[1] Kemarahan yang terpendam
"Allah tidak pernah lelah dan tertidur. Ia melihat segala sesuatu peristiwa di alam semesta tanpa ada satu pun yang terlewat. Termasuk, tangisan dan rengekan hamba-hamba-Nya yang tak seorang pun manusia mengetahuinya."
——
Bunyi gesekan batang kayu, napas memburu akibat lelah terbakar di bawah terik matahari. Dua orang manusia dengan jenis kelamin berbeda, saling menatap tajam dan mengokohkan posisi mereka.
Rambut bocah perempuan itu tersapu angin pantai dengan lembut. Kulit cokelat yang tak lelah dipandang, netra hitam yang mengkilat bak permata, dan jangan lupakan bibirnya yang merah muda. Tetapi, kecantikan itu tidak dapat menyembunyikan ketangkasan, keberanian hingga kekuatan yang tersembunyi di dalam tubuh mungil itu.
Yazia binti Yazid.
Orang-orang mengenalnya sebagai bunga memesona seperti mawar merah berduri. Lebih tepatnya, bibit mawar merah yang akan mekar suatu hari nanti.
Perkelahian ini semakin tidak efisien dan terkendali. Yazia memutar tubuh, memukul beberapa bagian tubuh lawan di depannya tanpa memikirkan konsekuensi. Bocah itu bertarung seperti meluapkan kemarahan yang ditahan begitu lama. Hanya menunggu waktu, untuk meledak dan membakar siapa saja yang terlibat.
Tangan bocah itu melayang ke atas, menggunakan batang kecil ditangannya untuk memukul. Lalu, Yazia akan merunduk, menaikkan kaki dan dengan sekali putaran kecil ia berhasil merobohkan tubuh laki-laki remaja yang tinggi mereka berbeda beberapa centi.
Yazia mengarahkan ujung batang tepat di hadapan laki-laki itu. Tatapan Yazia tidak goyah, tidak takut dan tidak gentar sedikit pun. Meskipun, ia mendapat luka-luka lebam dan beberapa luka gores ujung ranting yang tajam. Pada bagian pipi, siku hingga lututnya, tertutup oleh luka.
"Hamza. Kau tidak berniat menghentikan saudari perempuan mu?" Seorang lelaki remaja, berkulit putih dengan rambut panjang sebahu. Mencoba membangunkan bocah lelaki yang tertidur dengan buku menutupi wajahnya.
"Biarkan saja," jawab Hamza dengan suara parau.
Theve—bocah lelaki itu menepuk dahi dan mengambil buku yang menutupi wajah Hamza lalu menarik bocah lelaki itu ke tempat dimana Yazia akan murka. Ya, selain bocah perempuan itu cantik. Yazia seperti prajurit yang terlahir untuk medan perang. Ah, betapa sayangnya wajah manis dan cantik bocah perempuan itu harus menyesuaikannya tabiat Yazia yang kasar.
"Kalau kau tidak menghentikan kakakmu. Ku yakin, Ramzan akan tidak bisa bangun dalam beberapa hari," celetuk Theve dan menunjuk ke arah dimana Yazia mengarahkan batang itu kecil yang ringkih ke hadapan wajah Ramzan yang mulai memucat.
Hamza hanya diam lalu mengelus dagunya seperti orang tua yang sedang melihat perkelahian anak nakal. Lalu, bocah lelaki itu berkata, "aku bisa melihat bulir-bulir keringat ketakutan Ramzan dari sini. Bukan kah, itu aneh?"
Theve mengaga mendengar perkataan itu. Ia mencubit tangannya sendiri untuk menyakinkan jika yang berbicara omong kosong benar-benar Hamza. Tetapi, lagi-lagi Theve hanya bisa menampilkan raut wajah kasihan terhadap Ramzan yang sebentar lagi akan menangis karena Yazia. Ujung matanya melihat ke arah Hamza dan tidak dapat percaya, bocah itu lebih memilih membaringkan dirinya lagi dari pada melerai.
"Hamza! Ayolah! Kau tidak lihat, jika Ramzan hampir kencing di celana?" Ungkap Theve dengan intonasi tidak percaya atas sikap Hamza yang masih acuh tak acuh.
"Bocah itu pantas menerimanya. Kau tahu Theve. Kakakku tidak akan marah jika ada seseorang menghina dirinya. Tetapi, jika ada seseorang yang menghina Baba apalagi mengumpatnya. Yazia—dia tidak akan tinggal diam."
"Tetapi, apa yang dikatakan Ramzan hanya sebuah candaan saja," timpal Theve. Lelaki remaja itu duduk di samping Hamza yang terbaring menatap langit luas.
Hamza diam dan tidak berniat menyanggah ucapan Theve. Mereka semua tidak tahu tentang apa yang Hamza dan Yazia rasakan. Sebuah candaan sekali pun bisa menjadi pedang beracun yang menikam hati mereka dengan amat mematikan.
Theve tersentak dan tiba-tiba berdiri saat mendengar suara tangisan yang kencang. Di sana, ia bisa melihat Ramzan yang menangis dengan tersedu-sedu dan kucuran air mata sembari memegang pergelangan tangannya. Sedangkan, di sisi lain. Yazia hanya menatap tajam lelaki remaja itu kemudian berbalik pergi.
Namun, siapa sangka, jika Ramzan mendadak jadi gila dan menyerang Yazia dari belakang. Sayangnya, Ramzan salah memperkirakan. Yazia mengelak pukulannya, bocah perempuan itu merunduk, tubuhnya berbalik dengan sangat cepat dan dengan tangan kosong meninju perut Ramzan tanpa hitungan.
Ramzan tergeletak di pasir—pingsan. Sedangkan, Yazia hanya menatap tubuh Ramzan tanpa sedikit pun rasa menghasihani. Bocah itu masih mengingat dengan jelas bagaimana Ramzan dengan mulut tajamnya menghina ayahnya yang sampai sekarang belum kembali dari perjalanan laut.
Seketika, ia menyadari jika sesuatu cairan mengalir dari hidungnya. Kepalanya mendadak pusing dan penglihatannya mengabur. Tubuhnya tidak dapat berjalan seimbang sebab semua terlihat seperti terbagi dua di matanya. Yazia menangis dalam hati, mungkin, ia akan turut hilang kesadaran seperti Ramzan. Kini, ia tidak tahu apa pun lagi, sebab matanya menutup dengan cepat.
Di sisi lain, Hamza yang melihat itu segera berlari menerobos anak-anak seusianya dan menangkap Yazia yang hampir tumbang. Sorot mata Hamza kosong dan tangan yang memeluk Yazia bergetar. Darahnya berdesir, melihat Yazia seperti ini seperti seseorang menarik paksa jantungnya.
Theve yang melihat akan hal itu langsung bergegas mengangkat Yazia dan membawa pulang bocah perempuan itu pulang. Theve melirik Hamza yang mengikutinya tanpa suara. Ia merasai, jika Hamza yang sedari tadi tidak menunjukkan ekspresi apa pun kini tercipta emosi yang begitu kentara, tercermin begitu apik di raut mukanya.
Bocah lelaki itu sedang ketakutan. Tidak, Theve yakin, jika Hamza cemas. Sangat-sangat cemas. Sebab, ini pertama kalinya, bocah itu melihat Yazia pingsan dengan hidung berlumuran darah.
——
Assalamu'alaikum! Halo!
Ini cerita genre aksi-petualang yang aku buat untuk pertama kalinya. Tentu aja, ada diselipi dengan nuansa islami. Semua orang bisa membacanya, kok!
Semoga hari kalian menyenangkan.
Aku senang jika kalian juga menitipkan sedikit kritik, saran, dan komentar untuk ceritaku ini.
Sampai jumpa bertemu dengan Yazia dan Hamza!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top