Rizkywahyufir: 'Antima: The Denial' oleh Andywylan
Ketika Orang Mulia seperti Khass Tertimpa Siksaan Bertubi-tubi yang Lebih Pedih daripada Kematian
Judul: Antima: The Denial
Pengarang: @Andywylan
Genre: High-fantasy, dark-fantasy, spiritual
Tahun: 2020
Jumlah: 68 bab
Status: Tamat
Blurb:
"Khass memang seorang Guru Muda, tetapi Par takkan menyerah untuk menyeretnya keluar dari perguruan menuju neraka dunia.
"Khass semula adalah bocah asuhan Kamitua yang tak pernah keluar desa perguruan. Namun dibujuk Par si monster hingga terseret ke perbudakan telah membuka mata Khass akan bara api dunia yang semula dikira gemerlap. Teka-teki tersebar di berbagai tempat Khass menginjakkan kaki.
"Dunia Khass yang awalnya sebatas ayam panggang, hapalan doa, dan cambukan peringatan kini beralih seheboh letusan-letusan kembang api di puncak tenda sirkus, atau seheboh canda tawa bangsawan pada pesta-pesta hangat di atas peperangan. Khass bahkan bukan seorang Khass lagi, dan ia benar-benar membutuhkanmu untuk menemaninya mengais identitasnya yang sebenarnya.
"Jadi, maukah kamu menemani Khass."
***
Mau!
Itulah jawaban yang langsung terlontar dari mulut. Aku sangat suka dengan nama Khass. Entahlah. Tetapi sejujurnya, aku memilih buku ini sebagai bacaan ketika melakukan survei sebelum ikut event writteninaction. Pada kala itu, Januari 2022, ada 15 karya yang bersarang di daftar featured story, lalu perhatianku jatuh di buku ini: Antima.
Aku mengunjungi akun penulis, Andywylan, lalu mendapati judul lengkap Antima adalah Antima: The Denial. Mbak Andy—akan kusebut seperti ini—menulis buku tersebut dari pembuka dari tetralogi berjudul Anti series. Jadi, untuk mempersingkat, aku akan menyebut Antima: The Denial sebagai ATD.
Sampul sangat menarik, sebab Mbak Andy memang lulusan DKV yang sangat berbakat. Aku suka. Dari blurb, aku bisa menduga bahwa penulis sedang mengangkat isu spiritual dengan balutan fantasi pekat nan memukau. Karena itu, keputusanku semakin bulat untuk membaca ATD, dan Maret 2022, petualanganku di dunia ATD dimulai.
Sinopsis
Rasa ingin tahu ke dunia luar berakhir buruk, Khass—seorang Guru Muda yang polos—mendapati kesusahan bertubi-tubi setelah mendengar bujukan iblis dari dunia luar. Dalam perguruan, Khass dididik keras oleh Kamitua, sehingga tidak berani bertanya banyak. Hingga Par sang iblis memasuki desa dengan menyamar, menyibak rahasia yang perlahan terbuka tentang siapa diri Khass yang sebenarnya.
Ketika Khass pertama kali melanggar larangan untuk pergi ke kota, dia malah tertimpa petaka yang lebih berat daripada cambuk dan tendangan. Dia disergap oleh oknum lakar yang menculik anak-anak untuk dijadikan sebagai budak, atau lebih buruk. Khass dikorbankan dalam percobaan manusia. Usaha kekaisaran untuk mendapatkan host dari kombinasi iblis dan manusia, membuahkan dendam, termasuk pada diri Khass, yaitu untuk mengakhiri hidup Profesor Desmond.
Hampir Khass mendekati ajal, tetapi Jenderal Curtis menyelamatkan semua budak, dan situs pun dihancurkan. Namun, Khass yang sudah bukan manusia lagi harus menjalani hidup yang haus darah. Ketika ia pulang ke desa, dia malah membumihanguskan semua. Par yang licik memperdayainya.
Sementara itu, Caellan—sosok kakak lelaki Khass yang tak pernah ditemui—menyelamatkan sang adik dengan mencari ke seluruh negeri. Dia bahkan rela bergabung dengan sirkus yang diisi oleh host, Cirque due Lumia. Di sana, Caellan akan menemukan Khass bersama bantuan Elena—host yang berhasil kabur bersama Khass saat pembebasan situs perbudakan.
Hingga pada akhirnya, semua dendam dapat berkumpul. Ketika Khass mencapai korban terakhir dari hasil bujukan Par, ia bertemu dengan Profesor Desmond. Di saat yang sama, Caellan menemukan sang adik. Keduanya bertarung untuk tujuan yang sama untuk membayar masa lalu yang tidak bisa diubah. Namun, Par malah tertawa puas, sebab ini semua termasuk bagian rencananya untuk bebas ke dunia nyata.
Kehidupan Khass—atau bernama asli Rayford—berubah ketika harus menjadi pemakan darah seperti iblis, padahal dia adalah guru muda. Dengan kemunculan Kaisar
menyelamatkan Khass, cerita berlanjut ke buku dua. Mengapa Kaisar malah menyelamatkan Khass, padahal merekalah yang menciptakan situs perbudakan?
Pesan dan Kesan Subjektif
Secara garis besar, aku sangat puas membaca ATD. Dengan 60 bab lebih, aku bisa terbayang novel ini pasti berbentuk buku kelas dunia jika diterbitkan. Aku pun menanti hari itu. Secara singkat, ATD terdiri dari empat arc: desa, situs perbudakan, realisasi, sirkus. Aku pribadi, sangat menyukai arc situs perbudakan sebab emosinya sangat mantap, sedangkan aku tidak suka arc desa, sebab aku sendiri bingung cerita mau dibawa ke mana. Meski begitu, arc desa sendiri punya level di atas rata-rata jika dibandingkan dengan arc buku-buku lain.
Aku suka dengan tokoh-tokoh yang amat realistis. Pernah membaca karya-karya bertokoh seganteng dan secantik model? Kalian tidak akan menemukannya di ATD. Semua tokoh memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu, setiap tokoh punya latar belakang dan tujuan masing-masing. Setiap dialog yang hendak disampaikan amat mengena. Kita hampir bisa mengetahui siapa yang sedang berbicara. Oh ya, aku hampir lupa. Aku sangat suka Khass. Kamu akan menemui plot twist yang mengejutkan di sana.
Aku hampir menangis tiap membaca ATD. Topik yang diangkat sangat penting bagi banyak manusia, terutama di zaman serba modern. Banyak kejelekan yang dibalut kesenangan sehingga kita lupa bahwa hal tersebut adalah dosa. Namun, setelah membaca novel ini, aku seperti teringat dengan kata-kata ulama. Gemerlap dunia, meski membuatmu penasaran, jangan sampai kau menurutinya. Aku pun ingin menyalahkan Khass sebab lalai kepada perintah Kamitua. Namun, aku tak bisa membenarkan Kamitua, sebab Khass harus tahu jati diri yang sebenarnya. Gila, Mbak Andy berhasil mengaduk-aduk hati pembaca.
Kelebihan
First banget, aku mau mendeklarasikan ATD punya konsep yang out of the box dan antimainstream. Aku juga suka tema yang dibawa tentang fantasi, spiritual, dan politik. Selain menghibur, ATD juga mampu membangkitkan awareness sehingga hati semakin terbuka di setiap bab yang disuguhkan. Misalnya, tentang realitas nasib anak-anak yang banyak diperlakukan abusif. Lalu kasus perbudakan yang amat menyindir kaum kuat yang menindas dengan kekerasan. Keren! Hatiku terenyuh ketika membaca ini semua.
Hal kedua yang ingin aku puji adalah gaya bercerita Mbak Andy begitu mengalir. Aku sampai membaca kata demi kata amat khidmat. Aku tidak meloncati satu pun meski satu bab berjumlah dua ribuan kata, ya lumayan banyak untuk dihabiskan dalam sekali baca. Walau begitu, ATD benar-benar seperti novel fisik yang layak diterbitkan di toko-toko buku. Sumpah, aku amat heran ketika ATD masih belum diterbitkan hingga sekarang.
Aku jatuh cinta dengan banyak tokoh. Pertama, Khass. Dia sangat polos dan aku ingin menculiknya. Sayang, aku tidak bisa melihat Khass yang sama setelah di ending. Kedua, aku suka Profesor Desmond. Iya, aku tahu dia adalah antagonis utama. Tapi dia ditulis dengan sangat menjiwai, sampai hati kecilku bersorak ketika melihat kekalahannya. Ketiga, Elena. Dia adalah gadis yang amat baik dan penurut. Aku benar-benar berharap agar dia bisa bertahan hidup nantinya hingga akhir. Sisanya, aku tidak terlalu jatuh cinta sebab terlalu abu-abu. Bahkan, aku tidak tahu sebenarnya tokoh abu-abu tersebut harus ditaruh di sebelah mana
untuk diandalkan. Tapi meski begitu, tokoh-tokoh ATD masih terngiang-ngiang sampai sekarang!
Kekurangan
Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi ... untuk jumlah bab 60-an, dan hanya mencakup 4 arcs. Sweetie, itu terlalu sedikit. Dan benar ketika kubaca. Hampir bab penting hanya berada di dekat klimaks, awalan, dan akhiran. Sisanya seperti chit chat biasa. Ada yang bilang slow paced, tetapi Mbak Andy sukses menyajikan klimaks saat situs perbudakan dihancurkan dengan amat apik dan sat set sat set dar bum bum BOOM! Jadi, mungkin aku akan mengatakan, Mbak Andy harus membikin cerita lebih efektif lagi ya! Biar enggak membosankan gituuu.
Lalu ada satu poin lagi. Ini menyangkut terkait deskripsi. Sebenarnya, Mbak Andy sudah jago di bagian deskripsi dan diksi. Hanya saja, aku mendapati ada beberapa hal yang tidak dideskripsikan, masalahnya sangat fatal. Beberapa kali, Mbak Andy tidak mendeskripsikan tokoh. Aku tidak tahu bagaimana penampilan Kamitua, termasuk Profesor Desmond, dan antek-antek Erfalen lainnya. Ya, aku tahu Mbak Andy sudah mendeskripsikan latar dan aksi yang amat slay. Tapi terkadang masih blunder di tokoh. Aku harap, Mbak Andy bisa membuat semua tokoh dicintai banyak orang ke depannya hehe!
Kesimpulan
Aku suka membaca ATD. Sangat suka! After-test-nya melekat kuat meski sudah lama menyelesaikannya. Aku pikir, kamu akan merasakan hal yang sama. Bagi para pecinta fantasi, kamu pasti akan menyukainya. Bagi para pecinta spiritual atau pemikiran-pemikiran filosofis, kamu pasti akan menyukainya. ATD tidak bisa disamakan dengan novel-novel dark-fantasy sejenis. Aku sendiri, bahkan belum pernah menemukan novel yang mengangkat topik secerdas ATD. Jadi, aku jamin kamu, pasti kamu akan suka dengan ATD. Cepat atau lambat.
Penilaian
Agar objektif, aku menggunakan parameter penilaian yang digunakan pada Wattys. Ada enam aspek yang akan dinilai, yaitu tokoh, hook, suara, latar, tempo, dan keterbacaan. Berikut rinciannya.
Tokoh: 4,5/5
Aku harus bilang apa? Tokoh-tokoh di ATD sangat iconic. Aku sangat suka dengan Khass dan segala kepolosannya. Aku suka Par dengan kelicikannya. Aku pun suka Profesor Desmond sebab dia berhasil menjadi tokoh jahat. Akan tetapi, aku kurang suka Caellan, dan beberapa tokoh antagonis lainnya. Karakter di ATD sangat greyish, sehingga aku sulit untuk mendukung atau menentangnya. Misalkan saja, Mbak Andy menulis karakter yang kalau jahat, beneran jahat, pasti mantap! Soalnya, protagonisnya sudah keren lho!
Hook: 4,5/5
Kekerasan terhadap anak-anak adalah pembuka yang sangat menjanjikan. Hatiku terenyuh dan langsung benci kepada Kamitua sebab sering melukai anak asuh. Namun, untuk sebuah hook, masih belum kuat, sebab the real hook-nya malah tidak berada di awal. ATD sangat menarik di bagian situs perbudakan, kurang lebih itu berada di arc kedua dari empat arc. Jadi,
untuk orang-orangnya yang tidak sabaran, kemungkinan besar mereka terlalu lama untuk mendapatkan momen yang berkesan seperti ini.
Suara: 4,9/5
Tidak perlu dipertanyakan lagi. ATD punya narasi yang sangat kuat. Dewasa, berkelas, dan elegan. Aku suka membaca narasi yang punya nyawa sendiri. Hanya saja, kadang-kadang aku merasa narator tidak netral, sehingga aku—sebagai pembaca—malah waspada sendiri terhadap narasi. Untuk tokoh-tokoh, tidak perlu dipertanyakan lagi, mereka punya suara yang amat memorable. Aku suka membacanya. Perfecto!
Latar: 5/5
Poin ini adalah yang terkuat dari ATD. Ketika aku baru pertama kali masuk ke sini, aku disuguhkan dengan dunia yang indah, tetapi sakral. Apalagi ditambah dengan penggambaran diksi yang memikat. Aku dibuat jatuh cinta. Penggambaran yang disuapkan sendok per sendok mempermudah pembaca dalam mencerna. Peta yang disuguhkan tidak langsung dijelaskan semua, tetapi perlahan diungkap sesuai kebutuhan cerita. Tak ada catatan yang mengganjal tentang latar. Baik latar tempat maupun waktu, semua slay! Oh, apalagi latar waktu yang menggunakan kalender penanggalan sendiri, amat jenius!
Tempo: 4/5
Nah, dari sini, aku ingin mengutarakan kejanggalan yang kurasakan. Sebenarnya tidak terlalu signifikan, tetapi berakibat menurunkan kegurihan cerita. Tempo ATD relatif lambat. Dengan bab sejumlah lebih dari 60, aku menduga akan banyak cerita menakjubkan yang disuguhkan. Sayangnya, hanya ada empat arc cerita. Meski begitu, tidak mengganggu. Mungkin, jika Mbak Andy mau mempercepat beberapa bagian yang tidak penting dan memotong adegan yang tidak relevan. ATD jadi cucok meong. Oh ya, meski begitu, penggambaran tempo yang sesuai sudah diimplementasikan oleh Mbak Andy. Pada titik tengah dan klimaks, Mbak Andy berhasil menyuguhkan tempo yang cepat, sampai aku menjadi degdegan tiap membaca satu per satu kata. Pecah!
Keterbacaan: 5/5
Bagian ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Spesialisasi Mbak Andy ada pada diksi dan seberapa mengalir sebuah cerita. Diksi yang digunakan amat kaya, berkelas, tetapi bisa dimengerti. Selain itu, penggambaran cerita melalui setiap paragraf amat mengalir. Kamu tidak akan menemukan tulisan yang bikin kamu kagok atau sejenisnya. Satu kata: nagih!
Total: 4,65 / 5
***
Demikian resensi tentang ATD. Aku amat menyukai novel ini. Sumpah, aku berharap ATD bisa diterbitkan. Aku juga mengajakmu membaca ATD, sebab kamu akan banyak belajar di sini. Kamu akan dapat ilmu menulis, juga nasihat yang syarat makna. Hati yang keras, mungkin akan lembut setelah membaca ATD.
Sebelum berpisah, aku mau menekankan sekali lagi, resensi ini dibuat semata-mata pendapat pribadi bagiku. Aku menilainya berdasarkan ilmu yang kuketahui sejauh ini. Jika ada poin
yang tidak setuju, aku sangat terbuka untuk menerima pendapat kalian. Mari kita berdiskusi dengan cara yang sopan.
Sekian. Sehat selalu!
— rizkywahyufir
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top