Whattt!!
Kuhentikan sepedaku, dan terdiam tepat di sudut jalan yang tidak jauh dari keberadaan mereka. Aku mencoba untuk menjauh tetapi mereka yang begitu cepat datang menghampiriku. Lima orang laki-laki dan disusul dari belakang satu wanita dengan memakai sepatu botsnya, yang tidak sengaja sebelumnya aku pernah bertemu dengannya!
Jangtungku berdetak sangat kencang, memompa dengan begitu cepat dan napasku yang mulai terengah-engah. Kini keringat dingin mulai bercucuran keluar, aku mengingat-ingat siapa wanita itu.
Dan setelah kuingat-ingat kembali siapa dia? Dia adalah Claria! Musuh terbesar keluarga Mike, sekaligus vampir terkutuk!
Tubuhku yang tadinya tidak apa-apa sekarang menjadi sangat kaku dan sulit untuk bergerak.
"Kenapa mereka ada di sini?" gumamku dalam hati.
Dengan sangat cepat mereka seraya berlari menuju ke arahku dan dipimpin oleh Claria diikuti lima orang di belakangnya. Seperti melesat tidak bisa dilihat oleh mata, akhirnya mereka berada tepat di depanku kira-kira 5 meter dari tempat kuberdiri.
Lima orang laki-laki itu langsung mengepungku, di samping kanan, kiri, belakang dan dua di depan termasuk Claria.
Aku yang masih saja terdiam di tempat, tidak bisa berkata apapun. Bergerak saja tidak bisa. Aku takut kalau aku melakukan perlawanan, mereka malah akan langsung menggigit dan mengoyak leherku.
"Oo.. ini ya gadis yang merupakan milik Mike?!" ucap Claria seraya mendekatiku.
"Aromanya yang masih begitu segar!!" ucapnya sembari mengendus-endus sekitar leherku.
Aku yang tadinya masih memegang sepeda, kulepaskan pegangganku dari sepeda begitu saja, dan mencoba untuk berlari menjauh darinya.
Tetapi usahaku untuk lari dari mereka sia-sia. Masing-masing dari mereka menghalangiku dan langsung memegang kedua tanganku dengan kuat.
"Rupanya berani juga ya kamu, mau kabur," ucap Claria seraya menyipitkan matanya.
Aku hanya tetap terdiam, tidak menjawab perkataan Claria.
"Kemana pacarmu Mike itu pergi, meninggalkan dirimu sendirian?" ucapnya sembari mendekat dan mengendus-endus.
"Ya tuhan.. apa yang dilakukan monster ini," gumamku dalam hati.
Keringat dingin pun langsung terus seraya bercucuran keluar, saat ini aku memang sangat takut. Ingin rasanya mati di tempat.
"Dia cukup tega ya! Meninggalkanmu sendirian di luar sana. Dimana masih ada sekumpulan vampir yang tidak mematuhi peraturan berkeliaran," katanya dengan sedikit tertawa.
"Tidak, Mike tidak mungkin tega!" sahutku dengan nada yang cukup keras.
"Buktinya mana? Apakah dia sekarang ada di sampingmu?"
Aku pun seraya memberontak untuk melepaskan diri dari genggaman mereka. Tapi dengan sangat kuat mereka malah mengeratkan genggamnnya, hingga aku merasa kesakitan.
"Masih berani berontak!" Sembari memegang daguku.
"Aroma darahmu, membuatku tidak tahan lagi untuk tidak menggigitmu," lanjutnya.
Wajahnya seraya mendekat tepat di samping leher kiriku, suara geraman Claria pun terdengar jelas di kupingku.
Kulirik dan sesuatu keluar dari mulutnya, sebuah taring yang lancip seperti ujung pisau belati.
Aku yang tadinya terdiam, setelah melihat dia mengeluarkan senjatanya, seraya langsung aku memberontak lagi dan lagi, berteriak meminta tolong.
"Tolong!!!" ucapku dengan suara yang lantang.
"Mike Tolong!"
Tetapi sebelum Claria menancapkan taringnya ke leherku. Datanglah seseorang, yang langsung menarik Claria menjauh dariku, disusul dengan pukulan tepat di bawah dagunya.
Claria pun menggeram dengan sangat keras.
Sebelumnya aku tidak menyadari, bahwa laki-laki yang memegang erat tanganku. Sudah tergeletak di jalanan.
"Loui, kamu tidak apa-apa?" tanya seseorang yang tidak asing lagi kudengar.
Aku seraya berbalik ke arah suara itu.
"Ressa!!" teriakku dan seraya memeluknya.
"Kamu tidak apa-apa kan?"
"T-tidak, tapi dia hampir saja menggigitku Ress."
"Sudah Loui, ada aku di sini. Yang penting sekarang kamu tidak apa-apa," katanya sembari melepas pelukanku.
"Aku takut!"
"Sekarang kamu sudah aman Loui!"
"Makasih Ress, kalau kamu tidak datang tepat waktu mungkin aku sudah---" Belum sempat aku selesai berbicara Ressa langsung menyahutku.
"Sudah Loui. Lihat aku! Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Memegang kedua lenganku.
Aku yang masih shock hanya menganggukkan kepala.
"Ya sudah, ayo ku antar pulang."
"Iya," jawabku dengan singkat.
Seraya aku bergegas pulang bersama Ressa dengan menggunakan Mobil yang dibawanya.
*****
Setibanya di rumah, aku yang masih sangat shock hanya terdiam.
"Loui."
"-----"
"Loui."
"-----"
"Hei Loui! Kamu tidak apa-apa kan?!" tanya Ressa memegang pundak kananku.
"Udah nyampek rumahmu nih," lanjutnya.
"Eh iya Ress, makasih ya!" balasku seraya memeluk.
"Iya sama-sama, ini kan sudah kan sudah tanggung jawabku terhadap Mike," kata Ressa sembari melepas pelukanku.
"Ya udah ayo turun dulu," lanjutnya.
Keluar dari mobil, dan berjalan menuju pintu depan rumah.
Tiba-tiba aku melihat di kejauhan, seorang lelaki dengan sepedanya. Hem.. lebih tepatnya itu sepedaku, yang lupa aku tinggal di tempat kejadian tadi.
"Loh. Itu kan sepedaku." Mengernyit dengan sedikit heran.
"Iya Loui, kamu tadi kan pulang naik mobil sama aku. Terus sepedamu ketinggalan deh," ucap Ressa.
"Gimana keadaannya?" tanya lelaki itu dengan turun dari sepedaku.
"Baik-baik aja kok," sahut Ressa.
Aku hanya terdiam dan melihat ke arah laki-laki itu.
"Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihatnya," gumamku dalam hati.
Lelaki ini cukup tampan, memiliki postur badan yang cukup tinggi kira-kira 180 an tidak jauh berbeda dengan Mike yang tingginya 185.
Mempunyai manik mata yang kecoklatan dan terlihat sipit, juga terdapat lesung dipipi kanannya.
"Oh iya, Loui. Kenalin ini tunanganku!" ucap Ressa.
"Haa.. Ressa udah punya tunangan." Batinku.
"Hi.. Kenalin, aku Cristan," ucap laki-laki itu sembari tersenyum padaku.
"Loui!" balasku.
"Gimana tadi Claria?" tanya Ressa dengan menatap Cristan.
"Sial, dia berhasil kabur!" kata Cristan dengan sangat kesal.
"Kalau dia tidak segera dihentikan pasti dia akan kembali lagi," lanjutnya.
"Udah biarin, yang penting sekarang Loui tidak apa-apa," tegas Ressa.
"Ya udah Loui kamu sekarang sudah aman! Kami pulang dulu ya," lanjutnya.
"Mau pulang sekarang? Nggak mampir dulu?" ucapku.
"Mampir dulu, minum-minum apa gitu?" lanjutku.
"Oh tidak," kata Cristan.
"Tidak Loui, tapi makasih ya," sahut Ressa.
"Kenapa? Kalian kan sudah menolongku, aku ingin berterimakasih. Setidaknya mampir, minum dulu tidak apa-apa," ucapku sembari tersenyum.
"Maaf Loui, bukannya kami tidak mau. Tapi kamu lupa ya, kalau kami bukan manusia?! Apa kamu mau menyuguhkan segelas darah?" ucap Ressa dengan sedikit tertawa jail.
"Segelas darah?!" Tersentak.
"Kenapa aku bisa lupa ya, kalau mereka itu vampir. Aduuuhhh!" gumamku dalam hati.
"Takut ya," tanya Cristan seraya ikut tertawa.
"Sudah, sudah ayo kita pulang sayang," ucap Ressa melihat ke arah Cristan.
"Ya sudah. Cepet pulang sana!" ucapku.
"Tadi aja disuruh mampir, setahunya aku ngomong tentang darah aja. Loui udah ketakutan!" balas Ressa dengan tertawa lebih keras.
"Ya udah Loui. Sampai ketemu besok," lanjutnya.
Mereka seraya bergegas pulang, dengan menggunakan mobil berwarna abu-abu itu.
Aku pun segera masuk ke rumah.
"Bibi Lena?"
Kulihat bibi sedang menyiapkan makan malam di dapur.
"Bibi!" Seraya aku langsung memeluk dari belakang.
"Ada apa Loui, mengagetkan bibi saja!" Melirikku.
"Tidak bi, tidak ada apa-apa kok!" Melepaskan pelukan.
"Bibi masak apa nih? Baunya enak sekali," tanyaku
"Ada deh, nanti kamu juga memakannya," ucap bibi sembari mengaduk masakannya.
"Udah jam segini, cepat mandi Loui," lanjutnya.
"Oke bi," jawabku sembari tersenyum.
*****
Hari ini merupakan, hari yang paling menyeramkan selama hidupku. Belum pernah aku melihat seorang vampir menggeram di hadapanku dan seraya ingin menggigitku.
Apa yang terjadi, bila monster itu menggigitku? Ataukah aku akan menjadi seperti mereka? Ataukah malah aku akan mati?
"Aduh. Ngomong apa sih aku ini," gumamku dalam hati sembari menepuk kedua pipiku.
Segera aku berhenti memikirkan kejadian tadi dan bergegas keluar kamar, menuju ruang makan untuk makan malam bersama bibi.
Tepat pukul 20.05 aku selesai makan dan bergegas kembali ke kamar. Dan tiba-tiba terlihat seseorang yang tak asing lagi bagiku.
"Ressa?" ucapku yang sedikit kaget.
"Hy Loui," balas Ressa sembari berdiri menatap ke arahku.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku, menghampirinya.
"Gini Loui. Aku cuma ingin memastikan kalau kamu benar-benar aman," jawabya.
"Aku aman kok Ress!" Tegasku.
Dan kuajak dia duduk di tempat tidurku.
"Tidak, maksudku aku tidak melihat kalau kamu benar-benar aman Loui," sahut Ressa.
"Aku melihat, kalau Claria akan mendatangaimu malam ini," lanjutnya.
"Apa?! Claria," ucapku
"Iya, kulihat Claria sedang akan menuju kemari."
"Tapi nggak mungkin lah. Dia kan tidak tahu rumahku Ress!"
"Ingat ya Loui, vampir itu bisa mencium bau seorang manusia dengan sangat tajam, jadi seberapa jauh jarak pasti akan ketemu," jelas Ressa.
"Jadi Claria bisa mencium bauku?"
"Iya," balas Ressa singkat.
"Terus sekarang gimana?" tanyaku yang mulai gelisah.
"Tenang, kan aku di sini!"
Aku hanya menganggukkan kepala.
Setengah jam sudah terlewati, aku dan Ressa menunggu. Apakah yang dikatakan oleh penglihatan Ressa benar atau salah.
Tapi tiba-tiba...
"Hi semua," ucap seseorang, masuk melewati jendela kamar dan ternyata.
"Apa sih, Cris," sahut Ressa.
"Ya ampun Cristan ya. Mengagetkan saja." Sembari meliriknya.
"Iya, iya. Maaf!" ucapnya sembari turun dari jendela dan menghampiri kami.
"Gimana? Apa ada tanda-tanda Claria," ucap Ressa.
"Kali ini aku belum bisa melihat tanda-tandanya," sahut Cristan.
"Apa yang dilakukannya?" tanyaku.
"Aku tadi sengaja datang telat, karena memang aku sedang mengintai dari luar tepat seberang jalan Loui," tegas Cristan.
"Iya, tadi sebenarnya kami kesini bersamaan. Tapi Cristan mempunyai ide dan menyuruhku untuk datang duluan," sahut Ressa menatap ke arahku.
"Oh gitu!"
"Tunggu!" ucap Cristan yang lagi-lagi mengagetkan.
"Aku mencium bau Claria!" lanjutnya.
"Apa?" Mengernyit dengan sedikit kaget.
Aku pun seraya menjauh dari jendela dan Cristan mendekat ke jendela untuk memastikan, mengendus sekitar udara luar.
Tetapi usaha Cristan untuk mengetahui keberadaan Claria gagal. Ressa melihat Claria pergi ke arah yang berbeda.
"Kurasa Claria tidak berani kesini!" ucap Ressa.
"Bagaimana bisa?! Aku sudah mencium bau Claria yang begitu dekat dari sini," sahut Cristan melirik ke arah Ressa.
"Iya tadi dia menuju kesini. Tapi mungkin karena dia melihat kita di sini. Jadi dia takut, dan sekarang menuju ke arah utara jauh ke dalam hutan. Itu yang kulihat sekarang," ucap Ressa menatap ke arahku dan Cristan.
"Jadi Claria sudah pergi?!"
"Kemungkinan besar iya," ucap Ressa.
"Penglihatanku tidak mungkin salah," lanjutnya.
"Aku juga sudah tidak menciumnya!" sahut Cristan.
"Terimakasih Tuhan." Menghela napas.
"Tapi bagaimana kalau dia kembali?" lanjutku.
"Apa kita menginap di rumah Loui saja," tanya Ressa manatap Cristan.
"Tidak usah," sahutku.
"Tidak apa-apa kok Loui," balas Cristan.
"Iya kan kita udah janji sama Mike untuk menjagamu Loui," sahut Ressa dengan memegang kedua lenganku.
"Tapi----" Belum selesai aku berkata Cristan langsung menyahut.
"Sudahlah Loui, kami akan tetap di sini," tegasnya.
Malam itu tepat pukul 23.15, kami berdua bergegas untuk membaringkan diri di tempat tidur. Sedangkan Cristan yang masih berjaga-jaga, terduduk di kursi samping tempat tidur.
_________________
Author pov
Satu jam pun sudah terlewati, akhirnya Louis tertidur di tempat tidurnya. Sementara Ressa dan Cristan yang masih bersiaga di dekat Louis...
Akhirnya udh aku publish kelanjutannya. Jangan lupa setidaknya tinggalkan jejak ya! Jgn lupa votenya.
Terimakasih☺
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top