang, mencoba menyesuaikan ritme jantungnya yang berdebar keras karena rasa takut dan adrenalin yang melonjak naik tiba - tiba.
Entah mengapa Mia merasa lega saat mengetahui bahwa sosok itu adalah Damian. Namun, timbul pertanyaan lain di benaknya, dan Mia tidak repot - repot menyembunyikan rasa penasarannya.
"Jadi, apa yang dilakukan Putra Mahkota Forence yang terhormat di tempat seperti ini, dan dengan pakaian begini?" Mia menyunggingkan senyuman miring.
Damian terkekeh, dia mengatur napas sebentar sebelum menatap Mia tajam. "Bagaimana denganmu? Apa yang sedang dilakukan Lady Bevel yang terhormat di tempat kumuh ini, dan dengan pakaian pelayan ini?"
"Apa saya harus melaporkan semua aktivitas saya pada Anda?" Mia tertawa, "ini tidak ada hubungannya dengan Anda, Yang Mulia Pangeran."
Mia tidak menunggu lebih lama untuk mendengar jawaban Damian. Dia tidak peduli apa yang dilakukan pria itu. Hidupnya sudah rumit, dan baru saja Mia ditampar oleh kenyataan bahwa dia tidak bisa kembali ke dunia asalnya. Itu saja sudah cukup membuatnya lelah lahir batin. Tidak perlu menambah masalah lagi. Jadi, Mia berbalik dan hendak pergi dari sana. Namun, secepat kilat damian mencoba menahan tangan Mia.
"Ada." Damian menjawab cepat. "Kau baru saja keluar dari tempat yang tidak seharusnya. Sekarang katakan apa yang kau lakukan di sana?"
Mia menatap Damian dengan sorot mata menelisik, dia mencoba mencari tahu apa yang sedang berusaha dilakukan pria ini, tapi nihil. Mia sama sekali tidak punya firasat apapun. Dia hanya menatap Damian tanpa tahu apa - apa. Sementara itu Damian juga melakukan hal yang sama. Dia mencoba mencari kebenaran yang terpancar di mata Mia.
Sher bilang toko kue itu adalah toko alat sihir dan guild informasi rahasia.
Tapi baru saja Mia Bevel keluar dari sana, apa ini hanya kebetulan?
Pertama, dia menyamar.
Kedua, dia tidak pergi dengan kereta kuda keluarga Bevel, artinya dia menyelinap.
Ketiga, dia terlihat aneh dan tidak seperti biasanya.
Apa ini efek dari benturan di kepalanya saat jatuh ke danau.
Atau... memang ada sesuatu yang mencurigakan?
Damian sibuk dengan pikirannya sendiri, sementara Mia sudah kesal setengah mati dan buru - buru menghempaskan tangan Damian dengan kasar.
"Yang Mulia, saya tidak punya waktu!" Mia mendengus kasar, "saya harus kembali sekarang, Zoey pasti khawatir setengah mati!"
Damian bergeming, dia masih mencengkeram tangan Mia. Sekarang pergelangan tangan Mia yang kurus dan semulus porselen terlihat memerah.
"Yang Mulia, saya-"
Trang!
Mia belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tapi mendadak tangannya di tarik oleh Damian. Sebab, hanya dalam sepersekian detik, sebilah pedang menebas ruang kosong. Tempat di mana Mia berdiri pada awalnya. Mata Mia membulat, terbelalak kaget. Dia kemudian mengerjap, dan hanya dalam beberapa detik muncul puluhan orang berpakaian hitam dan bertopeng mengepung mereka.
A- ada apa?
Apa yang terjadi?
Mia masih kebingungan, tapi Damian sudah mengira ini akan terjadi. Dia menarik tangan Mia, kemudian membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Dia bersikap protektif. Gerakannya tepat, cepat, dan melindungi. Orang yang mengepung mereka pun mulai melangkah mendekat, sampai akhirnya oemimpin kelompok menyerukan perintah.
"Bunuh mereka berdua!"
Mia gelagapan, dia tidak tahu apa yang terjadi dan tidak bisa berpikir soal apa yang harus dilakukan. Serangan mulai berdatangan, dan Damian melindunginya di dalam dekapan pria itu. Dia bertarung hanya dengan satu tangan. Mia memejamkan mata ketakutan.
Demi Tuhan.... sebenarnya aku di izinkan hidup atau tidak, sih?!
>>><<<
A/N: Baca lebih cepat bisa ke KaryaKarsa atau Bestory ya guys... Gratis 10 Bab pertama, dan untuk bab selanjutnya hanya 2000 rupiah!
Akun KaryaKarsa: bluebellsberry
Judul Cerita: Really, I'm Not Antagonist!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top