52. Ara

Angka memperhatikan pelajaran dengan bosan. Beberapa kali ia mengantuk sambil mendengarkan pelajaran sejarah hari ini.

Astaga ... memangnya siapa peduli dengan guru killer pengajar sejarah hari ini? Angka tidak peduli!

Angka mengangkat tangannya, “Permisi, Pak,” serunya pada guru berkumis tebal itu.

Pak Kumis, demikianlah seluruh siswa di kelasnya memanggilnya. Atau setidaknya itulah panggilan dari para siswa yang tidak pernah diketahui oleh sang guru.

Oke, kembali ke Pak Kumis.

Pak Kumis menghentikan aktivitasnya yang sedang membacakan materi tentang sejarah, “ada apa Angkasa?”

“Saya izin mau bolos. Tolong kasih saya tugas sebagai gantinya.”

Tak ada lagi yang heran dengan ucapan Angka. Bahkan semua sudah hafal kapan saja Angka akan keluar kelas, dan kapan saja ia akan tetap bertahan didalam kelas tidak peduli seberapa ingin yang lainnya untuk keluar kelas.

Angka memang berbeda.

Dan karena Pak Kumis juga terbiasa dengan Angka, beliau hanya mengangguk dan menyuruh Angka mengerjakan beberapa essay yang harus dikumpulkannya besok.

“Yakin lo lebih milih keluar?” tanya Aksa saat Angka hendak beranjak meninggalkan tempat duduknya.

Angka hanya menggendikan bahu, mengerjakan tiga essay dalam satu malam bukanlah hal yang sulit buatnya.

Lagipula ia benar-benar sudah mengantuk. Lebih baik ia keluar mencari referensi.

Angka berkunjung ke perpustakaan. Mengunjungi Aluna dan rak-rak buku yang menjadi favoritnya.

“Bolos lagi, Dek?” tanya Aluna seakan hafal dengan kebiasaan Angka.

Sekali lagi Angka hanya menggendikan bahu, setelah menscan kartu anggota perpustakaannya, ia mendatangi rak nomor 900 yang berisi jejeran buku tentang sejarah dan geografi.

“Tugas lagi sebagai ganti kamu bolos?” tanya Aluna lagi.

Angka hanya tersenyum, “lebih baik begini.”

Aluna menghela napas. Membiarkan saja Angka yang kemudian tenggelam kedalam kegiatan membacanya. Ia sangat tidak menyangka kalau adik beda ibunya itu ternyata sangat suka membaca.

Sama seperti dirinya.

Satu jam kemudian Angka masih sibuk dengan bacaannya. Bel istirahat telah berbunyi tapi Angka masih tidak beranjak dari tempatnya.

“Dek, kamu mau bolos lagi jam pelajaran berikutnya?” Aluna menghampiri meja tempat Angka membaca.

Angka menoleh, “eh, jam berapa sekarang?”

“Ini udah jam istirahat, Angkasa,” sahut Aluna.

Angka mencebik, “Angka, Kak. Bukan Angkasa,” ralatnya.

Aluna kadang berpikir kenapa Angka begitu tidak suka orang memanggilnya dengan nama lengkap. Padahal kan itu namanya.

“Terserah kamu deh,” jawab Aluna. “Buruan keluar sana, makan,” usirnya kemudian. Aluna meraih buku yang dipegang Angka. mengambilnya bersama buku-buku lain yang ada diatas mejanya.

“Keluar sekarang juga, Angkasa Farel Ardafa.” Aluna berkata tegas membuat Angka harus mengalah.

“Oke, aku keluar, Kak.”

Baru beberapa langkah Angka meninggalkan tempatnya, Aluna kemudian teringat sesuatu, “Angka,” panggilnya membuat Angka menoleh.

“Kenapa lagi, Kak?”

“Kamu udah dengar berita tentang Ara nggak?” Dan seketika Angka sudah hilang dari pandangan Aluna.

Ara?

Ada apa dengan Ara?

Ia harus memastikan gadisnya itu baik-baik saja.

“Angka!”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top