21. Ara
Jangan lupa tekan tanda bintangnya :)
Sisakan komentar juga:)
Selamat membaca cerita Ara :)
---
"Kita punya keinginan, tapi semesta punya kenyataan."
---
Ara bagian 21
Ara membuka matanya, merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Matanya memperhatikan langit-langit yang berwarna putih tersebut. Ia baru ingat kalau ia tidak pulang kemarin. Ia menemani Angka di rumah sakit karena Aluna berpamitan untuk keluar sebentar. Tapi Aluna tak kunjung datang bahkan sampai ketika ia sudah tertidur lelap disana.
Tunggu dulu! Seingatnya kemarin ia tidur di sofa, lalu kenapa sekarang?
Ara segera melompat dari tempatnya, mengagetkan Angka yang baru saja keluar dari kamar mandi. “LO!” tunjuk nya pada Angka. Mata Ara melotot tajam, “ngapain gue kemarin?” tanyanya menuntut penjelasan.
Sontak, pertanyaan itu membuat Angka tertawa, diulangnya lagi kalimat tadi malam, “emang lo mau gue apain?”
Pertanyaan itu sukses membuat Ara terdiam. Lantas ia memeluk dirinya, meraba-raba pakaiannya, masih lengkap seperti yang ia kenakan tadi malam.
“Gue gak ngapa-ngapain lo, lagian juga gue gak berminat sama lo,” sinis Angka. Ara diam, ia tahu kalau Angka menjadikannya pacar hanya untuk bermain-main saja, sama seperti cewek-cewek yang Angka pacari selama ini.
Omong-omong, Ara baru ingat kalau ia tidak melihat orang tua Angka mengunjunginya sejak kemarin. Satu-satunya keluarga Angka yang mengunjunginya hanyalah Aluna. Kemana mereka? Apa mereka sama sibuknya dengan orang tua kandung Ara yang bahkan tidak pernah sekali pun menengok anaknya?
“Lo mau nanyain orang tua gue?” tembak Angka saat melihat perubahan ekspresi yang signifikan pada wajah Ara.
“Lo cenayang ya?” Ara balas bertanya.
“Enggak, gue tapi gue bisa sedikit membaca ekspresi wajah lo, keliatan banget lo lagi mikirin apa tahu nggak?” Itu hanyalah pertanyaan retoris. “Lo mau tau dimana orang tua gue?” kali ini Angka bertanya sungguhan, bukan pertanyaan retoris seperti tadi.
Ragu-ragu Ara mengangguk.
“Orang tua gue sibuk atau mungkin mereka lupa kalau mereka punya anak.” Jawaban Angka sontak membuat Ara meneteskan air mata. Ia tidak tahu kenapa, ia hanya merasa seperti Angka sedang menyindirnya.
“Loh, kok malah lo yang nangis?” Angka terkejut melihat air mata yang mengalir di pipi Ara.
Ara menyeka air matanya, “lo nyindir gue, Ka?” tanyanya pelan.
Tentu saja Angka terkejut dengan pertanyaan Ara barusan. Angka bersumpah, di dalam hati bahwa ia tak ada sekalipun niatan untuk menyindir cewek di depannya ini. Angka tadi hanya bicara apa adanya, tentang dirinya dan orang tuanya. Ia tidak tahu kalau sepertinya cewek di depannya itu juga memiliki nasib yang sama sepertinya.
“Oke-oke, gue minta maaf, gue gak ada niatan nyindir lo sama sekali, sumpah.” Angka mengusap puncak kepala Ara pelan. “Jadi tolong berhenti nangis, yang gue bilang itu tentang gue, orang tua gue mungkin lupa kalau mereka punya anak. Mereka terlalu sibuk sama urusan bisnis jadi gak ada waktu buat ngurusin gue ataupun Aluna.”
“Lo beneran minta maaf?” Ara mencari kesungguhan di mata Angka.
Angka mengangguk mantap. “Oke, kalau gitu lo gue maafin,” kata Ara seraya tersenyum.
Angka juga ikut tersenyum, “oh ya, Ra,” panggilnya. Ara menoleh. “Kayaknya lo perlu keramas, rambut lo bau.”
Sontak tangan Ara menepuk keras bahu Angka. “Gue gak jadi maafin lo.” Cewek itu menjauhi Angka yang justru hanya tertawa karena ia berhasil mengerjai cewek di depannya itu. Rambut Ara memang bau, tapi bau yang Angka maksud adalah bau harum. Ya, rambutnya semanis aroma stroberi. Angka jadi ingin mencicipinya.
To be continued ...
---
Terima kasih telah membaca cerita Ara :)
Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟
Aku tuh masih gak tahu cara menulis cerita yang menarik itu bagaimana. Aku harap kalian menyukai dengan cerita ini. Dan kalau pun kalian tidak menyukainya, aku ingin kalian tetap memberiku semangat untuk pantang menyerah dalam setiap langkahku.
Terima kasih karena telah membuatku bisa melangkah sampai sini :)
@ranisa_chan
Salam Ranisa ♥️♥️♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top