lima

Kehidupan Kay tidak banyak berubah meski fakta kalau dirinya dan Atha—atau Raz—adalah saudara kandung dan mereka berdua tidak tahu di mana orang tuanya.

Setelah pernyataan yang Raz ucap di kafe beberapa waktu lalu, semuanya seakan sudah direncanakan. Raz dan Kay mencoba untuk tes DNA—dan hasilnya tentu positif mereka memiliki gen dari ibu yang sama.

Apakah Raz dan Kay tinggal bersama? Tidak. Mereka memilih untuk tetap hidup seperti biasa, karena meskipun tanpa satu sama lain, mereka masih baik-baik saja selama ini.

Hanya terkadang Raz dan Kay pergi bersama saat akhir pekan, sekadar mengisi waktu luang di sela-sela tugas yang semakin tidak masuk akal. Entah hanya berputar di taman, pergi mengunjungi kos-kosan atau panti asuhan tempat mereka berdua tinggal, atau makan di angkringan pinggir jalan.

Meski sudah berusaha untuk tidak memperlihatkan kalau mereka 'ada hubungan', entah dari mata, mulut, atau telinga siapa kabar miring mulai menyebar ke fakultas Kay dan Raz. Memang tidak ada yang mengenal Kay yang hanya mahasiswa baru, tapi tidak dengan Raz.

Kalau Raz bisa digambarkan dengan satu kalimat, maka kalimat itu akan berbunyi, "Oh si Raz." saking terkenalnya laki-laki dengan kulit semi tan-nya itu. Kay juga belum tahu asal muasal Raz bisa terkenal, mungkin prestasi, entah.

Karena sudah kepalang basah, Raz sendiri memutuskan biarlah orang-orang menganggap mereka ada hubungan romansa atau semacamnya. Dua bersaudara itu juga tidak berniat untuk menyumpal satu-satu mahasiswa sefakultasnya untuk memberhentikan penyebaran 'berita' itu.

Pernah Kay iseng bertanya pada kakaknya yang terpaut dua tahun dengannya itu. Mereka sedang duduk menikmati film.

"Kak."

Raz berdeham.

"Udah tau rumornya enggak, sih?"

"Rumor yang mana?"

"Buset, emang ada berapa rumor?"

"Enggak tau, sih." He's giggling.

"Yang bilang kalo kita pacaran," jelas Kay.

"Oh, yang itu, tau. Kenapa?"

"Kakak enggak pernah ditanyain gitu sama temen-temennya Kakak?"

"Sering."

"Terus Kakak jawab apa?"

"'Kok kepo banget?'"

Kay mengulum bibirnya sambil mengangguk paham.

"Kamu sendiri pernah ditanyain, enggak?"

"Enggak ... kayaknya."

"Kok kayaknya?"

"Lupa. Hehe."

Dan berakhir. Kay tidak bertanya lagi dan Raz memang dari awal tidak ada niatan untuk bertanya.

Sebenarnya waktu awal Raz datang ke panti asuhan, Mbak Ratna menyikut Kay yang berdiri di sebelahnya.

'Siapa?' Kurang lebih seperti itu ekspresi Mbak Ratna kalau digambarkan dengan kalimat.

Kay pun menjelaskan—meski bagi orang yang mendengar jelas tidak bisa langsung percaya.

Sedikit diskusi terjadi di ruang tamu, berakhir dengan Mbak Ratna yang mulai percaya dan akan ikut menemani mereka berdua tes DNA. Saksi mata, katanya.

Jadi, begitu hasil tes keluar dan Mbak Ratna melihat dengan matanya sendiri kalau Atharrazka Rafisqy dan Azkayra Almisky adalah anak dari seorang ibu yang sama, Mbak Ratna membiarkan laki-laki jangkung itu mampir ke panti asuhan.

Semuanya berjalan baik-baik saja.

Atau mungkin hanya Kay yang berprasangka kalau semua berjalan baik-baik saja?

>><<

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top