Doaku untukmu, Jones
Author : Reia_ariadne
******
Kabut tipis perlahan sirna, menyisakan isak butiran embun yang menetes di ujung lancip dedaunan. Hari itu tiada berbeda dengan hari-hari sebelumnya. hanya saja kali ini tidak terdengar sahutan tukang sayur keliling yang mengganggu ketentraman pagi.
Seorang gadis muda tengah duduk sambil memejamkan mata. Ia menunduk khidmat. Mencoba melepaskan beban pikiran melaui hembusan napasnya. Ia tersenyum damai. Jiwanya merasa tenang ketika mendengar riak air yang mengalun syahdu. Namun, tiba-tiba...
“Mitha! Udah jam berapa ini?! Buruan mandinya, nanti telat sekolah!” Ibu gadis itu menggedor-gedor pintu kamar mandi. Sudah menjadi kebiasaan kalau Mitha suka melamun saat buang air besar di pagi hari.
“Iya, Bu. Mules nih, ga tahan,” balasnya. Suara riak air kecil tadi kini digantikan oleh bunyi cemplungan bongkahan massa kuning tidak beraturan, yang dipaksa keluar akibat kontraksi otot perut gadis itu.
Beberapa menit kemudian, Mitha sudah berada di depan pintu teras. Ia sedang duduk dilantai, memasang tali sepatu. Sekali dua kali kepalanya mengayun turun perlahan, lalu tiba-tiba menghentak cepat ke atas. Ia masih mengantuk pagi itu.
Ibunya datang menghampiri sambil menyodorkan uang jajan harian.
“Anak gadis itu ga boleh malas-malasan. Itu sebabnya kamu masih belum punya pacar sampai sekarang.” Nasehat yang sudah berkali-kali ia dengar dari Ibu. Setiap berniat akan meninggalkan sifat lalainya, saat itu pula Mitha lupa seketika.
Kecerdasan langka yang diturunkan oleh Bapaknya.
Bapaknya sering lupa dengan waktu jam makan. Bukan terlewatkan karena sibuk bekerja, tapi karena lupa apakah sudah makan atau belum? Dalam sehari Bapaknya bisa makan nasi lebih dari 6 kali. Meskipun sering lupa, namun prinsip beliau adalah lebih baik berlebih daripada kurang. Seperti lirik lagu Boys Like Girls, two is better than one.
“Iya, bu … doakan Mitha bisa lepas kejombloan hari ini ya. Mitha pamit, Bu.” Gadis itu menyalami Ibunya. Sang Ibu mencium kepala anak semata wayangnya tersebut. Membisikkan doa-doa agar kali ini ada cowok yang menembak Mitha.
Peristiwa suci itu berlangsung beberapa detik. Kemudian diakhiri dengan ucapan ‘Amin’ dari keduanya.
*****
Ketatnya persaingan antar tetangga yang sering berbangga diri jika anak mereka tidak jomblo, membuat Nengsih, Ibu Mitha, was-was. Sudah berapa kali rumahnya dilempari kulit pisang, tepung kanji, sekrup usang, atau yang paling parah adalah botol tupperware tanpa tutup. Iya, tanpa tutup!
Apabila sudah mendapatkan lemparan botol tupperware tanpa tutup, itu berarti benar-benar sebuah penghinaan besar. Kastanya lebih tinggi dibanding dilempar oleh benda-benda lainnya. Yang bila diartikan maknanya menjadi ‘kau tidak akan terselamatkan lagi’.
Filosofinya masuk akal karena bila seorang anak menghilangkan botol minum tupperware-nya, Sang Ibu akan menyuruh si anak untuk mencarinya sampai dapat. Meskipun telah ditemukan, namun hanya tutupnya yang belum bertemu. Si Ibu akan marah besar, murka, bahkan tidak akan mengakui si anak sebagai anak kandungnya sendiri meskipun hasil tes DNA menunjukkan hubungan darah.
Mitha sudah tiga tahun menjomblo. Hal itulah yang menyebabkan Nengsih dan suaminya selalu berdoa setiap hari.
Martabat keluarga berada di pundak anak gadisnya itu. Keluarga besar mereka telah berkali-kali menyarankan Mitha untuk disekolahkan ke SMA umum. Alasannya masuk akal, supaya Mitha lebih mudah untuk mendapatkan pasangan, karena sekolah tempat Mitha belajar sekarang adalah sekolah khusus putri.
Penolakan terhadap kepindahan Mitha berasal dari Ibunya. Pindah berarti menyerah! Membayangkan cibiran para tetangga, senyuman paksa mereka yang satu sudut bibirnya dinaikkan dengan sengaja, atau bisikan antar tetangga yang mendadak hening saat Nengsih mendekat, kemudian terdengar lagi saat ia menjauh, semua hal itu sudah cukup untuk menjadi cambuk penyemangatnya. Tujuannya mulia, mencarikan jodoh untuk anaknya.
Nengsih sudah mencoba menempelkan beberapa poster dan membagikan pamflet yang berisikan foto Mitha serta nomor kontak yang harus dihubungi. Ia juga sudah memasukan iklan tawaran jodoh ke koran-koran lokal. Stasiun radio juga sudah sering dimintai tolong untuk mempromosikan anaknya.
Bahkan baliho-baliho yang ia pasang di perempatan lampu merah, ukurannya melebihi baliho tokoh partai. Akan tetapi, sampai saat ini, masih belum memperlihatkan hasil yang diinginkan.
Apakah ia menyerah? Tidak!
Nengsih juga pernah menawarkan anaknya secara door to door. Ia bahkan telah menyusun sistem sendiri untuk itu. Bila sang calon mau menjadi pacar anaknya, cowok itu akan mendapatkan kipas angin sebagai hadiah awal. Jika bertahan selama satu minggu, ia akan diberi mesin cuci. Bila hubungan mereka melewati tiga bulan, sepeda motor seharga delapan belas juta akan diberikan secara cuma-cuma. Kalau si cowok sudah mencapai level diamond atau dengan kata lain bisa bertahan selama satu tahun. Sang cowok akan mendapatkan sebuah kapal pesiar mini berikut dengan bahan bakar gratis selama enam bulan.
Pernah ada seseorang yang bersedia menjadi pacar Mitha. Namun, belum sempat melakukan ritual menyatakan cinta, si cowok mendadak sakit keras. Bapak Mitha saat itu menyarankan agar formalitas penembakan itu dipersingkat saja, tetapi Nengsih tidak setuju.
Pernyataan cinta adalah salah satu syarat dan rukun pacaran. Acara pada saat itu pun batal karena si cowok tiba-tiba harus dilarikan ke rumah sakit. Kabar terbaru dari pria itu adalah ia dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa karena sering kedapatan berperilaku seolah-olah sedang berada di atas kapal pesiar, sambil merentangkan tangan lalu berteriak, I am the king of the world.
Sebenarnya, wajah Mitha tidaklah jelek. Parasnya ayu dan hidungnya mancung. Kulitnya bersih putih karena sering dirawat dengan telaten. Hanya saja, ia lahir saat gerhana matahari sebagian terjadi.
Menurut orang-orang tua terdahulu, Mitha akan susah mendapatkan jodoh. Tambah lagi saat ia baru keluar dari perut ibunya. Telunjuk dan jempol kecilnya membentuk huruf ‘J’. Dukun beranak yang membantu persalinan tampak terkejut saat melihat keanehan itu. Kakek buyut sang dukun pernah bercerita kalau tanda itu berarti akan jomblo seumur hidup.
*****
Senja mulai mendominasi langit. Bulan masih mengintip dari peraduannya, menunggu giliran untuk tampil di angkasa malam nanti. Gerimis memaksa turun dari awan yang berwarna jingga akibat pantulan mentari sore.
Beberapa wanita paruh baya berlarian keluar rumah untuk mengangkat kain jemuran. Mereka tidak menyangka akan turun hujan saat langit masih cerah. Mungkin bila kumpulan awan itu bisa berbicara, mereka akan berteriak.
Surprise!
Mitha berjalan gontai dari kejauhan. Tidak peduli dengan tetesan air yang mulai membasahi dirinya. Bahkan ia tidak meletakkan tangannya di atas kepala seperti beberapa bocah yang berlarian disampingnya dengan kedua tangan menutupi kepala mereka. Gadis itu tampak sedang serius memikirkan sesuatu.
“Ga bawa payung kamu, Mitha?” tanya Ibunya dari depan teras.
“Lupa, Bu,”
Nengsih telah mempersiapkan handuk kecil saat melihat Mitha dari ujung jalan. Ia mengusapkanya ke kepala anaknya, berusaha mengeringkan rambut anak gadis kesayangannya.
“Ibu…,” panggil Mitha singkat.
“Ya?”
“Kalau aku tidak menemukan jodohku, gimana?”
Tiba-tiba ibunya terdiam, kemudian memeluk Mitha dengan erat. Berkali-kali Nengsih mencium kepala anaknya itu. Mitha hanya pasrah menerima rasa cinta tersebut. Ia tidak berontak dan tidak pula menghindar. Ia merasa bersyukur memiliki ibu yang sangat sayang padanya.
“Permisi, Maaf?” Seorang pria berseragam warna biru tiba-tiba menyapa ibu dan anak itu.
Nengsih melepaskan pelukannya, lalu menyeka air matanya yang sebenarnya tidak nampak jelas.
“Ya?” tanyanya heran.
“Saya Erwin, petugas telkom.
Sebelumnya, kami minta maaf karena tiba-tiba memutuskan jaringan telepon rumah Ibu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu Kami ternyata salah memasukan nomor kode pelanggan yang menunggak. Malah nomor telepon Ibu yang ter-input, hehe….”
Ningsih langsung mengucap syukur dan mengadahkan tangan ke atas. Ternyata bukannya tidak ada panggilan telepon yang masuk ke rumahnya, melainkan jaringan telepon rumah yang tidak sengaja diputuskan oleh pihak telkom.
“Jadi, Bu, pihak kantor ingin memberikan dispensasi atau penggantian kerugian atas kejadian itu.”
Ningsih menerima sebuah amplop cokelat dan menandatangani dua lebar kertas bermaterai sebagai pertanda persetujuan.
“Dek, Erwin … anak gadis saya cantik ga?” Ningsih mencoba peruntungannya saat ini. Kejadian barusan tidak akan membuatnya lupa kalau petugas telkom itu adalah lelaki. Mitha kaget, kepalanya memutar ke arah ibunya.
Dengan malu-malu pria itu menjawab, “Cantik, Bu … cantik, hehe….”
“Kamu mau jadi pacar anak saya?!"
Erwin menelan ludah seketika. Jakunnya bergerak naik turun. Kedua bibirnya mengapit ke dalam, lalu ia mengangguk pelan.
Begitulah manusia. Terkadang mencoba mencari jalan keluar dengan cara mereka sendiri. Namun, Tuhan sering membukakan jalan dari pintu lain yang tidak disangka-sangka. Boleh jadi usaha Ningsih untuk mencarikan jodoh untuk anaknya adalah proses yang menentukan dibukanya pintu tersebut.
Terlebih lagi, apa yang telah dicapai oleh orang-orang kebanyakan, tidaklah pantas untuk dijadikan sebuah standar kebahagiaan. Ada yang telah berpasangan, namun nasibnya tidak jauh lebih beruntung daripada yang masih sendiri. Ibarat kata pujangga, ‘Boleh saja jones, tapi jangan lupa berdoa’.
****
Jeon_Eun MosaicRile Cleviya unemiraille HildaaaRosida17 AlfiNurhasanah stnurlaila Shinshinayu Jou-chan MeAtWonderland matchaholic rahmimth alisyachibimaruko cupchocochip achashierry Salviniamei Choco_latte2 pileuleuyan bulanbiru_ PenulisAbal-Abal Jagermaster bettaderogers CantikaYukavers Tyaswuri JuliaRosyad9 SerAyue brynamahestri NyayuSilviaArnaz EnggarMawarni YuiKoyuri holladollam veaaprilia sicuteaabis Bae-nih MethaSaja RaihanaKSnowflake xxgyuu Nurr_Salma verbacrania opicepaka destiianaa aizawa_yuki666 FairyGodmother3 Vielnade28 umenosekai somenaa rachmahwahyu glbyvyn TriyaRin AndiAR22 beingacid nurul_cahaya TiaraWales iamtrhnf Riaa_Raiye WindaZizty deanakhmad irmaharyuni c2_anin umaya_afs megaoktaviasd NisaAtfiatmico Icha_rizfia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top