23. Ara
Jangan lupa tekan tanda bintangnya 🌟
Ramaikan komentar juga:)
Selamat membaca cerita Ara :)
---
---
Manusia adalah makhluk yang penuh dengan rahasia.
---
Ara Bagian 23
“Nona, Tuan ingin anda untuk pulang sekarang.” Ara menarik napas. Baru saja ia sampai ke pintu apartemennya, ia sudah dihadang oleh dua orang pengawal berseragam hitam yang mengajaknya untuk pulang.
“Bisa gak sih gak usah ganggu aku?” sarkas Ara.
“Ini perintah Tuan, Nona,” jawab salah satu pengawal itu.
“Gue gak mau,” balas Ara dengan penekanan.
“Kata Tuan, kalau Nona menolak kami boleh membawa Nona dengan paksaan.” Lagi-lagi Ara menghela napas. Ara berdecak sekali kemudian berkata, “oke gue ikut.”
Ara menurut saja ketika ia dituntun menaiki sebuah mobil yang sudah menunggunya dibawah. Tak banyak bicara, ia hanya fokus menatap jalanan disepanjang jalan.
“Pak, mampir dulu ke makam Mama sebentar,” katanya ketika teringat kalau ia belum menemui mamanya akhir-akhir ini. Kedua pengawal saling lirik dan kemudian mengangguk, mereka kemudian berbelok ke sebuah komplek pemakaman.
Setelah mobil itu diparkirkan, Ara membeli bunga dari seorang anak kecil yang berjualan disana.
“Dek, Kakak beli yang ini ya,” tunjuknya.
Anak kecil itu kemudian menyerahkan bunga yang ditunjuk Ara tersebut kemudian Ara mengambil dompetnya menyerahkan selembar uang kepada anak kecil itu.
“Aku gak punya kembaliannya, Kak.” Ara tersenyum, “udah ambil aja buat kamu.” Anak kecil itu balas tersenyum kepada Ara. Setelah beberapa kali mengucapkan terima kasih, anak kecil itu minta diri untuk pergi.
Ara menghela napas, tidak tahu ia harus bersyukur atau tidak dengan hidupnya.
Ia dilimpahi dengan harta yang cukup. Ia tidak pernah kekurangan bahkan sekali pun, sangat berbeda dengan anak kecil tadi yang sepertinya untuk makan sekali pun masih tak pasti ada atau tidaknya. Tapi disatu sisi Ara merasa sangat hampa. Ada satu hal yang membuatnya merasa begitu kosong. Ara menginginkan sesuatu untuk mengisi lubang kekosongan itu.
“Halo, Ma,” kata Ara ketika sampai didepan sebuah nisan yang bertuliskan Kamila Prasaja. Ara tersenyum menatap nisan tersebut. “Pasti Mama udah kangen banget kan sama Ara, kan Ara udah lama banget gak mampir kesini,” canda Ara. Ia tersenyum getir sambil menahan tangis. Ia sangat rindu dengan pelukan hangat mamanya itu.
Ara menghapus air mata yang mengalir disudut matanya, “tau gak, Ma,” Ara mulai bercerita, “Ara itu kemarin hampir diculik sama Revan, gak tau kenapa. Tapi untung ada Angka yang udah nolongin Ara. Oh ya, Ara belum pernah cerita kan tentang Angka.” Dan setelah itu mengalir lah cerita Ara tentang cowok yang belum lama ini jadi pacar sekaligus penyelamatnya itu.
Setelah selesai bercerita, Ara berpamitan pulang pada mamanya. Ia mengusap sekilas nisan mamanya lalu pergi tanpa sekalipun menoleh ke belakang.
Di waktu dan tempat yang sama, tanpa sengaja Angka dan Aluna melihat Ara berjalan meninggalkan pemakaman dengan mata basah.
“Itu Ara kan, Dek?” tanya Aluna memastikan. Angka mengangguk, ia menoleh ke belakang tapi Ara sudah tidak ada lagi.
Sepertinya cewek itu penuh kejutan.
To be continued ...
---
Terima kasih telah membaca cerita Ara dan Angka ♥️
Jangan lupa meninggalkan jejak.
Salam Ranisa ♥️♥️♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top