30. Ara
Jangan lupa tekan tanda bintang di pojok kiri bawah 🌟
Ramaikan kolom komentar nya gaes ♥️
Selamat membaca cerita Ara ♥️♥️♥️
---
---
Lalu apa yang kamu harapkan dari sebuah rasa yang mungkin tidak akan terbalas?
---
Ara Bagian Tiga Puluh
“Hello, Aqila!” Angka mengajak keponakannya itu bermain dikamar balita itu.
Aqila tersenyum, eh lebih tepatnya tertawa ketika Angka datang, dia menepuk-nepukkan mainan yang ada ditangannya. Angka meraih Aqila ke gendongannya, menimang-nimang Aqila didalam pelukannya.
Aluna yang baru selesai berganti baju juga ikut masuk ke kamar Aqila. “Hello Aqila sayang, sini bareng Mama, yuk!” Aluna mengambil alih Aqila dari gendongannya Angka.
“Aqila udah tidur tadi, Bi?” tanya Aluna pada pengasuh Aqila, Bi Mia.
“Sudah Non,” jawab Bi Mia.
Aluna tersenyum, “kalau makan?”
“Belum Non,” Bi Mia menggeleng, “tadi pas mau saya suapin Aqilanya nolak terus dari tadi dia rewel nungguin Pak Andika kayaknya.” Aluna mengangguk.
“Ya udah, kalau gitu Bibi boleh istirahat. Biar Aqila sama saya,” katanya. Bi Mia mengangguk kemudian segera keluar dari kamar Aqila. “Nah Aqila sayang, makan yuk, Mama suapin,” kata Aluna sambil tersenyum manis.
Aqila menggeleng, “Papa.”
Aluna tersenyum. Anak ini begitu lancar menyebut kata papa juga opa. Tapi dia bahkan tidak pernah memanggilnya mama sampai sekarang. Anak ini begitu lucu. Padahal papanya tidak pernah menemaninya tapi kata pertama yang dia bisa adalah papa. Bagaimana bisa itu terjadi? Aluna tidak tahu.
“Kak, aku mau ke kamar dulu yah, ganti baju,” pamit Angka. Tanpa menunggu jawaban Aluna ia segera keluar kamar Aqila yang bersebelahan dengan kamarnya.
Setelah selesai berganti baju, Angka turun kebawah menuju ruang makan, disana sudah ada Aluna yang sedang sibuk berusaha menyuapi Aqila makanan tapi selalu ditolak oleh Aqila yang tidak mau membuka mulutnya.
“Hai Aqila sayang, mau Om suapin?” tanya Angka. Tapi Aqila tak menjawab, ia hanya mengucapkan kata, “Papa.”
“Ayo dong Aqila sayang, makan ya,” pinta Aluna seolah balita itu mengerti persis apa yang dia katakan. Setelah beberapa kali meminta akhirnya Aqila membuka mulutnya dan dengan telaten Aluna menyuapi Aqila makan. Sambil sesekali ia mengajak bicara Angka yang sedang menyiapkan makan untuk dirinya.
“Oh ya, Dek,” Aluna berhenti menyuapi Aqila. Ia menatap Angka yang juga balas menatapnya dari balik meja makan. “Kakak denger kamu berantem yah sama Ara?”
Angka yang sedang minum tersedak air minumnya sendiri. “Kalau lagi minum itu hati-hati,” peringat Aluna. “Ya Kakak sih, kenapa nanya begitu?” Meskipun nada bicara Angka terdengar ketus, sebenarnya ia tidak berniat untuk seperti itu. Ia hanya terkejut saja dengan pertanyaan Aluna tadi.
“Kan Kakak nanya, emang itu salah?” Benar juga, tidak ada yang salah dari pertanyaan Aluna. “Terserah kamu deh. Gini yah Angka, kalau kamu berantem sama pacar kamu, lebih baik kalian selesaikan masalah kalian baik-baik. Jangan sampai kalian putus terus menyesal dikemudian hari. Dan juga, ketika kamu memilih untuk pacaran dengan seseorang, artinya kamu siap menerima dia sepenuhnya. Itu masih pacaran, Dek. Belum lagi kalau kamu udah nikah. Kalau kamu udah nikah, kamu harus nerima semua kekurangan dan kelebihan pasangan kamu tanpa terkecuali. Gak boleh ada ego diantara mereka, karena ego merupakan salah satu penghancur hubungan yang paling sering.”
Angka meresapi semua petuah yang diberikan Aluna kepadanya. Ya, dia setuju dengan pendapat Aluna. Jika seseorang berani membuat komitmen maka dia harus berani menanggung semua akibat baik dan buruk dari komitmen itu. Dan ego, sepertinya Aluna benar, Angka terlalu emosi tadi. Ego nya terlalu mendominasi sehingga ia tidak bisa berpikir jernih. Ia harus secepatnya meminta maaf pada Ara.
“Dan juga, Dek. Kakak harap kamu serius sama Ara, jangan kamu mainin dia, Dek. Karena dari yang Kakak liat, dia itu hatinya rapuh dan mudah hancur. Dia anak baik, Dek. Cuma ada sesuatu yang membuat dia jadi keliatan gak baik.”
Perkataan Aluna barusan sukses membuat Angka tertohok keras. Ia tidak tahu harus berkomentar apa. Disatu sisi hubungannya dengan Ara dimulai karena hanya sebuah permainan yang dia ciptakan sendiri. Tapi di satu sisi, dia mulai menikmati keberadaan Ara disisinya dan tidak ingin gadis itu menghilang.
Jadi bagaimana?
Tapi tunggu, ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran Angka.
“Kak,” panggil Angka.
Aluna menoleh. “Dari mana kakak tahu aku berantem sama Ara?”
“Eh?"
To be continued ...
---
Terima kasih karena telah membaca cerita Ara ♥️♥️
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak 🌟
Sampai jumpa lagi hari Senin ♥️♥️♥️
@ranisa_chan
To infinity and Beyond!!!
Salam Ranisa ♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top