17. Ara

Budayakan vote sebagai support :)
Aku pengen baca komen-komen kalian gaes :(

Selamat membaca cerita Ara :)

Gak bisa bayangin, seganteng ini ternyata kutu buku.

---

Tiba-tiba nama mu terlintas di benakku dan tidak pernah beranjak lagi sejak saat itu.

---

Ara membuka matanya. Dikiranya yang akan ditemuinya adalah kegelapan. Tapi sepertinya ia salah. Karena yang ia jumpai justru ruangan berwarna putih dengan aroma yang sangat akrab dengannya. Aroma yang membuatnya bernostalgia dengan sebuah kenangan buruk.

“Jadi gue selamat?” tanya Ara pada dirinya sendiri.

“Ara!” sebuah suara masuk ke telinga Ara, ia menggerakan bola matanya menuju asal suara, dan disana Ella menatapnya sambil tersenyum. Sudut matanya mengeluarkan air mata. Matanya tampak bengkak, sepertinya ia habis menangis.

“Ya ampun, Ra ... gue khawatir banget sama lo,” isaknya memeluk Ara yang masih dalam posisi berbaring, “gue takut lo kenapa-napa.”

Ella menangis. Ara mengangkat tangannya, mengusap-usap punggung Ella pelan. “Gue gak kenapa-napa, La. Udah jangan nangis, lebay banget sih lo,” candanya.

Ella berdiri, menghapus air matanya dari matanya yang sembab. “Gue gak lebay tahu,” protesnya sambil menahan tangis. “Gue tuh khawatir tahu sama lo.” Ara tertawa pelan, berusaha untuk duduk dengan dibantu Ella.

“Kok gue selamat sih?” tanya Ara.

Ella menepuk lengan Ara, “sakit, gila!” rutuk Ara.

“Elo sih ngeselin, udah untung ada Angka yang nolongin lo. Coba gak ada Angka gimana keadaan lo sekarang? Gak tahu deh keadaan lo sekarang,” omel Ella yang tidak ditanggapi oleh Ara.

Tunggu dulu!

Angka? Bagaimana keadaanya sekarang?

“Angka mana?” tanya Ara cepat. Dia bergegas melepas infus yang menusuk punggung tangannya, hendak berlari mencari Angka. Ia harus memastikan kalau Angka baik-baik saja.

Ara berlari pelan di lorong rumah sakit. Ella mengejarnya, meneriakkan kalau Angka baik-baik saja, tapi Ara tidak menghiraukannya. Ia harus memastikan sendiri dengan mata kepalanya.

“Woy, woy, woy.” sebuah tangan menarik lengan Ara. Ara menoleh menatap sangar pada orang yang memegangi lengannya, “lepasin tangan lo,” sinisnya.

“Oke gue lepasin,” katanya melepaskan genggamannya kemudian mengangkat kedua tangannya ke udara, “dan tolong, kalo lo nyari Angka, gak perlu lari-lari kek gitu, ganggu orang tahu nggak.”

“Angka?” Ara tak menghiraukan ucapan cowok itu, telinganya hanya fokus pada objek yang sedang dicarinya sekarang ini. Angka.

“Lo nyari Angka?” tanyanya membuat Ara mengangguk cepat.

“Ikut gue.” Cowok itu menarik Ara. Membawanya ke sebuah ruangan. Disana ada Angka yang tersenyum saat melihat Ara memasuki kamar tersebut.

Angka selamat!

To be continued ...

---

Terima kasih telah membaca cerita Ara :)

Jangan lupa meninggalkan vote dan komentar.

Yuk follow Instagram aku @ranisa_chan

Salam Ranisa :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top