LIMA
Hari sudah malam ketika dia sampai di kamar kosnya. Tadi Lina mengantarnya pulang. Dia bersyukur karena dia punya banyak teman yang baik padanya.
Tubuhnya terasa sangat letih dan esok dia harus ke kampus untuk menemui dosen pembimbing. Selama ini dia tak masalah dia bekerja sambil kuliah. Akan tetapi, dia selalu ingat pesan ibunya.
"Nduk, kamu sudah dewasa. Kamu harus pintar membagi waktu antara belajar dan kegiatan lainnya. Tapi yang nomor satu tetap belajar. Ibu tak ingin kamu terlambat lulus."
Adel tak ingin mengecewakan ibunya. Meskipun dia kuliah sambil bekerja, nilai-nilai kuliahnya secemerlang bintang di langit.
Ibu, tak lama lagi aku lulus dan aku akan membahagiakan ibu, kata Adel dalam hati.
Ketika dia matanya melihat obat-obatan yang diminumnya. Hatinya bergetar, dia belum bilang ke ibunya bahwa dia kembali mengkonsumsi obat-obatan dari dokter. Dia belum bercerita pada ibunya bahwa dia pergi ke dokter. Ketika dokter memeriksa penyakitnya, dokter hanya mengatakan bahwa dia harus operasi secepatnya.
Operasi bagi Adel seperti hal yang membuatnya trauma sama seperti pemerkosaan yang dilakukan oleh bapaknya.
Dia dilema. Bingung harus memilih yang mana. Jika dia memilih untuk operasi lagi maka skripsinya akan terbengkalai dan itu akan menambah waktunya untuk lulus. Namun jika tidak melakukan operasi maka semakin lama penyakitnya akan terus menjalar.
*
Dia telah menemui dosen dan kini dia kembali sendiri termenung di bangku dekat Danau di kampusnya. Tak tahu apa yang dipikirkannya. Sambil melihat para mahasiswa yang ramai berlalu lalang, dia terus berpikir apa yang harus dia lakukan.
Kakaknya kini telah bekerja di Jakarta. Kakaknya telah mencapai puncak kesuksesannya. Dan dia harus bisa menyusul kesuksesan kakaknya.
"Woi, ngelamun aja ...." Hendra mengagetkan Adel.
Adel tetap saja terdiam saat Hendra duduk di sampingnya. Hendra tahu saat itu pasti temannya itu sedang berpikir. Hendra juga tahu kalau temannya itu pasti sedang gelisah. Mungkin lebih baik membiarkan temannya tetap diam seperti itu. Nanti temannya pasti akan berbicara sendiri. Diam-diam Hendra menyukai Adelia. Ingin sekali Hendra berpacaran dengan gadis itu.
Setelah beberapa lama menunggu temannya berbicara akan tetapi temannya itu sama sekali tak berbicara. Tiba-tiba saja Adel pingsan dan Hendra langsung menolongnya. Hendra memanggil teman-temannya untuk membantunya.
*
Ketika tersadar di sana sudah ada ibunya. Ibunya tampak masih ayu di usianya yang mulai menua.
"Sudah sadar, Nduk," kata ibunya.
Adel kaget karena di sana sudah ada ibunya. Sudah berapa lama dia pingsan?
"Bu, Adel minta maaf karena selama itu sudah membuat ibu susah," kata Adel
"Nduk, nggak usah minta maaf. Semua itu sudah ada yang ngatur, kita itu tinggal menjalankannya."
Seorang perawat masuk untuk mengganti botol infusnya.
"Nduk, kamu operasi ya," kata ibunya
"Tapi, Bu ...."
"Ibu tahu, pasti kamu takut skripsi kamu tidak selesai."
Adel mengangguk.
"Kesehatan itu yang lebih penting, sepintar apapun kamu kalau badan tidak sehat, itu akan sia-sia. Kalau kamu mau berusaha, kamu pasti bisa menyelesaikan skripsi kamu," ucap ibunya memberi nasihat.
Adel hanya bisa mengangguk. Kalau ibunya sudah berkata seperti itu dia tak bisa membantah.
*
Operasi itu dilaksanakan dua hari kemudian dan berjalan dengan lancar. Tak ada kesalahan lagi. Adelia sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
Ibunya, kakaknya, Gita, Hendra, dan teman-temannya menungguinya. Adel merasa terharu karena masih banyak orang yang peduli padanya, tapi dia tidak melihat Alex.
*
Di hari yang cerah itu, para wisudawan dan wisudawati berkumpul, termasuk Adelia Febrianti. Sebentar lagi dia akan menjadi sarjana. Ibunya dan Yanuar juga datang.
Dia duduk berbaris bersama teman-temannya menunggu giliran untuk naik ke atas panggung.
Satu persatu calon wisudawan naik ke panggung untuk diwisuda hingga sampailah pada gilirannya. Dia berhasil lulus walaupun tidak tepat waktu. Satu persatu mimpinya tercapai. Dia tak boleh senang dulu. Dia masih harus mengejar mimpinya untuk menggapai birunya langit.
Setelah resmi menjadi sarjana, dia turun dari panggung lalu menghampiri ibu dan kakaknya. Ibunya memberikan senyumnya yang termanis untuk anak perempuannya yang kini telah dewasa.
"Bu, aku sudah lulus," kata Adel sambil memeluk ibunya.
"Iya, Nduk," kata Maryati sambil memeluk anaknya.
Bagi Adel, dia masih jauh dari langit yang ingin dia gapai. Dia masih harus berjuang dan berdoa untuk menggapai langitnya. Tapi dia tetap mensyukuri semua yang telah diraihnya selama ini.
*
Satu-satu daun-daun
Berguguran tinggalkan tangkainya
Satu-satu Burung kecil
Beterbangan tinggalkan sarangnya
Jauh, jauh, tinggi
Ke langit yang biru
Andaikan, aku punya sayap
Kukan terbang jauh
Mengelilingi angkasa
Kan kuajak ayah bundaku
Terbang bersamaku
Melihat indahnya dunia
Lagu ciptaan Titiek Puspa itu terngiang di pikiran Adel ketikasedang menunggu giliran wawancara kerja. Sebelumnya dia telah lulus tes tertulis.
Mencari kerja tak semudah bayangannya. Dia telah memasukan tiga lamaran akan tetapi dia baru mendapatkan satu panggilan.
Adel berandai-andai jika dia bisa terbang mengelilingi angkasa, pasti semuanya akan mudah. Tapi selama ini tangan Adel selalu bekerja keras untuk menggapai mimpinya sama seperti burung yang mengepakkan sayapnya untuk terbang ke langit biru.
"Adelia Febrianti!"
Tibalah gilirannya untuk wawancara. Jantungnya berdegup kencang sekali. Pelan-pelan dia memasuki ruang wawancara. Begitu melihat orang yang mewawancarainya, lututnya langsung lemas. Pria yang akan mewawancarainya terlihat sangat galak.
Aku pasti bisa, kata Adel dalam hati.
*
Adelia duduk di pantai memandang birunya langit. Di usianya yang ke 25, dia sudah menjadi Pegawai Negeri. Kini dia tengah menanti restu dari Ibunya untuk melanjutkan pendidikan S2 di Jepang. Dia mendapatkan beasiswa penuh dari instansinya selama 2 tahun.
Perlahan tapi pasti dia pasti akan mencapai langit impiannya. Sebentar lagi asalkan dia bersabar untuk mencapainya.
"Adel!"
Seseorang memanggil namanya. Dia menoleh ke belakang, ternyata di sana ada Alex. Alex sekarang adalah seorang arsitek.
"Mas Alex sudah lama di sini?" tanya Adel.
"Baru saja dateng."
Alex duduk di sebelah Adel dan ikut memandangi langit.
"Apa keinginanmu sekarang?" tanya Alex
"Keinginanku ... hmmm ... Aku hanya ingin Alloh melancarkan semua impianku, semua yang akan kujalani esok," jawab Adel sambil merenung.
"Aku dengar dari Yanuar, kamu dapet beasiswa S2 ke Jepang ...."
"Iya, Mas ...."
"Wah ... besok kita berangkat bareng ya!" ajak Alex.
"Maksud Mas apa?" Adel bingung dengan ajakan Alex.
"Iya, kita ke Jepangnya bareng. Aku juga dapat beasiswa S2 ke Jepang ...."
"Serius, Mas?"
Alex mengangguk sambil menatap langit.
"Akan kubangun negeri di awan untukmu ...." kata Alex
"Apa, Mas?" Adel minta Alex mengulang kata-katanya.
"Ah ... bukan apa-apa,"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top