60. Ara

Ara baru bisa bernapas lega setelah keluar dari ruang rapat hari ini.

Ia mungkin bisa sedikit lega sekarang, putusan untuknya dikeluarkan dari sekolah di tangguhkan oleh pihak sekolah setidaknya sampai semester ini selesai. Dan itu berarti hanya tinggal satu bulan saja lagi.

Minggu depan mereka akan mengadakan UAS dan Ara diizinkan untuk mengikuti ujian tersebut, hanya mengikuti ujian namun ia tidak diizinkan untuk masuk kelas seperti biasa.

Setidaknya hal itu membuat Ara lega, toh biarpun ia diizinkan masuk kekelas sekali pun, ia hanya akan bolos dan mengikuti ujian saja.

Tapi ada satu hal yang membuat Ara sedikit kesal, ia memang tidak diizinkan masuk kelas, tapi ia harus mengikuti kelas mandiri bersama Aluna yang akan menjadi mentornya setiap hari sebelum ujian dilaksanakan. Dan kelas mereka akan dimulai pada hari ini.

Ara membawa kakinya ke perpus, ke tempat yang mereka sepakati untuk belajar bersama. Disana, Aluna sudah menunggu dengan beberapa buku tebal yang tersedia di atas meja.

Ara tersenyum horor melihat semua buku yang disiapkan Aluna.

“Biasa aja kali Ara ngeliat bukunya. Mereka gak gigit loh.” Aluna tertawa kecil sambil mengucapkan kalimatnya.

Ara mengerutkan kening mendengar lelucon Aluna tadi. “Mana ada buku yang bisa gigit, Kak,” sahut Ara.

“Nah tuh kamu tahu.” Aluna menatap Ara, “mau belajar mata pelajaran apa nih duluan?” tawar Aluna.

“Terserah aja deh,” jawab Ara tak bersemangat.

Aluna menyuruh Ara mengambil buku matematikanya, melihat sebentar sampai mana materi yang telah dipelajari lantas ia berkata, “Ara, kamu dikelas gak pernah belajar ya?”

Ara hanya menyengir mendengar pertanyaan Aluna.

___

Selama tiga puluh menit Ara mendekam mendengarkan penjelasan Aluna yang sama sekali tidak ia mengerti.

Astaga Kak Aluna, kakak ngomong apa?

Kira-kira begitulah hal yang Ara teriakkan didalam hati sejak tiga puluh menit yang lalu.

Dari seluruh penjelasan panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume yang Aluna telah jelaskan tadi, tak satu pun yang Ara mengerti.

Ara ingin melarikan diri.”

“Kak, aku mau ke toilet bentar.” Ara menginterupsi Aluna yang sedang mengulang materi yang tadi ia sampaikan pada Ara. Aluna mengangguk.

Di toilet, Ara merasa bisa bernapas lebih bebas. Entah kenapa saat ia berada di kelas, atau dimana saja yang situasinya sedang belajar, ia merasa sedang tercekat dan kesulitan bernapas. Ini masih menjadi pertanyaan yang belum bisa dijawab oleh banyak pelajar lainnya.

Setelah memperbaiki sedikit dandanannya, ia kembali ke tempat Aluna menunggu nya. Tapi sebelum ia sampai disana, ia menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik rak buku didekatnya.

Ada Angka disana bersama Aluna.

Ia tidak ingin bertemu dengan Angka saat ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top