63. Ara

Angka memarkirkan sepeda motornya di dekat apartemen Ara. Dia ingin melihat Ara malam ini, walaupun dari jauh.

Dilihatnya Ara keluar dari apartemen mewah itu. Penasaran dengan apa yang dilakukan Ara malam-malam seperti ini, Angka mengikuti langkah Ara sampai cewek itu masuk ke dalam sebuah mini market yang berada didekat gedung apartemen itu.

Angka mengamati Ara yang mengambil beberapa cemilan dan memasukannya ke dalam keranjang belanjaan. Setelah keranjang itu dipenuhi dengan beragam cemilan, ia melangkahkan kaki nya ke depan meja kasir dan meletakkan belanjaannya disana.

Merasa seperti ada yang memperhatikannya, Ara menatap awas pada setiap sudut toko tapi ia tak menemukan apapun. Ia kemudian membayar belanjaannya dan meninggalkan mini market tersebut.

Ara berjalan dengan cepat, merasa was-was di setiap langkahnya dan tepat sebelum ia memasuki lantai dasar gedung apartemennya, ia berhenti dan berputar mendadak membuat Angka yang dari tadi mengikutinya tidak sempat bersembunyi.

“Sudah gue duga lo yang ngikutin gue,” kata Ara dengan tersenyum.

Angka merasa aneh dengan senyuman itu, ia mengira kalau Ara akan memarahinya dan mengusirnya tapi itu tidak terjadi. Cewek itu malah tersenyum manis padanya.

“Lo mau mampir ke apartemen gue?” tawar Ara.

“Hah?” kata itu keluar lolos begitu saja dari bibir Angka. Ia bahkan sama sekali tak mengira kalau Ara akan menawarinya untuk mampir ke apartemennya lagi. Setelah mengangguk dengan kikuk, Ara bersama Angka berjalan bersisian ke dalam apartemen Ara.

“Biar gue yang bawa belanjaan lo,” Angka berinisiatif mengambil kantong plastik yang di bawa Ara.

“Makasih,” Ara melirik Angka, membiarkan cowok itu membawakan belanjaannya.

Meletakkan barang belanjaan di atas meja, Ara kemudian mengeluarkan beberapa cemilan dan menawarkan Angka untuk memilih yang mana yang ia inginkan. Setelah itu ia beranjak ke dapur mengambil gelas untuk dia dan Angka.

“Nih buat lo,” Ara menyerahkan cemilan yang tadi Angka pilih.

Tidak mengucapkan terima kasih, Angka justru berkata, “lo kok aneh sih, Ra?”

“Aneh ya?” balasnya sambil tersenyum. Angka mengangguk tapi kemudian tidak mengatakan apa-apa.

Membuka snack miliknya, Ara duduk disamping Angka sambil menonton tayangan sinetron di televisi. “Gue rasa tuh cewek lebay banget,” komentar Ara tatkala melihat tokoh utama perempuan dalam film tersebut tersandung kemudian meringis.

Angka menoleh, “lo malah lebih lebay dari cewek itu.”

Ara mendelik, menatap Angka horor kemudian mematikan siaran televisi tersebut. “Lo ngeselin,”  kata Ara sambil mencebik.

Angka hanya tersenyum sambil mengacak rambut Ara gemas. “Tahu gak? Lo itu ngegemesin, makanya gue suka?”

Ara tertawa. “Rambut gue berantakan nih,” protesnya.

“Gue suka lo yang ketawa.” Angka berkata tanpa memindahkan tangannya dari puncak kepala Ara.

“Gue tahu,” Ara menggapai tangan Angka, meremasnya erat dengan kedua tangannya. “Dan karena lo suka, gue ....” Ara menggantung kalimatnya.

“Lo apa?” Angka bertanya tak sabar.

Ara menyengir. “Gue-“ belum sempat Ara menyelesaikan kalimatnya, Angka menutup bibir Ara dengan tangannya lalu menciumnya dengan tangannya yang masih menempel di depan bibir Ara sehingga yang dicium Angka bukanlah bibir Ara melainkan punggung tangannya sendiri.

“Gue suka semua dari lo,” katanya setelah melepas ciuman tersebut. “Dan gue cinta sama lo.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top