10
4 tahun yang lalu
"Tch merepotkan! Tidak berguna, sungguh sampah masyarakat... Dia seharusnya tidak dilahirkan di dunia ini, benci, aku sungguh membencinya" gumaman tiap gumaman, Rei terus berkata begitu. Amemura Rei, terkenal dengan sifatnya yang suka menindas.
Tidak dimanapun dan kapanpun dia selalu menindas.
"Oi rei, kau hampir menindas semua murid disini lo" Satoru Akira, teman sepenindasnya. Dia terkadang membantu Rei menindas walau dibalik bayang.
"Lalu? Apa pedulimu?" Akira hanya menatap dingin Rei lalu berdecih. Sialan, kalau bukan orang tuanya berteman dengan orang tua Rei akira tidak akan mau menjadi teman Rei.
"Terget selanjutnya memang mau siapa?" Tanya akira. Rei tersenyum licik lalu duduk di meja guru.
"Aku mau... Korban selanjutnya Shirayūki Rei" Akira membulatkan matanya. Sungguh? Gadis cerdik seperti dia ingin Rei tindas.
Saat ini mereka sedang smp kelas 2-1. Murid tercedas di tempatkan disitu.
"Oi rei... Kau tidak bercanda kan?" Rei hanya meresponnya dengan kekehan lalu berjalan keluar ruangan.
"Umm... Apakah aku pernah salah memilih?" Lalu pergi meninggalkan Akira diruangan itu. Bagaimanapun cara Akira melarang Rei untuk tidak menindas lagi, semuanya sia-sia.
.
.
.
.
.
"Kucing beranak, anaknya mati, mati ditilang jadilah monyet--oh? Halo rei" Shirayūki Rei, dia merupakan kembaran dari Shirayūki Reiko.
Dan seperti yang Rei bilang, target selanjutnya adalah Shirayūki Rei. Seperti yang author bilang dulu, panggil saja Shirayūki biar tidak kebingungan.
Rei melangkahkan kakinya, Shirayūki diam-diam menyeringai.
"Ada apa kau kesini~? Oh! Pasti kau akan menjadikanku korban selanjutnya~" kata Shirayūki lalu tertawa, sifat kakaknya keluar. Sementara Rei mencoba bersikap tenang, jangan panik.
"Bagaimama kau tau?"
"Are~~? Gelombangmu memberontak! Hahahahaha!! Ada apa? Kau seperti ingin kabur dari sini? Gelombangmu memberontak lo~" Shirayūki lama menatap Rei datar langsung berdehen dan tersenyum, sementara Rei sendiri menatap Shirayūki dengan sedikit shock lalu tak lama menyeringai.
"Kau menarik~" Shirayūki melangkahkan kakinya ke hadapab Rei, lalu menarik dagunya membiarkan mata mereka saling betkontak mata.
"Nee rei... Aku sarankan jangan pernah menindas lagi atau kehidupanmu akan tambah berat, menjijikan.... Lihat siapa yang lebih mrnjijikan disini? Sudah pendek, menyusahkan banyak orang, seorang penindas lalu apa lagi? ....kau membunuh adikmu sendiri, benar-benar menjijikan" kata Shirayūki lalu meninggalkan Rei yang ter-shock.
Aa, bagaimana dia tahu semua hal itu?
Akira sekarang melangkahkan kakinya ke hadapan Rei.
"Sudah aku bilang kan? Berhenti--"
"Tidak... Ha... Ha... Ini akan berlanjut! Pilihanku tidak pernah salah!" Rei langsung berlari meninggalkan Akira.
"Dasar remaja" kata Akira dengan suara kecil agar tidak didengar.
.
.
.
.
.
"Aakh!!! H-hentikan!! AAARGH REI!! I-ITTAI!!! AAAAAAAA!!"
"Tch, kau sangat berisik, lagi pula ini hanya melukai kulit indahmu sedikit~"
Dia akaeru Neren—orang yang Rei siksa. Selalu, selalu dan selalu Rei selalu menyiksanya. Entah dendam apa kepada neren, tetapi dia selalu bersikap kejam pada Neren.
"Sedikit? Seriously?" Archusen mary, itu namamya. Dia sedang bersender di sisi pintu. Hanya dia orang yang berani melayan Rei seperti Akira.
Sungguh, mary sangat membenci nya.
Entah apa yang di bangga kan, tetapi Rei sangat bangga menindas orang.
"Kalian... Tidak mengerti aku"
"Apa maksudmu tidak mengerti?" Rei hanya mendecih lalu melempat cutter nya setelah itu berlari keliar. Mary mendekati neren.
"Kau tak apa? Tenang, kalau ada 'dia' Rei mungkin akan sedikit berubah itu pun kemingkinan kecil" Neren hanya mengangguk kecil. Mary membopong Neren lalu membawanya ke UKS dan mengobati Neren.
.
.
.
.
.
.
Plak
"Dasar anak tak tahu di untung! Bukannya bersikap baik dan membanggakan orang tua malah menyusahkan! Menjijikan! Aaargh!! Kenapa pula aku harus melahirkan anak tidak berguna sepertimu!?"
Seandainya mereka tahu...
Seandainya mereka memahami Rei...
Seandainya mereka mengerti...
Amemura Rei, dia sudah sering disiksa dengan ibunya karena menurut ibunya wajah Rei sangat mirip dengan ayahnya sementara kakaknya mirip dengan ibunya.
Rei merupakan anak broken home, ibunya sangat membenci ayahnya. Ayahnya merupakan orang brengsek yang berani-beraninya menipu ibunya rei.
Tapi mengapa kesalahan anaknya menurun ke anak?
Mengapa Rei selalu hidup seperti ini?
Rei hanya ingin bebas...
"Mou...! Memang tidak ada yang pernah mengerti aku!!" Teriak Rei lalu berlari keluar rumah sementara ibunya meneriaki Rei.
Rei terus berlari tanpa tujuan, berlari tanpa kelihat kedepan. Peduli setan kalau dia ditabrak lalu terbunuh.
"Eits!" Ada yang menarik lengan Rei dan membuatnya terjatuh. Rei hanya meringis lalu menatap orang itu tajam.
"Kau mau mati? Kenapa tidak bareng-bareng saja~?" Dan benar, ada mobil yang melesat cepat. Pertama kali di benak rei tentang dia, tiang bodoh.
"Tch, kau siapa?"
"Shiraishi yaomi desu!" Sungguh perempuan yang periang. Namun akankah keriangan itu bertahan lama.
"Bangun" Yaomi mengulurkan tangannya yang diterima Rei.
"Jadi, mulai sekarang... Mau kah kau berhenti menindas? Dan mengubah hidup?"
Mengubah hidup?
"Kabur dari rumah?"
"Bukan!"
"Hmm... Sou ka"
.
.
.
.
.
.
"E-eh? Kau sekolah disini?" Kata Rei kaget yang melihat Yaomi sekolah yang sama dengannya.
"Hee? Aku sudah lama sekolah disini~"
"Sejak kapan? Dan bukankah sekolah ini fasilitasnya..." Yaomi hanya terkekeh lalu duduk di samping Rei.
"Aku hanya ingin membalas dendamku pada Reiko" kata Yaomi santai.
.
.
.
.
.
Sejak pertemuannya pada Yaomi semuanya berubah. Disaat dia ingin menindas Yaomi selalu ada cara untuk mencegahnya.
Yaomi selalu selalu dan selalu menghalangi Rei menindas dengan cara mengisengi rei.
Hingga hari itu tiba, perlahan-lahan Rei mulai tidak menindas orang--
"Oi babi busuk! Jangan halangi jalanku!"
--walau tak sepenuhnya berubah. Masih ada sisi penindas dalam dirinya walau tidak seburuk dulu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top