46. Ara

Ara sangat menikmati bermain-main dengan Aqila hingga ia lupa semua kesedihannya kemarin.

Sepertinya memang tujuan Angka membawa Ara kerumahnya adalah untuk menemui Aqila yang mungkin bisa mengurangi kesedihan Ara. Dan itu memang benar. Aqila menjadi obat yang ampuh akan kesedihannya itu.

“Wah, ada Ara?!” Monika yang baru saja datang dari luar terkejut melihat keberadaan Ara disana.

Ara tersenyum, “Iya, Ma. Tadi Angka yang ngajakin Ara kesini.” Masih ingat kan kalau Monika menyuruh Ara untuk memanggilnya Mama?

“Wah, Angka itu yah ternyata berani juga dia,” katanya seraya tertawa. Ya, siapa sangka kalau Angka akan membawa pacar, eh ralat, calon tunangannya kerumah?

Ara menyengir, tak mengerti. Tapi ia tetap harus menghargai Monika. Jadi dia ikut tertawa juga meskipun tak mengerti apa yang ditertawakan oleh Monika.

“Kamu suka sama Aqila, Ra?” tanya Monika ketika tawanya sudah reda.

Ara mengangguk, “wah bagus dong, berarti Tante gak bakal lama nunggu kalian punya anak.” Sontak pipi Ara memerah.

Angka yang sejak tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka pun menimpali, “Mama tenang aja, Mama maunya berapa? Angka siap kok.”

Pipi Ara semakin merah. Ia merasa ini bukan sesuatu yang harus mereka bicarakan sekarang. Ia merasa malu dengan arah pembicaraan ini.

“Udah, Ka. Kayaknya dia malu tuh,” Monika menunjuk ke arah Ara. Angka tertawa melihat wajah Ara yang sudah semerah tomat itu. “Mama ke kamar dulu, ya,” pamitnya. Angka mengangguk setelah itu Monika meninggalkan mereka bertiga lagi disana.

Jangan bertanya Aluna dimana, kalian tidak ingin tahu.

“Ra, mending lo nginep aja deh disini.” Ara menoleh mendengar ajakan Angka tersebut. Saat ini mereka sedang ada di kamarnya Angka.

Eits! Jangan berpikir macam-macam, mereka hanya mengobrol disana.

“Buat apa gue nginep? Lagian gue gak bawa baju ganti, Angka.”

“Pinjem baju Kak Aluna aja apa susahnya sih? Atau punya Mama aja, gitu-gitu nyokap gue bajunya kekinian loh,” kata Angka.

Ara masih ragu dengan ajakan Angka.

“Udahlah, Ra. Lagian gue yakin Mama sama Papa bakal seneng kalo lo nginep disini.”

Oh iya, Ara belum bertemu dengan Om Rey. Dia harus bertemu dengannya. Bukan buat apa-apa sih, tapi setidaknya sebagai calon tunangan putra mereka, Ara harus sering bertemu dengan mereka, bukan?

Ara mengangguk, “oke deh, gue nginep disini,” putus Ara. Dan setelah itu Angka menarik Ara ke kamar Aluna untuk meminjam beberapa pakaian.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top