Eleven
"Siapa?" seseorang berucap dari balik pitu depan.
"Apa tuh?" ucap Lana.
"Nggak tau," ucapku.
"Siapa yang nanya sama kamu," ucap Lana.
"Serah kamu aja Lan-_," ucapku.
"Dia aneh ya?" ucap Eva.
"Siapa?!" ucap orang yang ada di balik pintu mengeraskan suaranya.
Aku berdiri dari dudukku, lalu berjalan ke pintu depan. Tanganku menyentuh gagang pintu.
"Val," ucap Lana. Aku menoleh ke arahnya.
"Kenapa Lan?"
"Jangan-jangan dia orgil," ucap Lana.
"Jangan sembarangan lo!" ucap Amel.
"Bisa aja kan?" ucap Lana.
Aku tak menghiraukan mereka. Lalu aku membuka pintu. Aku diam melihat siapa yang ada di depan pintu.
"Aaaaaaa..." teriak semua orang yang ada di rumahku, saat melihat siapa yang ada di depan pintu. Lalu mereka lari ke lantai atas. Termasuk Lana, dia juga ikut lari.
"Kok reaksi lo kaya gitu sih?" ucap orang yang ada di depan pintu.
"Emang aku harus apa-_?" ucapku.
"Lari kek apa teriak, biar seru."
"Haha lucu, dan kamu kenapa kaya gitu?"
"Mengenakan baju pocong ini, iseng aja soalnya gue mau lihat apa reaksi kalian pas lihat gue. Ternyata lucu hahaha..."
"Ini kain kafan?" ucapku sambil menyentuh bajunya.
"Bukan lah, siapa yang mau?"
"Ada kok yang mau."
"Siapa?"
"Mayat mau."
"Ajir.."
"Pulang sana!"
"Lo tega banget sih, ngusir Riyan yang ganteng ini," ucapnya sambil tersenyum.
"Sekarang lo pulang ganti baju! Kasihan tamuku ketakutan melihat kamu. Kami lagi belajar untuk ulangan loh," ucapku.
"Aku tau."
"Terus?"
"Kalu terus entar nabrak," ucapnya.
"Nggak lucu tau."
"Siapa yang bilang lucu?"
"Sana pergi!"
"Kalo aku nggak mau gimana?""
"Siapa Val?" ucap kakak Rama.
"Ini Rian nakut-nakutin buhannya.
"Nggak lagi nakut-nakutin kok," ucap Rian.
"Lo ngapain kesini pake baju kaya gitu?" ucap kakak Rama.
"Suak-suka gue lah."
"Lo pulang sana! nanti gue aduin ke ibu lo, kalo lo baru aja gangguin orang," ucap kakak Rama.
"Yudah gue pulang, lagian gerah gue," ucapnya lalu pergi sambil lompat-lompat. Eh nggak lompat deh, dia jalan kok.
"Mana pocongnya?" ucap Lana.
"Pocong apa?" ucapku.
"Tadi yang di depan pintu."
"Sudah pergi," ucap kakak Rama, lalu berjalan ke kamarnya.
"Kok pergi?"
"Sudah pergi?" tanya Eva.
"Iya sudah," ucap Lana.
"Kalo gitu gue pamit pulang ya, bay Noval. Gue belajar di rumah aja," ucapnya lalu berjalan pergi.
"Gue juga pamit pulang," ucap mereka bersamaan.
"Kenapa Put?" ucap Lana.
"Gue belajar di rumah aja, dan lagian gue ada urusan bay," ucapnya lalu pergi, diikuti teman-teman yang lain.
"Kenapa mereka semua pergi?" ucap Lana.
"Tau," ucapku lalu mengambil buku. Lalu membaca.
Lana duduk di sofa. "Val," ucapnya.
"Apa?" ucapku tanpa menoleh ke arahnya.
"Aku..."
"Apa?" ucapku.
"Kak Noval," ucap Ayu.
"Kenapa Yu?"
"Katanya ada pocong ya tadi?"
"Bukan pocong tapi penampakan," ucap Rian masuk kerumahku, sambil berjalan ke arah kami. Dengan pakayan yang rapi, tidak lagi mengunakan kain putih.
"Penampakan apa?" ucap Ayu.
"Penampakan orang ganteng," ucap Rian.
"Iya ganteng, kalo dilihat dari ujung monas!" ucap Lana.
"Idi ada yang iri nih, iya gue tau gue ganteng," ucap Rian.
"Iya in," ucap Lana.
"Aku mau pulang," ucap Ayu.
"Kenapa buru-buru sih? Nggak mau minta tanda tangan dulu apa?" ucap Rian.
"Males," ucap Ayu lalu pergi.
Rian duduk di sofa dekat Lana. Kami diam beberapa saat.
"Mantan lo berapa Lan?" ucap Rian memecah keheningan.
"Kepo banget sih!" ucap Lana.
"Nggak usah gitu juga kali."
"Lo Val berapa mantan lo?"
"Nggak penting."
"Itu penting."
"Gue mau pulang," ucap Lana. Sambil berdiri.
"Gue juga mau puang kalo gitu," ucap Rian.
"Yaudah sana pulang!"
"Lo ngusir?!" ucap mereka berdua.
"Nggak tapi nyuruh."
"Sama aja tau," ucap mereka berdua.
"Cie barengan jangan-jangan."
"Jangan-jangan apa-_?" ucap Rian.
"Jangan-jangan kalian saudara kembar yang telah lama berpisa dan dipertemukan kembali wkwkwk."
"Jir.. , gue ini orang paling ganteng loh. Dikatain saudara sama dia nggak banget," ucap Rian.
"Siapa juga mau saudaraan sama kamu, najis," ucap Lana berjalan keluar ruamku. Diikuti Rian di belakangnya.
"Ngapain kamu ngikutin aku?" ucap Lana.
"Siapa yang ngikutin elo, gue mau pulang kali," ucap Rian.
Lana diam, lalu dia berjalan keluar rumahku.
Aku lalu berjalan ke kamarku.
***
"Lana!" panggilku saat aku melihat Lana berjalan di depanku.
"Apa?"
"Kenapa kamu?"
"Emang aku kenapa?"
"Em.... kayanya ada yang beda?"
"Emang apa yang beda?"
"Aku nggak tau juga."
"Aneh. Pantes dipanggil udik."
"Ya ya serah. Btw nanti mau belajar lagi?"
"Boleh tapi di rumahnya kunti ya."
"Kunti? Emang kamu berani? Dan kunti itu siapa?"
"Kunti masa kamu nggak tau? Dia Eva, kamu lupa? Kamu sendiri yang bilang dia kunti."
"Eh aku? Oh ya aku ingat pernah bilang dia kunti. Kok kamu tau? Kamu tau dari mana?"
"Dari Verli adiknya Eva."
"Oh sekarang kamu dekat ya sama Verli. Nggak lagi modus kan?"
"Ya dekat sama Verli Dan nggak untuk modus."
"Kok nggak di rumahku lagi belajarnya?"
"Val!" ucapnya berhenti berjalan sambil menatapku.
"Iya."
"Kok kamu sekarang banyak nanya? Dan jadi cerewet?"
"Masa sih? Nggak tau juga?" ucapku sambil mengaruk-ngaruk kepalaku.
Lana berbalik lalu masuk ke kelas.
"Kenapa dia?" ucapku sambil mengaruk kepalaku yang tidak gatal. lalu menyusulnya masuk ke dalam kelas.
***
Di dalam kelas Lana hanya diam. Saat disapa Putri dia diam juga. Sampai Putri keheranan.
"Lan kamu kenapa?"
"Emang gue kenapa? Jangan bilang lo nggak tau juga-_?"
"Kamu kenapa diam aja-_?"
"Gue nggak diam kok, gue bergerak."
"Maksudku, kenapa kamu sekarang nggak banyak ngomong?"
"Emang gue kaya gitu kan?"
"Tapi seminggu ini nggak kok? Kamu banyak ngomong. Tapi dari tadi pagi kamu banyak diam?"
"Ooo..."
"Serah deh-_."
Dan gaya bahasamu Lana berubah... kenapa kamu Lan?
***
Saat jam istirahat aku dan Lana seperti biasa langsung ke perpus. Di perpus aku ketemu Ayu.
"Kak Noval."
"Kenapa Yu?"
"Kakak taunggak kenapa kak Lana berubah?"
"Nggak."
"Aku tau loh."
"Hah kamu tau?"
"Suuut diam jangan keras-keras! Entar kak Lana dengar."
"Emang dia kenapa?" ucapku, menggecilkan volume suaraku.
"Dia habis... "
***
Bila kegagalan itu
bagaikan hujan. Dan
Keberhasilan bagaikan matahari
Maka butuh keduanya
Untuk melihat PELANGI!
Sorry typo....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top