Bagian 6 : Merelakan
Suatu hari, aku terbangun ketika dia memelukku sambil menceritakan sesuatu. Aku tidak terlalu mendengarkan. Tapi yang jelas dia tersenyum lebar sambil berkata padaku, "Hey, akhirnya kamu bangun. Aku punya kabar baik."
"Sebentar lagi kami akan menikah. Itu artinya kita akan memiliki anggota keluarga baru. Dia akan tinggal di sini, dan kamu pasti akan menyukainya," celotehnya. Dan lagi-lagi orang asing itu berada di sini.
Ugh, kenapa dia selalu berkata 'kamu akan menyukainya' ketika dia tidak tau apa yang aku rasakan. Lagi pula aku tidak tau menikah itu apa. Jadi aku hanya diam, tidak tau harus merespon bagaimana. Tapi, tunggu dia bilang orang itu juga akan tinggal di sini? Tidak, aku tidak setuju.
"Oh iya, katakan hai padanya. Kamu juga harus memberitahunya." Dia menarik orang itu mendekat padaku. Orang itu berjalan ke arahku dengan ragu.
"Hai, sebentar lagi kami menikah, loh?" ucapnya tidak yakin dengan ekspresi yang terlihat aneh.
"Dia memang sedikit pemalu, tapi nanti juga dia akan menyukaimu, kok," ujarnya sambil tertawa. Kupikir dia benar-benar menyukai orang itu. Aku tidak pernah melihatnya murung atau sedih ketika mereka bersama.
Ah, mungkin aku harus mulai merelakannya karena sampai kapanpun dia tidak akan mengerti apa yang kurasakan. Seberapa banyak aku berusaha menggapainya, tidak akan sampai. Dia terlalu jauh.
Jadi aku akan berusaha turut bahagia karena akhirnya dia memiliki seseorang yang berarti dalam hidupnya. Karena akhirnya dia tidak kesepian lagi dan tidak perlu menghabiskan sepanjang waktunya hanya untuk bicara pada seekor kucing sepertiku.
THE END
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top