Happen!
Gelap!!!!!!!
Aku tidak bisa melihat sekeliling, semuanya hitam. Terasa sakit tepat bagian tangan, kurasakan sesuatu telah mencakarnya.
Sentuhan yang terasa dingin seperti es, mendarat tepat di telapak tangan, hingga aku tertarik ke dalam jauh kegelapan..
Entah apa yang terjadi, ku mencoba melepasnya tetapi sulit!
Setelah jauh berada dalam kegelapan, ku merasakan sentuhan hangat di tanganku, yang tadi dingin seperti beku, sekarang menjadi hangat sehangat pelukan..
Kulihat sebuah cahaya di depan tidak jauh dengan aku melangkah, sebuah senyuman tepat di depan mata, seseorang telah membawaku kembali..
"Mike!!!" teriakku memanggil nama Mike.
Terdengar suara ketukan berasal dari pintu kamarku.
"Loui.. kamu kenapa?" Ternyata Bibi.
"Tidak apa-apa kok," ucapku yang masih duduk di tempat tidur.
"Oo.. ya sudah cepat mandi. Kulihat temanmu sudah menunggu di depan," balas bibi yang masih di balik pintu kamar.
"Iyaa."
"Teman?! Apa mungkin itu Mike?" gumamku dalam hati.
Segera aku bergegas untuk mandi dan makan.
*****
"Sudah lama ya?" ucapku sembari menutup pintu depan.
"Oh, tidak kok. Tapi meski harus nunggu lama pun juga tidak apa-apa, karena yang aku tunggu orangnya manis." Melirikku sembari tersenyum manis.
"Hmm.. ngegombal saja terus," gumamku.
"Tidak aku tidak menggombal, tapi beneran memang kamu manis Loui!"
"Sudahlah, ayo berangkat!" Pipiku yang tadi biasa aja sekarang terlihat seperti buah tomat.
Segera aku menaiki motornya.
(Di perjalanan)
"Oh iya Loui, nanti sepulang kuliah mau kuajak ke rumahku?" Menyetir sembari menoleh ke belakang.
"Apa?! Ke rumahmu?" ucapku.
Aku memikirkan hal aneh,
"Kenapa Mike tiba-tiba mengajakku ke rumahnya? Jangan-jangan---" gumamku dalam hati.
"Hei.. jangan berpikir yang aneh-aneh, aku tidak akan menyakitimu!" sahutnya.
"Ingat ya, aku tahu apa yang kamu pikirkan," lanjutnya sembari menoleh ke belakang.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan saja.
*****
Jam belajar pun sudah selesai, ya tepat pukul 14.00. Belum sempat aku berdiri, dengan sigap Mike langsung memegang tanganku dan menarikku untuk berdiri.
"Ayo," ucap Mike.
Aku terdiam, cukup dengan menuruti kata-katanya seraya mengambil tas, bergegas meninggalkan kelas.
Setengah jam perjalanan akhirnya sampai di sebuah rumah besar dan megah. Tapi menurutku lebih pas aku menyebutnya ini seperti Istana. Ya tepat istana kerajaan vampir yang seperti di dongeng-dongeng.
Mike seraya mematikan mesin motornya dan menyuruhku turun.
"Sudah sampai, silahkan turun tuan putri," ucap Mike yang begitu lembut terdengar di kupingku.
Aku pun seraya turun, dan Mike kembali memegang tanganku. Berjalan menuju pintu yang begitu besar dan tinggi.
"Ini benar rumahmu?"
"Iya," jawabnya dengan singkat.
Di bukanya gerbang itu, sebuah taman tepat terlihat di depan mata. Begitu banyak tanaman dan juga beberapa bunga..
Mike pun berjalan lurus menuju ke arah taman itu dan masih memegang tanganku, aku pun seraya mengikutinya dari belakang.
Dan dia menyuruhku untuk duduk di kursi kayu yang ada di samping taman itu, segera dia juga menyusul duduk di sebelahku.
"Kamu tinggal sendiri ya?" ucapku.
"Sepertinya tidak ada orang, selain kita berdua?!" lanjutku.
"Tidak, aku tinggal sama Ibu dan Ayahku. Tapi sejak kemarin malam, Ayah dan Ibu ada urusan di luar kota, jadi aku sendirian!"
"Memangnya ada urusan apa?" tanyaku.
"Urusan bangsa vampir."
Aku seraya langsung menelan ludah, setiap mendengar kata-kata itu, rasanya sekujur tubuhku kaku.
Mike pun langsung melanjutkan alasannya kenapa dia membawaku ke sarang mereka lebih tepatnya rumah.
"Loui.. aku sengaja mengajakmu kemari," ucap mike.
"Maafkan aku Loui, gara-gara kejadian kemarin sore," lanjutnya.
"Iya, kenapa sih? Jadi kamu ngajak aku kesini cuma mau minta maaf tentang kejadian kmarin sore?" tanyaku.
"Iya bukan itu juga, tapi karna menurutku di sinilah aku bisa menjelaskan semua tentang kejadian kemarin sore," ucap Mike seraya memegang tanganku.
"Mereka adalah musuh terbesar keluargaku, vampir wanita itu bernama Claria sedangkan laki-laki itu bernama Jacob. Aku berhasil membunuh salah satu dari mereka, tapi Claria berhasil melarikan diri," lanjutnya.
"Tunggu, apa hubungannya denganku?"
"Jadi gini, biar aku perjelas ya. Mereka musuh keluargaku dan siapa pun yang akan berhubungan dengan keluargaku atau pun aku. Mereka akan menjadi sasaran selanjutnya," jelas Mike menegaskan.
"Haa.. sasaran selanjutnya. Jadi maksudmu aku akan menjadi sasarannya?!" ucapku dengan sedikit takut.
"Maafkan aku Loui, tapi aku berjanji akan menjagamu." Mengeratkan genggamannya dan menatapku.
"Aku takut Mike!"
"Jangan takut, ada aku di sini."
"Percayalah Loui.. aku tidak akan meninggalkanmu, aku sayang kamu Loui," tambahnya.
Seraya tubuh Mike mendekat hingga akhirnya dia memeluk erat tubuhku.
"Aku boleh bertanya sesuatu padamu?" tanyaku yang masih berada dalam pelukan Mike.
"Apa?" Melepaskan pelukan dan seraya memegang kedua lenganku.
"Apa kamu mencintaiku Mike?"
"Iya, aku mencintaimu lebih dari apapun. Aku rela walau harus mati demi kamu," balasnya.
"Memang kamu udah mati kan?!" ucapku dengan sedikit tertawa kecil.
"Eh.. iya yaa," balas Mike sembari tertawa.
"Tapi kalau harus mati untuk yang kedua kalinya aku rela kok."
"Apa sih kamu," sahutku dengan sedikit malu.
"Sejak pertama aku melihatmu, entah perasaan apa yang aku rasakan, aku ingin terus bersamamu, selalu ada di dekatmu." Melirik ke arahku.
"Aku tau ini sulit, tapi aku tidak ingin membohongi perasaanku sendiri Loui," lanjutnya.
"Maafkan aku Mike," sahutku.
"Aku tidak bisa!"
"Kenapa Loui, apa karna aku Monster?!" Menatapku sembari memegang tanganku.
"Maafkan aku." Melepaskan genggaman Mike.
"Loui, jujur padaku. Apa karna aku bukan manusia, aku monster yang tidak mempunyai jiwa dan pembunuh berdarah dingin?"
"Aku tidak ingin mengingatnya lagi Mike."
"Setidaknya bicaralah padaku Loui, itu pun untuk mengurangi bebanmu."
Memang sangat sulit jika aku yang terus memendam kenangan pahit itu, usahaku untuk menguburnya dalam-dalam pun kini kugali kembali dan aku pun menceritakan semua kejadian yang menimpa keluargaku delapan bulan lalu.
"Dulu, waktu aku mendengar suara jeritan itu, aku keluar kamar dan mereka semua. Ibu serta Ayahku sudah tergeletak tak sadarkan diri. Waktu aku memeluk Ayahku yang keadaannya setengah tak sadarkan diri berkata 'para monster yang melakukan!' Itu kata-kata terakhir yang diucap Ayahku. Dan semua sudah terlambat, mereka sudah tiada Mike," jelasku dengan menitihkan air mata.
Mike pun langsung memeluk tubuhku.
"Sudah Loui. Aku janji akan membalas semua yang menimpa keluargamu." Sembari mengelus kepalaku.
"Bagaimana caramu bisa membalasnya?! Aku saja tidak tau siapa yang melakukannya," kataku dengan lirih tetapi masih bisa terdengar.
"Aku tahu siapa yang melakukannya!" ucap mike, melepas pelukanku dan menghapus air mataku.
"Siapa?"
"Mereka adalah para Vampir dari keluarga Claria, mereka yang begitu masih menggairahkan darah manusia."
"Memang apa bedanya dengan vampir lain?" ucapku dengan lirih.
"Iya berbeda. Apa kamu tidak menyadarinya?" balas Mike dengan serius.
"Vampir seperti keluarga Claria kalau sudah ketemu dengan mangsanya, ya tepatnya manusia mereka tidak akan bisa mengontrol diri untuk tidak menggigitnya. Nafsu yang dimiliki vampir lebih kuat. Keluargaku memang monster sama seperti mereka, tapi kami sudah membuat keputusan bersama dengan bangsa vampir lain, untuk tidak meminum darah manusia. Itu merupakan keputusan yang sangat sulit bagi kami, tapi memang sudah direncanakan agar bangsa vampir dan manusia bisa tetap berdamai. Tetapi ada satu keluarga yang tidak menyetujui keputusan itu, ya.. keluarga Claria! Kemungkinan besar merekalah yang membunuh keluargamu," ucap Mike sembari melirikku.
"Apa kamu yakin?" tanyaku dengan memegang tangan Mike.
"Iya! Vampir mana lagi kalo bukan keluarga Claria?!" kata Mike.
"Aku takut Mike!" Mengeratkan genggamanku.
"Bagaimana kalau mereka tiba-tiba menyerangku dan langsung membunuhku."
"Aku selalu ada di sini Loui, aku akan menjagamu! Kalau perlu 24 jam sekaligus," ucapnya sembari tersenyum.
"Memangnya kamu bisa?"
"Ya bisalah, apa sih yang enggak buat kamu!" katanya yang langsung memegang daguku.
Pipiku pun seketika berubah menjadi kemerah-merahan, aku pun seraya langsung tersenyum malu.
"Nah.. gitu senyum kan tambah manis," ucap Mike yang masih memegang daguku.
"Ah, biasa aja," balasku dengan menahan malu.
"Oh iya Loui.. udah hampir malem nih. Ayo ku antar pulang." Berdiri seraya meraih tanganku.
Aku pun seraya bergegas meninggalkan rumah Mike.
_______________
Author pov
Setengah jam perjalanan, Louis pun sampai di rumah. Tepat pukul 18.10, dan seraya bergegas untuk mandi.
Louis yang masih memikirkan tentang apa yang dikatakan Mike, cukup terdiam di kursi tepat sebelah tempat tidurnya.
Apa yang dikatakan Mike itu benar?
Dia seorang vampir dan juga mencintai Louis?
Apakah seorang vampir bisa tulus mencintai seorang manusia?
Apakah perkataannya bisa dipercaya?
Seorang monster tanpa jiwa, pembunuh berdarah dingin ingin melindungi Louis?
Kata-kata yang ada difikiran Louis seperti menghantuinya, menetap di otak yang terdalam. Sulit untuk dilupakan, sekarang tepat pukul 22.00, Louis seraya membaringkan tubuhnya untuk tidur.....
_______________^_^
Makasih yaa bagi kalian yg sudah membaca kelanjutan ceritaku, oh iya bagi kalian yg suka dan tdk ingin ketinggalan add(library)
Jangan lupa untuk vomment sama votenya yaa..
Tunggu eps selanjutnya
Sekian!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top