tiga

Selepas daftar ulang dan segala keperluan pra kuliah Kay siapkan, kini dirinya sudah siap dengan seragam putih dan rok hitam semi span untuk mengikuti kegiatan PKKMB ... atau ospek. Entahlah senior-senior ini mendapat ide dari mana untuk mengubah istilah ospek menjadi Pengenalan Kehidupan Kampus untuk Mahasiswa Baru padahal yang dilakukan juga tidak jauh berbeda.

Kay seperti menjalani love-hate relationship dengan kegiatan ospek ini. Di satu sisi ia senang mengenal dunia baru yang bahkan beberapa bulan lalu masih belum sanggup ia bayangkan, tapi di sisi lain tugas dan hal-hal lainnya benar-benar menyiksa uang dan tenaga. Tak salah Kay ambil keputusan bekerja paruh waktu sebelum kegiatan kampus resmi dimulai.

Kakak tingkat Kay benar-benar tegas, tidak sedikitpun memberi celah agar junior-junior mereka melakukan kesalahan. Kay yang pada masa SMA jarang sekali kena tegur, kini malah diomeli salah satu kakak tingkat perempuan karena sepatu pantofelnya tidak mengilap. Iya, sesederhana itu alasannya.

Terus mengatur napas adalah satu-satunya opsi yang Kay pilih untuk meredam amarah, setelah berulang kali istighfar. Kegiatan ospek yang berlangsung hampir seharian penuh dan dilakukan selama dua minggu ini harus Kay jalani dengan susah payah, menjaga agar kesehatan baik fisik maupun rohaninya tetap terjaga. Jangan sampai kuliah belum dimulai, dia sudah ambruk duluan.

"Ayo cepat baris di belakang kakak pembimbing masing-masing." Kalimat itu terdengar di telinga Kay, mengalihkan atensinya pada segelas es teh yang baru ia minum tiga perempatnya. Terpaksa ia buang daripada harus kena omel hanya karena likuid segar berwarna cokelat itu.

Kakak tingkat Kay seorang laki-laki. Tidak terlalu tinggi ... kalau dibandingkan dengan Soobin, member TXT yang tingginya hampir menyentuh 190 sentimeter. Tapi untuk ukuran standar orang Indonesia, kakak tingkat Kay masuk di atas rata-rata, mungkin Kay hanya sebahunya? Entahlah.

Kalau dipikir-pikir, sepertinya ini kali pertama Kay bisa melihat presensi kakak tingkatnya secara dekat. Selain karena Kay lebih memilih untuk kalem dan baris di belakang, Kay juga tidak mempunyai alasan untuk memindai bagaimana rupa kakak tingkatnya ini. Yang Kay tahu sebatas nama panggilannya saja, Atha. Informasi yang sudah sangat cukup bagi Kay, karena masih belum ada tugas yang membutuhkan informasi lengkap tentang Atha.

"Saya absen dahulu seperti biasa," ucap Atha, disambut keheningan Kay dan teman-temannya. Nama Kay yang diawali huruf A jelas mendapat urutan absen atas.

"Azkayra Almisky," panggil Atha yang dibalas kata 'hadir' oleh Kay. Absen pun dilanjut sampai nama terakhir.

...

Kay kira kehidupannya di perkuliahan akan berjalan dengan aman dan tenteram, tapi lagi-lagi Kay harus menelan pil pahit. Bayangan kehidupan kuliah yang damai pupus dari benaknya, karena kini ia justru berada di serambi masjid yang sepi, hanya tersisa dirinya dan Atha. Iya, Atha menyuruhnya untuk menghampiri ke masjid kampus. Ada satu-dua hal yang ingin disampaikan, katanya. Kay yang tidak tahu apa-apa hanya mengangguk kaku sambil terus-terus bertanya, apa ia habis melakukan kesalahan di hari kesepuluh ospeknya?

"Azkayra, ya?" tanya Atha. Kay mengangguk ragu. Ia melirik ke arah stan minuman dingin, di mana Nasha—teman barunya—menemani Kay secara tidak langsung dengan memantaunya dari sana.

"Ada apa, ya, Kak? Apa saya melakukan kesalahan?" tanya Kay takut-takut.

"Asal mana?" Bukannya menjawab pertanyaan, Atha malah melontarkan pertanyaan baru.

"Surabaya, Kak."

"Alamat? Eh, enggak jadi. Udah tau." Kay yang awalnya menunduk langsung mendongak, menatap lurus ke arah netra Atha.

"Maaf, Kak ...?"

"Aku mau mampir, boleh?" Ya Tuhan.

"Tiba-tiba?" Kay tidak tahan. Tidak ada lagi raut wajah takut-takut, kini hanya rasa khawatir dan penasaran yang memenuhi kepalanya. Siapa orang ini? Mengapa tiba-tiba berkata ingin berkunjung?

"Emang enggak boleh nyamperin adek sendiri?" Siapa yang dipanggil adik? Kay semakin bingung.

"Kakak ngomong sama siapa? Saya anak tunggal, Kak. Enggak punya Mas atau Mbak."

"Bunda enggak cerita?"

>><<

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top