24. Ara

Jangan lupa tekan tanda bintangnya 🌟
Sisakan komentar juga:)

Selamat membaca cerita Ara :)

---

Kita hanya mengenal sedikit dari kepribadian asli seseorang.

---

Ara bagian 24

Ara tiba disebuah mansion milik orang tuanya, ralat milik orang tua angkatnya.

“Tuan sudah menunggu di ruang kerjanya, Nona,” kata pengawal ketika membukakan pintu untuk Ara.

Ya, Ara tahu, hal pertama yang harus ia lakukan ketika mengunjungi rumah ini adalah menemui ay8ahnya.

Ara melangkahkan kakinya menuju sebuah ruang kerja yang sudah lama tak dikunjunginya. Lantas menghentikan langkahnya ketika ia sudah sampai didepan pintunya. Mengetuknya sebentar kemudian sebuah suara mempersilakannya masuk.

“Akhirnya kamu datang juga,” Ara tidak menyahut. Ia hanya berdiri ditempatnya, didepan meja kerja ayahnya. Bahkan ia tidak melihat ke arah ayahnya yang bicara.

Ardi mengerti kalau putrinya itu sepertinya masih tidak ingin bicara dengannya, “Papa hanya ingin bilang kalau kamu sebaiknya kembali lagi kerumah ini.” Kalimat itu sukses membuat Ara menoleh menatap Ardi.

“Ara gak mau pulang, Pa.” Itu adalah kalimat pertama dari Ara setelah beberapa tahun ini. Kemudian ia meninggalkan ruangan tersebut, menuju kamarnya yang berada dilantai tiga.

“Gue gak mau pulang,” bisik Ara pada dirinya sendiri. Ya, ia tidak ingin pulang kesini kalau hanya untuk mengenang kembali kenangan bersama mamanya dan tinggal bersama orang tua yang tidak menghiraukan anaknya. Ara tidak mau tinggal di neraka seperti itu.

“Non Ara, kapan pulang, Non?” Bi Emi, pengasuh Ara dari kecil yang masih bekerja sampai sekarang menyapa Ara. Ara tersenyum, “baru aja, Bi,” jawabnya sopan. “Bentar lagi Ara mau balik lagi ke apartemen.”
“Lah, kok pergi lagi, Non?” tanya bi Emi, “Tuan sedih Non kalau inget Non gak mau tinggal disini lagi. Apa Non gak mau pulang karena ingat sama Ibu yah, Non? Saya juga dulu waktu ditinggal Ibu saya meninggal, sedihnya kayak Non ini. Tapi saya gak bisa pergi, karena saya punya adik yang harus dibiayai dulu dan ayah yang sakit-sakitan.”

Kalimat-kalimat dari Bi Emi tadi membuat hati Ara teriris. Ia tahu mungkin ia lebih beruntung daripada Bi Emi atau siapapun yang memiliki nasib sepertinya. Tapi hati Ara belum siap untuk kembali. Ia pergi untuk menenangkan diri juga memantapkan hati.

“Ara ke kamar dulu ya, Bi,” pamit Ara kemudian langsung masuk kekamarnya. Kamarnya bersih juga rapi. Masih sama seperti terakhir Ara kesini. Tidak ada yang berubah. Bahkan foto yang berada didekat jendela kamarnya pun masih ada. Hanya saja sudah bertutup sebuah kain putih. Itu foto Ara bersama almarhumah ibunya.

Kamar ini membuka kenangan manis sekaligus pahit secara bersamaan. Kamar yang menyimpan sejuta kenangan milik Ara yang harus ia simpan dan lupakan.

Ya, memang benar, tahap akhir dari melupakan adalah ketika kita mengingat kejadian itu dan hati kita tidak lagi terluka saat mereka. Dan Ara belum sampai ke tahap itu. hatinya masih sakit ketika kenangan itu menghampiri dirinya.

To be continued ...

---

Terima kasih telah membaca cerita Ara dan Angka ♥️

Sampai jumpa hari Senin :)

Jangan lupa meninggalkan jejak.

@ranisa_chan

Luv Ranisa ♥️♥️♥️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top