EMPAT
Ternyata hingga H-2 Ujian Nasional, Adel belum sembuh dari lukanya. Dia masih sering menangis dan mengurung diri di kamarnya. Adel sadar dia harus bangkit demi menggapai impiannya meski hatinya masih terasa sakit. Dan juga penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Dia tak boleh menyerah walau cobaan yang dia hadapi sangat berat dan menyakitkan.
Tok ... tok ... tok ....
Terdengar suara ketukan di depan rumah. Adel segera ke depan. Ternyata yang datang Alex.
"Yanuar ada?"
"Gak ada, Mas. Lagi keluar,"
Alex mengamati wajah Adel dan Adel segera memalingkan wajahnya.
"Kamu kok murung banget. Senyum dong!" kata Alex menggoda.
Adel masih belum tersenyum.
"Ibumu mana?"
"Ibu belum pulang, Mas."
"Ganti bajumu," Alex menyuruh Adel.
"Emang mau kemana?" tanya Adel.
Alex hanya tersenyum. Karena penasaran, Adel segera ganti baju dan tak lama kemudian dia sudah membonceng di belakang Alex. Alex mengendarai motornya pelan-pelan.
Ternyata Alex mengajaknya ke Pantai. Angin laut langsung membelai rambutnya. Alex mengajaknya ke tengah pantai.
"Ayo teriak!" perintah Alex.
Adel memandang Alex bingung.
"Ayo teriak," ulang Alex.
"Harus?" tanya Adel.
"Udah teriak aja."
"Haahhhhhh!" Adel mencoba berteriak.
"Kurang keras!" teriak Alex.
"Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!" Adel berteriak sekali lagi.
"Udah lega?" tanya Alex.
Aneh, rasanya beban yang sangat berat di pundak Adel kini terangkat.
"Adel udah agak plong, Mas Alex."
"Besok senen kamu dah ujian ...," kata Alex
"Iya, Mas."
"Kamu pasti punya cita-cita."
Pertanyaan Alex itu sebenarnya tak perlu dijawab.
"Iya."
"Kita boleh punya cita-cita dan mimpi setinggi langit. Kalau kita yakin, kita pasti bisa menggapai langit biru, asalkan kita terus berusaha dan nggak pernah menyerah. Jangan jadiin cobaan sebagai beban tapi jadikan sebagai pelajaran berharga. Jangan sampai kita nyerah hanya karena keterbatasan yang kita miliki."
Adel termenung mendengar nasihat Alex. Dia boleh saja bermimpi menjadi dokter ataupun lainnya. Tapi Adel yakin, rencana Allah itu akan indah dan akan datang di waktu yang tepat.
"Bagiku, hidup ini punya banyak rasa. Ada manis, pahit, ataupun asam. Dan semua itu membuat hidup kita lebih berwarna ...," kata Adel.
"Semua pasti akan indah pada waktunya." Alex meneruskan kalimat Adel.
Mereka bangkit, dan bermain-main dengan air laut. Sejenak Adel bisa melupakan segala kemalangan yang menimpanya.
*
Gadis itu terlihat sangat rapuh dan semangat hidupnya hilang entah kemana. Gadis itu sepertinya sudah menyerah dalam menggapai langit. Di kamar mungilnya, dia terus menangis dan menangis meratapi nasib.
"Alloh, kuatkanlah aku!!" jeritnya dalam hati.
Walaupun bapaknya telah meninggal akan tetapi, bayangan bapaknya yang memerkosanya masih jelas terlihat di matanya. rasa takut, malu, dan jijik bercampur menjadi satu.
Dia merasa ada cairan yang menetes dari hidungnya. Ketika dia menyekanya dia melihat darah. Sejak peristiwa pemerkosaan atas dirinya, dia sangat takut melihat darah. Dia tak ingin berteriak. Yang keluar darinya adalah tangisan yang sangat menyayat hati dan ketidakberdayaan.
Penyakitnya yang semakin parah. Dan mungkin dia tak akan bisa melanjutkan sekolah karena uutang-utang yang ditinggalkan bapaknya, ibunya tak punya uang lagi. Semua gaji ibunya pun tak cukup untuk menutupi uutang bapaknya dan biaya pengobatannya. Dia dan kakaknya mungkin terpaksa tak bisa melanjutkan sekolah.
Badannya terasa semakin sakit. Darah yang keluar dari hidungnya tak kunjung berhenti.
Ingin rasanya dia mengakhiri hidup. Mengubur semua cita-citanya.
Akhirnya dia memutuskan keluar dari kamarnya. Ibunya masih bekerja dan kakanya mungkin juga akan bekerja untuk menyambung hidup.
Adel membersihkan wajahnya lalu mengambil jaketnya dan memenuhi keinginan kakinya ke mana kaki itu berjalan. Berjalan dan berjalan, keluar dari kegelapan kamarnya. Menata kembali mimpinya.
Pantai itu terlihat indah. Ombak di pantai menari-nari. Di tengahnya terlihat perahu-perahu nelayan dengan latar belakang Pulau Nusambangan berbingkai birunya langit dihiasi oleh burung-burung yang berterbangan.
Adel berjalan ke tengah pantai dan duduk memandang langit. Langit yang begitu tinggi menjadi impian setiap orang untuk mencapainya. Ketika awan hitam datang, ada orang yang menyerah untuk mencapai tingginya langit. Namun, beberpa orang masih bersemangat untuk mencapai langit apa pun rintangannya.
Matahari bersembunyi di awan mendung dan tetes-tetes air turun dari langit membahasahi pemandangan itu. Hujan makin deras dan Adel belum bergerak dari tempatnya. Pakaiannya dan rambut panjangnya basah. Di bawah derasnya hujan, Adel terus berpikir bagaimana caranya dia dapat menggapai langit yang dia impikan lalu membangun istananya di awan putih.
*
Kubuka mata dari tidurku
ada senyuman di bibirku kuteringat impianku
Sungguh indahnya
Yang kualami di dalam alam mimpi yang semalam kuberjumpa seseorang
Dan mengajak aku terbang tinggi bermain bersama bintang di angkasa
Andaikan tak hanya impian semua jadi nyata
Pasti kubahagia
Dan hidupku tak akan lagi sepi
Bila ku dapat selalu dekat dengannya bersamanya seseorang yang tercinta
Adel memutar lagu milik Saskia itu berulang kali. Dulu dia suka sekali menyanyikan lagu itu. Sekarang pun dia masih suka menyanyikannya.
"Nduk ...."
Ibunya menghampirinya dan duduk di sampinya.
"Nduk, ini ada uang," kata ibunya sambil memberikan amplop pada Adel
Adel sadar, kini dia sudah lulus SMA dan dia harus memikirkan masa depannya. Dia ingin sekali kuliah, namun Adel kasihan pada ibunya. Dia tak ingin menambah beban ibunya. Kakaknya kini kuliah di Universitas Indonesia dengan beasiswa yang didapatkannya. Dia pesimis bisa mendapatkan beasiswa seperti kakaknya itu, karena nilai SMA-nya tak begitu bagus.
"Nduk, pakai uang itu dengan bijak."
"Lalu ibu bagaimana?" tanya Adel
Ibunya tersenyum dan berkata, "Uang itu bisa dicari, Nduk. Ibu ingin kamu melanjutkan sekolahmu. Kalau ada kesempatan mencari ilmu, kenapa tidak dicoba?"
Akhirnya, dengan uang yang diberikan ibunya, Adel mencoba SNMPTN. Dia hanya berdoa semoga Alloh mengabulkan mimpi-mimpinya. Dia tak bermimpi lagi untuk menjadi seorang dokter. Mimpinya sekarang adalah kuliah dan meraih gelar sarjana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top