38. Ara

Angka dengan langkah yang lebar memasuki basement milik Aksa. Disana sudah ada Aksa yang menunggunya dengan wajah cemas.

Tadi sebelum kesini Angka menerima pesan dari Aksa yang menyuruhnya untuk cepat-cepat menemuinya. Sesaat setelah menerima pesan tersebut, Angka langsung saja mengambil kunci motornya dan mengebut mendatangi Aksa.

Angka benar-benar akan menghantam wajah Aksa kalau informasi yang akan ia sampaikan tidak segawat itu.

“Woy, Ka.” Aksa menyapa Angka yang sudah duduk di samping Aksa yang kembali menatap layar komputernya.

“Lo mau bilang apa?” Angka langsung to the point.

“Sebelumnya, gue mau tanya satu hal sama lo,” Aksa menatap wajah Angka lamat-lamat, “dan gue harap lo jawab dengan jujur.”

“Langsung aja, Aksa!” Angka sudah tidak sabar. Jika Aksa memanggilnya itu pasti ada kaitannya dengan Ara. Dan gadis itu sepertinya sedang dalam bahaya.

“Lo tau Ara udah gak virgin?” pertanyaan itu sontak menghentikan semua gerakan Angka. Ia menatap wajah Aksa dingin. Bukan. Bukannya Angka tidak tahu hal itu, ia hanya tidak ingin ada orang lain yang mengetahuinya lagi.

“Dari mana lo tau?” Angka bertanya dingin.

“Lo lupa sama kemampuan gue?” Aksa menatap layar komputernya bangga. Ya, harusnya Angka tidak meragukan Aksa tadi. Ia benar-benar lupa kalau sahabatnya ini punya kemampuan intel yang hebat. Tidak perlu waktu lama baginya untuk mencari sebuah informasi.

“Tapi gue beneran gak nyangka tentang hal itu, Ka. Lo pernah ngelakuin itu sama dia?” Aksa bertanya dengan gamblangnya tak peduli jika sahabatnya itu sudah memelototinya tajam.

“Lo gila ya?” Angka bertanya sarkas sebagai jawaban atas pertanyaan Aksa.

“Udah gue duga sih, lo gak mungkin ngelakuin hal itu. Biarpun lo itu playboy, lo gak pernah mainin perempuan sampe segitunya.” Entah itu pujian atau hinaan sekarang Angka tidak peduli. Ia hanya ingin tahu kabar apa yang menyangkut tentang Ara.

“Oh ya, Ka. Gue baru inget,” Aksa menatap Angka penasaran, “kok mau-maunya sih lo mau sama cewek kayak gitu? Eh, gak jadi gue tarik pertanyaan gue tadi.” Aksa mengangkat tangannya cepat, menarik kembali pertanyaannya saat melihat tatapan Angka lebih dingin dari biasanya.

Sebegitu berharganya kah Ara untuk Angka, eh?

“Kalau gak ada hal penting yang mau lo sampein, gue pergi,” ancam Angka.

“Oke-oke, maafin gue,” Aksa menangkupkan keduabelah tangannya, “sekarang gue bakalan bahas hal yang beneran serius.” Aksa mengutak-atik keyboard komputernya, mencari sebuah data dan kemudian ditunjukkannya pada Angka.

Angka mengubah ekspresinya saat melihat hal yang baru saja ditunjukkan Aksa tadi. Wajahnya mengeras. Mukanya sekali lagi beku. Bukan beku secara harfiah, tapi tatapan matanya benar-benar dingin membuat siapapun membeku ditempatnya dan tidak berani mendekati Angka seperti yang dilakukan Aksa sekarang.

Angka meraih kunci motornya, ia hendak keluar dari tempat itu sekarang tapi Aksa menghentikannya. Aksa menggeleng, “kita harus mulai nyusun rencana.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top